Ilustrasi/akun Twitter @HistoricalPics

Koran Sulindo – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan mengizinkan dokumen rahasia negara mengenai pembunuhan Presiden John F. Kennedy (JFK) pada 1963 dibuka ke publik. Pembunuhan pada 22 November 1963 itu memicu berbagai teori yang bertentangan dengan versi resmi bahwa Kennedy ditembak mati oleh hanya seorang pria bernama Lee Harvey Oswald.

“Saya mengizinkan, sebagai presiden, dokumen-dokumen rahasia JFK yang sudah lama diblokir, untuk dibuka,” kata Trump, melalui akun resminya di Twitter.

Sebelumnya. Dalam pemberitaan media AS, muncul laporan tidak semua dokumen rahasia itu akan dibuka ke publik, demi melindungi sumber dan metode intelijen yang masih relevan.

Trump memutuskan semuanya dibuka, 54 tahun setelah pembunuhan Kennedy di Dallas.

Mayoritas publik AS tak percaya keterangan resmi pemerintah bahwa Lee Harvey Oswald adalah pelaku tunggal dalam pembunuhan itu.

Oswald dibunuh ketika sedang dibawa dari pemeriksaaan polisi, oleh pemilik Klub Malam di Texas, Jack Ruby, hanya 2 hari setelah pembantaian Kennedy.

Dalam survei Gallop pada 2013, hanya 30 persen warga AS percaya keterangan itu.

Dokumen-dokumen itu dijadwalkan dibuka pekan depan.

Pembunuhan yang terjadi pada 22 November 1963 itu menghentikan “Camelot”, yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut 1.000 hari masa kepresidenan Kennedy. Kennedy saat itu berusia 46 tahun dan masih menjadi salah satu presiden Amerika Serikat yang paling dipuja. Ribuan buku, artikel, tayangan televisi, film dan dokumentasi telah dibuat soal pembunuhan tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, U.S. National Archives telah mengeluarkan sebagian besar dokumen terkait kasus itu. Namun gelombang terakhir, yang terdiri dari puluhan ribu halaman, masih belum dibuka dan hanya Presiden Trump yang memiliki wewenang untuk memutuskan apakah sejumlah dokumen masih harus dirahasiakan atau dikeluarkan dalam bentuk yang sudah disunting.

Washington Post dan beberapa media lainnya mengutip sejumlah pejabat yang mengatakan bahwa badan-badan pemerintah telah melobi Trump untuk menahan beberapa dokumen dengan alasan bahwa dokumen-dokumen tersebut bisa menelanjangi operasi intelijen.

JFK dan Soekarno

Dalam buku Bayang-bayang Intervensi, Perang Siasat John F Kennedy dan Allen Dulles atas Sukarno (2017), karya Indonesianis dari Sunshine Coast University, Brisbane, Australia, Greg Poulgrain, pembunuhan JFK, penyingkiran Soekarno, naiknya Soeharto, dan pencaplokan gunung emas Grensberg Papua beberapa tahun kemudian ada hubungan saling mengkait.

Baca juga: Bung Karno, JFK, dan Gunung Emas di Papua

Tanpa setahu JFK dan Bung Karno, Direktur dinas rahasia AS (CIA) saat itu, Allen Dulles tak mau kedua orang itu bersekutu. Setelah JFK ditumpas, Dulles mulai mengincar Bung Karno, membuat peristiwa-peristiwa politik yang membuat Soekarno tak bisa mengkonsolidasikan kekuasaan dan mengurus ekonomi dengan baik. Dulles menggunakan berbagai upaya untuk menggulingkan Sukarno.

Dulles tahu jika Bung Karno tetap berkuasa, impiannya menguasai tambang emas di Papua akan gagal.

Dua tahun setelah JFK dibantai, terjadi peristiwa G30S, yang menjadi titik awal tumbangnya kekuasaan Soekarno. Jalan Dulles menguasai tambang emas di Papua pun lancar. Dulles menggangsir gunung emas di Papua itu lewat Freeport. [DAS]