Peluang Skala Dunia

PELUANG untuk terus berkembang menjadi sangat besar juga dengan semakin majunya dunia teknologi informatika, yang melahirkan model perdagangan berbasis online atau e-commerce. Menurut Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce di Indonesia pada tahun 2014 mencapai US$ 2,6 miliar atau setara dengan Rp 34,9 triliun. Untuk tahun 2015, menurut situs katadata, nilai transaksi e-commerce Indonesia mencapai US$ 3,5 miliar dan angka ini bila dibandingkan dengan tahun  2011 mengalami lonjakan kurang-lebih 250%.

Untuk tahun 2016, lembaga Statiska mencatat nilai transaksi e-commerce Indonesia meningkat lagi secara signifikan, menjadi US$ 5,65 miliar. Adapun nilai transaksi pada tahun 2017 mencapai lebih dari Rp 85 triliun.

PFS, lembaga konsultan e-commerce global, memperkirakan total transaksi e-commerce di Indonesia pada tahun 2018 ini akan mencapai US$ 11 miliar. Menurut PFS, Indonesia diperkirakan pada tahun-tahun mendatang menjadi salah satu pasar e-commerce dengan pertumbuhan tercepat di Asia-Pasifik.

Pada 12 Oktober 2017 lalu, Kepala Subdit Tata Kelola e-Business Kementerian Komunikasi dan Informatika Nyoman Adhiarna mengatakan, berdasarkan kajian bersama konsultan independen, nilai transaksi e-commerce di Indonesia bisa melampaui US$ 130 miliar atau Rp 1.755 triliun (kurs Rp 13.500) di tahun 2020. “Target tahun 2020 transaksi US$ 130 miliar. Ada yang mengatakan target ini terlalu ambisius, tapi itu sudah dikaji oleh konsultan, bahkan bisa lebih cepat. Ini the biggest ASEAN,” kata Nyoman, seperti dikutip banyak media.

Data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, industri e-commerce Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sekitar 17%, dengan total jumlah usaha e-commerce mencapai 26,2 juta unit. Adapun riset global dari Bloomberg menyatakan, pada 2020 lebih dari separo penduduk Indonesia akan terlibat di aktivitas e-commerce.

Sementara itu, McKinsey dalam laporan berjudul “Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity” juga mengungkapkan, peralihan ke ranah digital akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga US$ 150 miliar pada tahun 2025. Laporan itu menyatakan pula, 73% pengguna Internet di Indonesia mengakses Internet melalui perangkat seluler. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah dalam lima tahun ke depan.

Tahun 2014 lampau, Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) bekerja sama dengan Google Indonesia dan Taylor Nelson Sofnes (TNS) membuat riset untuk mengetahui perilaku orang Indonesia dalam berbelanja secara online dan produk yang disasar. Respondennya berjumlah 1.300 orang dari 12 kota di Indonesia, berusia 18 tahun ke atas. Hasilnya antara lain 78% responden—yang mengaku membeli secara online dalam sebulan terakhir—mengatakan pernah membeli produk fashion secara online. Dan, memang, menurut riset tersebut juga, produk fashion berada di tingkat teratas yang paling sering dibeli secara online. Itulah faktanya!

Padahal, menurut data Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia, pengguna Internet di Indonesia hingga tahun 2013 baru ada 71,19 juta orang. Pada survei terakhir diketahui pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2016 ada 132,7 juta orang, dari total populasi yang berjumlah 256,2 juta jiwa, menurut sensus yang diadakan BPS. Dari jumlah itu, 69,9% mengakses Internet dari mana saja, tidak terbatas di rumah, kantor, dan kampus/sekolah. Itu artinya infrastruktur teknologi informatika di Indonesia bisa dibilang cukup memadai.

Sungguhpun begitu, yang memanfaatkan Internet di Indonesia untuk berdagang/berbisnis baru 8,9% dari jumlah pengguna. Jadi, peluang usahanya masih sangat besar.

Yang perlu diingat, jagat Internet adalah dunia tanpa garis perbatasan yang tegas, kalau tidak ingin menyebutkan sebagai borderless. Dengan begitu, pelaku usahanya bisa dari mana saja. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja kita alami sendiri betapa agresifnya pelaku bisnis dari Tiongkok melakukan penetrasi pasar di Indonesia lewat jejaring dunia maya.

Di sisi yang sama, bagi pelaku bisnis di Indonesia juga terbuka peluangnya yang sangat lebar untuk melakukan penetrasi pasar di negara lain, juga lewat Internet. Di sinilah peran pemerintah diperlukan, baik melalui regulasi, pengembangan infrastuktur Internet, pembinaan dan pelatihan, maupun bantuan permodalan, terutama untuk start up serta usaha mikro, kecil, dan menengah.

Industri fashion di Tanah Air sudah semestinyalah dijadikan prioritas utama yang perlu didukung pemerintah. Karena, ya, sejumlah fakta yang telah disebutkan tadi.

Potensi industri fashion Indonesia untuk menjadi pemain besar bisnis di Internet dalam skala dunia pun sangat besar. Karena, seperti telah diuraikan di atas, fashion berkaitan erat dengan budaya dan Indonesia adalah negeri dengan warna-warni budaya yang sangat luar biasa. Peluang inilah yang sudah semestinya dilihat pemerintah untuk diwujudkan menjadi sumber devisa, yang pada gilirannya akan membuat bangsa Indonesia lebih sejahtera. Ayo, bergerak! []