Jakarta – Rusia menyerahkan “memorandum” kepada Ukraina yang memuat ketentuan-ketentuan untuk gencatan senjata kepada Ukraina pada Senin (02/06/2025).
Menurut Euronews, memorandum itu merupakan pedoman utama untuk perjanjian komprehensif guna mengakhiri konflik dan mencakup tuntutan-tuntutan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak usulan gencatan senjata terbaru Rusia pada Rabu (04/06/2025), menyebutnya sebagai “ultimatum” dan memperbarui seruannya untuk perundingan langsung dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin.
Zelenskyy mengatakan perundingan damai hari Senin di Istanbul, yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov dan ajudan presiden Rusia Vladimir Medinsky, merupakan “pertunjukan politik” tanpa kemajuan nyata menuju gencatan senjata.
Kedua belah pihak saling bertukar usulan gencatan senjata tertulis tentang bagaimana mereka memandang kesepakatan damai, tetapi perbedaan utama tetap ada.
Zelenskyy menuduh Moskow menggunakan negosiasi untuk mengulur waktu dan mengatakan usulan Kremlin berisi tuntutan yang telah ditolak Kyiv dan sekutu Baratnya.
“Sejujurnya, dokumen ini terlihat seperti spam,” kata Zelenskyy.
Ia menggambarkan negosiasi di Istanbul sebagai “diplomasi buatan” yang dirancang untuk menunda sanksi dan meyakinkan AS bahwa Rusia berkomitmen untuk berdialog.
Ia mengatakan pembicaraan tersebut memiliki “konten dan semangat yang sama” seperti negosiasi yang tidak membuahkan hasil yang diadakan di kota Turki selama hari-hari awal perang.
Zelenskyy mengatakan ia melihat hanya ada sedikit nilai dalam melanjutkan format pembicaraan saat ini dan mengatakan ia menginginkan gencatan senjata dengan Rusia sebelum pertemuan potensial dengan Putin, mungkin juga termasuk Presiden AS Donald Trump.
Ukraina siap mengadakan pembicaraan di tempat mana pun, termasuk Istanbul, Vatikan atau Swiss mulai paling cepat Senin depan.
Namun Zelenskyy memperingatkan kebuntuan yang terus berlanjut berisiko memperpanjang perang Rusia, yang sekarang memasuki tahun keempat.
Putin sebelumnya diundang oleh Zelenskyy pada bulan Mei untuk bertemu dalam pertemuan tatap muka di Istanbul.
Namun Putin tidak menunjukkan keinginan untuk hadir. Sebaliknya, ia mengirim delegasi tingkat rendah.
Pada hari Rabu, Putin berbicara melalui panggilan video dengan pejabat tinggi dan menyatakan kemarahan atas apa yang ia gambarkan sebagai “tindakan teroris” Ukraina terhadap infrastruktur Rusia di wilayah perbatasan Kursk dan Bryansk dan di Semenanjung Krimea yang dianeksasi.
Putin menuduh Ukraina mencari gencatan senjata hanya untuk mengisi kembali senjata dan pasukan. [BP]