Mahkota Budaya Indonesia

KURT W. BACK, pakar psikologi sosial dari Amerika Serikat, secara konservatif memperkirakan industri fashion global bernilai lebih dari US$ 1,3 triliun, kurang-lebih 2% dari nilai ekonomi dunia. Sementara itu, industri farmasi dunia (yang menyuplai obat-obatan ke berbagai belahan Bumi) “hanya” memiliki nilai setengahnya, sekitar US$ 880 miliar. Karena itu, kata Back dalam artikelnya yang bertajuk “Modernism and Fashion: A Social Psychological Interpretation” (dalam buku Malcom Barnard, Fashion Theory: A Reader, 2007), fashion merupakan salah satu mahkota peradaban; suatu kreativitas sekaligus suatu “seni” yang memungkinkan seseorang dan berbagai kebudayaan mengungkapkan perasaan dan kepribadian mereka.

Di Indonesia, industri fashion pun berkembang pesat sejak beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data survei dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016, sektor ekonomi kreatif pada tahun menyumbang 7,38% terhadap total perekonomian nasional dan sektor fashion berkontribusi sebanyak 18,15% atau nomor dua setelah kuliner.

Lewat keterbukaan komunikasi di era digital, desainer fashion Indonesia juga sudah banyak yang dikenal dan kemudian diakui dunia internasional. Kita bisa menyebut karya Sebastian Gunawan dan Tex Saverio di Asian Couture Federation, karya Rinaldy A. Yunardi di Victoria’s Secret, serta Denny Wirawan di New York Fashion Week sebagai contoh.

Pesatnya industri fashion di Tanah Air juga membuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat. Pada 2016, industri TPT tumbuh 1,2% dan menyumbang devisa negara sebesar US$ 11,87 miliar atau kurang-lebih Rp 160 triliun, menurut data Kementerian Perindustrian. Angka tersebut setara dengan 8,2% dari total ekspor nasional pada tahun 2016.

Bisa diprediksi, industri fashion Indonesia akan terus berkembang menjadi lebih besar lagi. Juga sektor industri yang terkait. Apalagi, Indonesia adalah negara yang “sangat ajaib”. Negeri ini, menurut data Sensus Penduduk 2010, didiami 300 kelompok etnis, yang terdiri dari 1.340 sub-etnis atau suku bangsa, dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Belum lagi jumlah bahasa daerahnya yang sangat beragam pula. Ada 1.158 bahasa daerah, dengan 1.211 dialek. Bisa dibayangkan betapa sangat kayanya budaya Indonesia. Bila perkembangan fashion sangat dipengaruhi perkembangan masyarakat dan budayanya, seperti telah diuraikan di atas, jelaslah industri fashion Indonesia menyimpan potensi raksasa. Bila potensi itu dikelola secara profesional dan terintegrasi dengan sektor lain niscaya akan semakin berkontribusi besar terhadapan pertumbuhan ekonomi. Juga akan memberi pengaruh pada tingkat peradaban bangsa, mengingat industri fashion berada di wilayah industri kreatif.