Jakarta dan Sekitarnya
Kronik Revolusi 1946 (1999) menyebut, aksi heroik kaum perempuan lainnya terjadi pada 17 Agustus 1946. Diungkapkan dalam buku itu, Wanita Republik mencoba memprakarsai berdirinya Tugu Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Para perempuan pelajar dipimpin Maria Ulfah Santoso nekat menerobos penjagaan tentara Inggris, yang berupaya mencegah masuknya penduduk Jakarta ke tempat kediaman Perdana Menteri Sjahrir.
Sekelompok Pandu Putri itu tak peduli. Mereka menerobos kordon yang dipasang polisi-tentara dari India. Akhirnya tugu itu berhasil diresmikan oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Tidak terjadi sesuatu apa pun.
Wali Kota Jakarta Suwiryo sempat mengkhawatirkan tindakan tersebut mengandung risiko karena reaksi dari tentara Serikat (yang diboncengi NICA) tidak bisa diduga. Tetapi, salah seorang tokoh perempuan Jakarta, Jo Masdani, mengatakan dengan ucapan yang terkenal, “Kalau kaum laki-laki takut, ya, biarlah perempuan yang tidak takut mati.”
Selain peristiwa pembangunan Tugu Prokalamasi, sejumlah literatur juga mengungkap Barisan Srikandi dengan tokohnya bernama Nyimah. Dicatat, Nyimah terluka karena bayonet NICA dalam sebuah pertempuran. Akibatnya, ia cacat seumur hidupnya.
Keberadaan Barisan Srikandi ini disebutkan dalam buku Indonesianis asal Australia, Robert Cribb, Gangsters and Revolutionaries: The Jakarta People Militia and the Indonesian Revolution 1945-1949 (2009). Cribb mengatakan, Nyimah dan Barisan Srikandi bermarkas di daerah Pucung, Cikampek.