“Rasanya yang seperti menyesal, kalau tau begitu kenapa mau tak vaksin begitu. Tapi ya pasrah, karena semua yang di atas yang menentukan,” ungkap Marwatul, ibu dari korban meninggal pasca vaksinasi Covid-19 Naura Sabrina Galiya.
Suasana duka masih terasa di tempat tinggal pasangan Joko dan Marwatun, warga Desa Catakgayam, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mereka masih tak percaya, bahwa putri tersayangnya berusia sembilan tahun meninggal dunia pada 31 Desember, beberapa hari seusai menerima dosis pertama vaksin Sinovac.
Naura Sabrina Galiya, siswi kelas 4 SDN Catakgayam ini sempat mengalami panas tinggi dan bentol-bentol di sekujur tubuhnya. Kedua orang tuanya sempat membawa Naura ke bidan desa dan ke puskesmas. Namun kondisi Naura tak juga membaik lalu dirujuk ke RSUD Kabupaten Jombang.
Setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit, Naura menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat pagi. Penyebab kematian Naura, masih diselidiki tim investigasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
Kematian Naura menambah jumlah kematian anak pasca menerima vaksin Covid-19. Sebelumnya Muhammad Bayu Setiawan, siswa kelas enam sekolah dasar, asal Jogoroto Kabupaten Jombang juga meninggal dunia sehari setelah mendapatkan suntikan vaksin Pfizer. Kejadian serupa juga menimpa Andi Nur Widya berusia 13 tahun di Bone, Sulawesi Selatan.
“Kasus Kematian di Kabupaten Jombang disimpulkan unclassifiable atau tidak cukup data. Sementara kasus kematian di Kabupaten Bone disimpulkan koinsiden dengan penyakit jantung bawaan” ucap Prof Hindra, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI).
Meski belum cukup data dan belum bisa memastikan sebab kematian, Komnas KIPI berani menyatakan bahwa bahwa hingga saat ini belum ada kasus meninggal yang disebabkan vaksinasi Covid-19.
Pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi mengatakan hasil audit medis yang tak pasti dan sebatas dugaan, bisa mempengaruhi persepsi masyarakat pada keamanan vaksin itu sendiri. Mengetahui penyebab pasti kematian tersebut akan menjadi evaluasi yang penting untuk memastikan tidak ada lagi kasus serupa.
Organisasi kesehatan dunia WHO, merekomendasikan vaksinasi Covid-19 pada anak karena anak-anak meskipun lebih kuat menghadapi virus tetapi rentan menyebarkan virus kepada orang dewasa. Dalam pernyataannya WHO juga mengakui belum memiliki data mencukupi tentang risiko vaksin pada penerima di bawah usia 18 tahun.
[PAR]