Perbandingan ukuran awan jamur yang dihasilkan dari ledakan Tsar Bomba. (Sumber: RadioFreeEurope)
Perbandingan ukuran awan jamur yang dihasilkan dari ledakan Tsar Bomba. (Sumber: RadioFreeEurope)

Koran Sulindo – Uni Soviet meledakkan Tsar Bomba, bom hidrogen terbesar dan terkuat yang pernah ada, dalam sebuah uji coba di pulau Novaya Zemlya di Samudra Arktik pada tanggal 30 Oktober 1961. Peledakan itu merupakan pertunjukan kekuatan Uni Soviet di tengah persaingan persenjataan dengan Amerika Serikat.

Tsar Bomba (Kaisar Bom) memiliki sejumlah nama lain, seperti “Kuzkina mat” yang berarti “Ibu Kuzma”, Big Ivan, Vanya, Project 7000, Product Code 202 (Izdeliye 202), RDS-220, dan AN602. CIA menetapkan uji coba nuklir Tsar Bomba sebagai “JOE 111.”

Melansir dari beberapa sumber, pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev secara pribadi menugaskan pembangunan Tsar Bomba pada bulan Juli 1961. Sekelompok fisikawan Soviet yang dipimpin oleh Yuli Khariton ditugaskan untuk mendesain dan membuat bom tersebut. Di dalam tim itu juga ada Andrei Sakharov, Viktor Adamski, Yuri Babaev, Yuri Smirnov, dan Yuri Trutnev.

Secara teoritis, desain Tsar Bomba yang pertama memiliki kekuatan ledakan sebesar 100 megaton. Ini dianggap terlalu berbahaya karena dapat menyebabkan bencana nuklir yang 25% lebih besar dari yang pernah dihasilkan sejak penemuan senjata nuklir pada tahun 1945. Ledakannya yang besar tidak akan memberi cukup waktu bagi pesawat pembawanya untuk mundur ke jarak yang aman.

Lebih lanjut terkait ledakan, bom atom biasanya menggunakan uranium atau plutonium. Bom hidrogen membutuhkan keduanya, namun masih ditambah dengan isotop hidrogen yang disebut deuterium dan tritium.

Reaksi yang menyebabkan ledakan juga berbeda. Bom atom biasanya mengandalkan fisi, yaitu proses di mana inti atom terpecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menghasilkan foton dan neutron bebas, dan melepaskan energi yang sangat besar.

Bom hidrogen tidak hanya menggunakan energi dari fisi tetapi juga fusi sekunder, yang membuat ledakan jauh lebih kuat. Fusi adalah reaksi di mana dua inti atom bergabung menjadi satu inti atom atau lebih dan menghasilkan partikel subatom.

Atas alasan-alasan tersebut, tim Soviet memodifikasi Tsar Bomba hingga hanya menghasilkan kekuatan ledakan sebesar 50 megaton. Ini saja sudah 3.800 kali lebih kuat dari bom yang AS jatuhkan di Hiroshima selama Perang Dunia II.

Sebagai hasil akhir, Tsar Bomba memiliki bobot 27 ton, panjang sekitar 8 meter, dan diameter sekitar 2 meter. Bom tersebut diatur oleh sensor barometrik agar dijatuhkan dari ketinggian 34.000 kaki dan meledak pada ketinggian 13.000 kaki.

Uji Coba Tsar Bomba

Sebuah pesawat pengebom jarak jauh Soviet Tu-95V yang dipiloti Mayor Andrei Durnovstev lepas landas dari Lapangan terbang Olenya di Semenanjung Kola pada tanggal 30 Oktober 1961 untuk mengirimkan Tsar Bomba ke lokasi pengujian.

Tu-95V merupakan pesawat terbesar di armada Soviet, tapi Tsar Bomba terlalu besar sehingga tidak muat di dalam pesawat. Bom itu harus ditempatkan di bawahnya. Pintu ruang bom dan tangki bahan bakar pesawat pun harus dilepas dari Tu-95V.

Pesawat itu didampingi oleh pesawat pengamat Tu-16 yang bertugas mengumpulkan sampel udara dan memfilmkan pengujian. Kedua pesawat dicat putih untuk meminimalkan kerusakan termal pada permukaannya.

Tsar Bomba dipasangi parasut khusus yang beratnya hampir 1.800 pon. Ini dapat memberi waktu tambahan bagi pesawat pengebom dan pengamat untuk terbang sekitar 30 mil dari titik nol sebelum meledak. Meskipun demikian, peluang bertahan hidup bagi pilot kedua pesawat tersebut hanya 50%.

Pesawat Tu-95V naik hingga ketinggian 10 kilometer di atas tanah dan terbang menuju Selat Matochkin. Kemudian pada pukul 11:32 waktu Moskow, pesawat menjatuhkan Tsar Bomba di Lapangan Uji Nuklir Teluk Mityushikha di pulau terpencil Novaya Zemlya.

Ledakan terjadi sekitar 4 km di atas tanah dan menghasilkan awan jamur setinggi lebih dari 60 km, tujuh kali lebih tinggi dari Gunung Everest dan bahkan mencapai stratosfer. Puncak awan itu memiliki lebar 95 km dan dasarnya selebar 40 km. Ledakan juga menghasilkan kilatan yang terlihat sejauh 1.000 km.

Severny, sebuah desa tak berpenghuni yang terletak 55 km dari titik nol, dan semua bangunan yang ada di dekat titik nol hancur total karena ledakan. Di distrik Soviet lainnya yang terletak lebih dari 160 km dari titik nol, rumah-rumah yang terbuat dari kayu, bata, dan batu juga mengalami kerusakan.

Gangguan komunikasi radio juga dilaporkan. Seorang saksi uji merasakan efek termal pada jarak 273 km, bahkan dengan kacamata hitam. Panas yang hebat dari ledakan Tsar Bomba mampu menyebabkan luka bakar tingkat tiga pada jarak 100 km dari titik nol.

Gelombang seismik Tsar Bomba diperkirakan sebesar 5–5,25. Gelombang kejutnya terasa hingga ke pemukiman Dikson yang terletak 692 km jauhnya, dan jendela-jendela pecah pada jarak 901 km. Jendela-jendela rumah di Norwegia dan Finlandia bahkan ikut pecah karena terkena gelombang kejut.

Pesawat Tu-95V sempat jatuh sekitar 1.000 meter karena gelombang kejut dari ledakan, tetapi Durnovstev berhasil mengendalikan pesawat dan mendarat dengan selamat. Tidak ada korban jiwa akibat uji coba Tsar Bomba.

Meskipun uji coba itu sukses, Tsar Bomba hanya berfungsi sebagai senjata propaganda dan tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan operasional. Ukurannya yang sangat besar membuat bom itu tidak dapat diluncurkan dengan rudal balistik. Bom tersebut harus diangkut dengan pesawat konvensional, yang dapat dengan mudah dicegat sebelum mencapai sasarannya.

Setelah keberhasilan Tsar Bomba, uji coba nuklir terus berlanjut karena Nikita Khrushchev memerintahkan peledakan bom megaton lainnya. Pada tahun selanjutnya, uji coba mencapai puncaknya ketika total 79 bom nuklir berhasil diledakkan.

Uni Soviet melakukan uji coba nuklir terakhirnya pada tahun 1990, dan AS selesai pada tahun 1992. Pada 24 September 1996, Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (CTBT) ditandatangani di kota New York, secara resmi melarang uji coba senjata nuklir di semua tempat. [BP]