Beijing telah menjadi pemasok utama mobil, pakaian, bahan mentah, dan banyak produk lain bagi Moskow, setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. (Sumber: The Wall Street Journal)

Jakarta – Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping akan melakukan kunjungan resmi ke Rusia hari ini, Rabu (07/05/2025) hingga Sabtu (10/05/2025). Pertemuan ini bertepatan dengan Konklaf yang diadakan di Kapel Sistina, Vatikan.

Agenda pertemuan itu mencakup pembicaraan bilateral untuk membahas kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis Rusia-China, penandatanganan dokumen bilateral, dan partisipasi dalam parade militer Hari Kemenangan tanggal 9 Mei.

Menurut Reuters, kunjungan itu akan memberikan Presiden Rusia Vladimir Putin dorongan diplomatik yang penting di tengah memanasnya perang Rusia-Ukraina, yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Perjanjian yang akan ditandatangani oleh kedua pemimpin negara tersebut akan memperdalam kemitraan strategis “tanpa batas” Beijing dengan Moskow.

Rusia telah memandang China sebagai mitra dagang terbesar. China membeli lebih banyak minyak dan gas Rusia daripada negara lain dan telah membantu Moskow mengatasi sanksi Barat.

Putin diprediksi akan bersatu dengan Xi untuk melawan Washington, yang dominasi dan “keistimewaan”-nya dipertanyakan oleh kedua negara.

“Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Rusia yang akan datang adalah salah satu peristiwa sentral dalam hubungan Rusia-China tahun ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada wartawan pada malam kunjungan tersebut, dikutip dari Reuters.

“KTT Rusia-China yang akan datang akan mengirimkan sinyal penting kepada masyarakat internasional tentang pendekatan umum Rusia dan China dalam mempertahankan tatanan dunia pascaperang,” tambahnya.

Xi akan bergabung dengan para pemimpin dunia lainnya di Lapangan Merah, Moskow pada Jumat (09/05/2025) untuk menyaksikan parade militer yang menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya atas Nazi. Acara tersebut juga akan menampilkan pasukan China.

Izvestiya melaporkan bahwa ada 19 pemimpin negara yang akan menghadiri parade Hari Kemenangan, yaitu presiden Belarus, Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Kuba, Brasil, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, Venezuela, Burkina Faso, Mongolia, Palestina, serta PM India, PM Slovakia, Sekjen Partai Komunis Vietnam, dan Duta Besar Israel.

Kementerian luar negeri Ukraina pada hari Selasa mendesak negara-negara untuk tidak berpartisipasi dalam parade 9 Mei, dengan mengatakan keikutsertaan semacam itu akan bertentangan dengan pernyataan netralitas beberapa negara dalam perang. [BP]