Koran Sulindo – Ketika publikasi luas digembar-gemborkan mengenai peluncuran dua kapal perusak tipe 055 di Dalian Shipbuilding Industry Co. (DISC) awal Juli lalu, tak banyak yang menyoroti Cina justu meluncurkan lebih banyak kapal perang sejak awal tahun.

Selain dianggap kapal terbesar dan paling tangguh yang dibangung oleh bangsa Asia sejak Perang Dunia II, Tipe 055 menjadi komponen utama struktur AL Cina yang berkembang.

Banyaknya kapal-kapal perang yang diluncurkan Cina dalam beberapa tahun terakhir tak hanya menunjukkan kemampuan Cina memproduksi kapal perang yang kuat dan modern, namun sekaligus menggambarkan melejitnya kematangan dan kapasitas industri mereka.

Dunia tercengang ketika kemudian Cina berhasil menyelesaikan kapal pertama dari Tipe 055 pada bulan Juni 2017. Di sisi lain satelit berhasil ‘menangkap’ citra kapal kedua yang siap diluncurkan pada bulan Mei lalu.

Dua bulan kemudian secara mengejutkan Cina justru meluncurkan kapal ke-3 dan ke-4 dengan kapal ke-5 dan ke-6 sudah berada di tahap konstruksi.

Laporan awal menyebut AL Cina memesan enam kapal tipe namun belakangan bertambah menjadi delapan kapal.

Pengamat meyakini jumlah yang dipesan bakal membengkak mencapai 12 unit sampai 2025 seiring dengan perluasan program kapal induk dengan memperkenalkan kelas Tipe 002.

Meski belum bisa dipastikan apakah kapal induk tipe ini mengadopsi ketapel uap atau elektromagnetik, namun bisa dipastikan bakal mengusung model Catobar. Ini terbukti ketika para penerbang AL Cina terus mempraktikan pelatihan model ini di Pangkalan Udara Huangdicun di Cina selatan.

Insinyur AL Cina sejauh ini telah menuai banyak keberhasilan mengembangkan Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik (EMALS) yang dianggap membutuhkan lebih sedikit energi dibanding sistem yang saat ini dipakai kapal induk AS kelas Gerald Ford.

Sepertinya Cina juga belum memutuskan apakah Tipe 002 bakal bertenaga konvensional, atau akan memilih penggunaan reaktor nuklir.

Lepas dari spesifikasi dan kapabilitas kapal induk kelas baru itu, untuk sebuah gugus tempur AL Cina jelas membutuhkan kapal perang yang kuat untuk mengawal mereka.  Peran inilah yang kelak menjadi tugas utama Tipe 055.

Mereka bakal berfungsi sama seperti kelas Ticonderoga di AL AS dalam gugus tempur kapal induk. Kelas ini juga berguna sebagai kapal komando dengan platform Anti-aircraft warfare (AAW) dan Anti-Submarine Warfare (ASW) sekaligus pendukung Amfibi Ready Group (ARG).

Kemampuan pertahanan dan jangkauan serta daya tahan Tipe 055 yang luar biasa ini bakal membantu Cina melindungi, memperluas wilayah maritimnya, melindungi jalur pelayaran, serta mempertahankan jalur komunikasi angkatan lautnya.

Tak hanya dari Tipe 055, foto-foto terakhir yang muncul dari galangan kapal Dalian baik secara online ataupun cetak juga menunjukkan tiga kapal perusak Tipe 052D.

Kelas ini adalah dari jenis kapal perusak berpemandu rudal yang memang diproyeksikan untuk menyaingi kelas Arleigh Burke. Kapal pertama dari tipe ini, Kunming DDG-172 meluncur tahun 2014. Saat ini AL Cina memiliki 9 kapal kelas ini dalam layanan, 2 sedang menjalan trial sea dan dua lagi sedang dibangun.

Meski rumor menyebut AL Cina memesan 16 kapal untuk tipe ini, beberapa sumber mengklaim jumlah sebenarnya telah meningkat secara signifikan. Perkiraan paling masuk akal Cina merencanakan bakal membangun 18 hingga 26 kapal tergantung seberapa ambisius program kapal induk mereka.

IHS Janes Defense Weekly dalam laporannya tanggal 2 Mei menyebut citra satelit menunjukkan Tipe 052D itu tengah dikebut pembangunannya di galangan kapal Jiangnan Changxingdao. Terlihat kapal ini menjalani modifikasi dek untuk mengakomodasi helikopter yang lebih besar untuk mendukung fungsi ASW.

Masih harus dilihat apakah modifikasi itu bakal masuk ke seri produksi dengan model yang berbeda atau bakal terbukti menjadi konsep baru mengerahkan helikopter yang lebih besar di laut.

Penting dicatat bahwa China sudah memproduksi enam Tipe052C dari tahun 2004 hingga 2015, dan telah menghasilkan tiga belas Tipe 052D yang ditingkatkan dalam hanya empat tahun. Ini mencakup peningkatan enam kali lipat dibanding produksi tahunan mereka.

Sementara kapal-kapal yang lebih kecil kurang mendapat publikasi dibanding kapal-kapal yang lebih besar dan kuat, pengamat militer bisa belajar banyak tentang postur dan prioritas pertahanan maritim Cina.

Sejauh ini industri galangan kapal Cina telah membangun dan meluncurkan sembilan belas perusak Tipe 052 dari dua varian dan empat kapal Tipe 055 sejak tahun 2014.

Pada periode yang sama mereka juga telah memodifikasi 14 fregat berpemandu rudal dari Tipe 054A dengan total 32 kapal dari semua jenis dan tak kurang 20 korvet dari Tipe 056A dengan jumlah total 42 kapal dari semua kelas.

Dalam tradisi AL Cina kapal perang yang lebih kecil mengemban berbagai peran yang berbeda dalam peperangan di laut. Selain difungsikan sebagai kapal patroli pesisir karena gesit dan lincah kapal-kapal itu mengusung persenjataan berat untuk ukuran mereka yang kecil.

Model ini mencakup korvet Tipe 056A yang dianggap paling ideal untuk berpatroli di pantai China, wilayah ZEE, serta kepulauan kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly.

Mereka kemungkinan besar akan memulai operasi patroli dari pangkalan pulau utama di Fiery Cross Reef, Subi Reef, dan Mischief Reef menyusul peningkatan fasilitas logistik maritim di pulau-pulau itu.

Jenis lain adalah Tipe 054A frigat yang dianggap sebagai kombatan permukaan yang kuat dan seimbang dengan ukurannya. Tipe ini menggotong membawa banyak senjata anti-pesawat, anti-kapal, dan senjata anti-kapal selam. Kapal ini merupakan pendamping yang ideal karena jangkauan bisa mencapai lebih dari 8.000 mil laut.

Model ini menjadi fregat multi-peran yang memiliki kemampuan melekat untuk menyerang kapal permukaan, pesawat, sekaligus melacak dan menghancurkan kapal selam. Kelas inilah yang pertama kali dikirimkan AL Cina ke Teluk Aden tahun 2009 untuk mendukung operasi anti-pembajakan internasional.

Dilengkapi dengan helikopter Ka-28 atau Harbin Z-9 tipe ini kemungkinan bakal menjadi tulang punggung armada Cina yang akan secara bergilir ditempatkan di pangkalan AL Cina di Djibouti atau Gwadar di Pakistan.

Mereka sangat berguna mengawasi jalur strategis dari dan ke Cina dari mulai Tanduk Afrika dan Selat Hormuz serta bisa ditugaskan terus menerus di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.(TGU)