Koran Sulindo – PDI Perjuangan segera menerbitkan buku manual mengenai bencana dan sosialisasi yang harus dilakukan demi menjamin keselamatan bila bencana terjadi.

Buku manual itu nantinya diperuntukkan bagi siswa SD, SMP dan SMA.

Untuk menyempurnakannya, PDI Perjuangan bakal melakukan workshop “Peta Rawan Bencana Indonesia” yang akan digelar di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro 58, Jakarta, Kamis (13/12).

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, buku manual itu dipersiapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan .

Saat membuka gelaran itu, Hasto menyampaikan sejumlah pesan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri agar memperkuat sistem peringatan dini atau early warning system bencana di Indonesia.

Penguatan tak hanya menckup instrumen teknologi untuk mendeteksi gempa, letusan gunung, dan tsunami.

“Namun juga membangun kesadaran masyarakat, dimana kita sadar sewaktu-waktu bencana datang. Kita tinggal di wilayah cincin api Pasifik yang memang rawan,” kata Hasto.

Hasto mencontohkan negara Jepang dengan kondisi geografis mirip, selalu disediakan buku manual sederhana. Isinya, bagaimana bila terjadi bencana, sistem evakuasi, makna sirine, dan lain-lain. Makna penting buku manual bencana seperti itulah yang hendak diterbitkan PDI Perjuangan.

“Ini buku manual untuk disosialisasikan di anak-anak kita. Mulai dari SD, SMP dan SMA, untuk dibagi. Supaya pemahaman kita yang tinggal di kawasan bencana itu menguat. Agar betul-betul kita mampu mempersiapkan dengan baik,” ujar Hasto.

Rencananya, buku manual diluncurkan saat perayaan HUT PDI Perjuangan pada 9 Januari 2019.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudi Suhendar, yang menjadi salah satu pembicara dalam workshop itu, memberi penjelasan soal Indonesia yang rawan bencana.

Dijelaskannya, ada hal positif dari Indonesia yang secara geografis terletak di wilayah cincin api Pasifik. Tanahnya subur, banyak cekungan yang berpotensi hidrokarbon serta air tanah, lima jalur metalligenik yang berarti banyak sumber daya mineral.

Namun, negatifnya, ada 127 gunung api aktif yang dipantau 24 jam perhari oleh mereka lewat 69 posko. Lalu 3 lempeng tektonik aktif yang bisa menimbulkan gempa.

Berdasarkan statistik,12-15 persen gempa bumi di dunia itu terjadi di wilayah Indonesia. Dan 6-12 kejadian gempa bumi merusak setiap tahunnya.

Lalu probabilitas kejadian tsunami dengan ketinggian inundasi lebih dari 3 meter terjadi sekali dalam 10-50 tahun. Lebih dari 800 kejadian gerakan tanah dalam satu tahun terjadi di Indonesia. Bencana gerakan tanah sebagian besar terjadi di musim hujan.

“Kami dari Pusat Mitigasi Bencana Geologi, punya tujuan mengurangi jatuhnya korban jiwa dan materiil. Supaya tak ada korban,” kata Rudi.

Hasto menambahkan, pesan Megawati lainnya adalah perlunya koordinasi yang baik antara berbagai lembaga pemerintah. Pengetahuan kebencanaan harus dijadikan salah satu dasar dalam penyusunan tata kota. Dengan itu, daerah yang rawan bencana tidak dijadikan, misalnya, kawasan pemukiman.

“Lalu hilangkan ego sektoral. Karena seringkali persiapan menghadapi bencana itu dilupakan. Koordinasi antarinstansi harus dapat dilakukan dengan baik,” kata Hasto.

Sementara terkait Baguna, Hasto menjelaskan bahwa PDI Perjuangan adalah satu-satunya parpol di Indonesia yang memiliki badan tersebut.

Sejauh ini, Baguna selalu aktif mempersiapkan diri. Khususnya menghadapi potensi bencana basah di tengah musim penghujan saat ini.

“Seperti tanah longsor, banjir, dan sebagainya,” ucap Hasto.

Baguna sebagai salah satu  sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan, yang pertama kali turun saat bencana Palu beberapa waktu lalu, Baguna PDI Perjuangan juga melakukan evaluasi atas proses penanganan bencana.

Targetnya adalah agar Baguna lebih efektif dalam menolong masyarakat di wilayah bencana. “Ketika ada bencana, Baguna wajib membantu rakyat,” kata Hasto.

“Seluruh warga bangsa yang terkena bencana wajib ditolong oleh Baguna tanpa membedakan pilihan partainya, sukunya, agamanya,” kata Hasto. [CHA/TGU]