Andrei Aleksandrovich Zhdanov merupakan rekan dekat Stalin. Kematiannya yang misterius memunculkan kecurigaan terhadap para praktisi medis Soviet, yang berujung pada Doctors' Plot. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)
Andrei Aleksandrovich Zhdanov merupakan rekan dekat Stalin. Kematiannya yang misterius memunculkan kecurigaan terhadap para praktisi medis Soviet, yang berujung pada Doctors' Plot. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)

Maret adalah bulan yang sulit untuk masyarakat Uni Soviet, sebab mereka kehilangan pemimpin besar mereka, Joseph Stalin, yang telah berkuasa selama 30 tahun. Mereka juga masih digemparkan oleh Rencana Para Dokter (Doctors’ Plot).

Doctors’ Plot adalah dugaan rencana pembunuhan para pejabat Partai Komunis oleh dokter-dokter terkemuka Soviet. Stalin khususnya menargetkan dokter-dokter keturunan Yahudi, menuduh mereka sebagai anggota dinas intelijen Amerika Serikat dan Inggris dan melayani kepentingan kaum Yahudi internasional.

Sesaat sebelum meninggal pada tanggal 5 Maret 1953, Stalin menuduh sembilan dokter (enam di antaranya Yahudi) berencana untuk meracuni dan membunuh para pemimpin Soviet. Mereka ditangkap dan disiksa oleh para interogator.

Selama periode Doctors’ Plot, artikel-artikel dan retorika antisemit bergema di seluruh Uni Soviet, menuduh warga Yahudi bertanggung jawab atas serangkaian perampokan dan kejahatan lainnya.

Asal Usul

Asal usul Doctors’ Plot masih diperdebatkan, namun para sejarawan berpendapat kampanye antisemit ini dimulai pada tahun 1948. Melansir dari The YIVO Encyclopedia of Jews in Eastern Europe, kematian Andrei Zhdanov pada tanggal 31 Agustus 1948 secara historis dianggap mengawali isu komplotan ini.

Zhdanov pernah menjadi ketua partai Leningrad dan kepala ideologi di Komite Sentral. Dia juga seorang rekan dekat Stalin. Pada bulan Desember 1952, Stalin menuduh sekelompok dokter yang sebagian besar beragama Yahudi, bersama dengan menteri keamanan Viktor Abakumov, kepala Garda Kremlin Nikolai Vlasik, dan yang lainnya telah berpartisipasi dalam pembunuhan Zhdanov.

Dasar tuduhan ini adalah surat yang ditulis oleh Lidiia Timashuk, kepala unit kardiografi rumah sakit Kremlin, kepada Vlasik, tertanggal 29 Agustus 1948. Dalam surat itu, dia memperingatkan bahwa para dokter meremehkan kondisi kesehatan Zhdanov.

Stalin mengklaim Abakumov telah menyembunyikan surat ini darinya. Pada bulan Januari 1953, artikel di Pravda dan Izvestiia mengungkap apa yang disebut “komplotan para dokter penghancur”. Ini menyebabkan kekhawatiran di seluruh dunia tentang nasib orang-orang Yahudi Soviet.

Dari tahun 1948-1952, Stalin telah bekerja dengan hati-hati untuk memberikan kredibilitas pada tuduhan tersebut. Sebuah versi yang bertentangan mengklaim Stalin tidak menemukan surat Timashuk pada bulan Desember 1952. Sebaliknya, dia menerimanya satu hari setelah dikirim dan menyimpannya di arsip pribadinya.

Klaim ini juga menyebut bahwa di antara para dokter yang dituduh oleh Timashuk, tidak ada yang beragama Yahudi. Tidak ada bukti konklusif yang membuktikan tuduhannya atas malapraktik medis. Akan tetapi, bukti tidak langsung menunjukkan bahwa para dokter memfasilitasi kematian Zhdanov.

Penangkapan Dimulai

Plot tersebut baru dianggap bercorak Yahudi setelah kematian dokter Yahudi terkemuka Yakov Gilyarievich Etinger. Dia pernah ditangkap pada bulan November 1950 sebagai bagian dari likuidasi Komite Anti-Fasis Yahudi. Etinger meninggal dalam keadaan misterius di penjara pada Maret 1951.

Pada bulan Juli di tahun yang sama, Komite Sentral menyusun sebuah “Surat Rahasia” tanpa bukti atas perintah Stalin. Surat ini menuduh Etinger membunuh sekretaris Komite Sentral Aleksandr Shcherbakov di tahun 1945.

Tuduhan ini juga menyebut bahwa pembunuhan tersebut bukan dilakukan oleh Etinger saja, tetapi juga oleh “kelompok dokter yang bersekongkol”. Viktor Abakumov disebut terlibat dalam kasus tersebut.

Sejak Juli 1951, saat “Surat Rahasia” ini disebarluaskan. Pada November 1952, Kementerian Keamanan Negara (MGB) berupaya untuk membuktikan bahwa konspirasi tersebut diarahkan oleh pemerintah Amerika. Abakumov ditangkap pada bulan Juli 1951 dan kasusnya dengan cepat menjadi kasus Abakumov-Shvartzman.

L. L. Shvartzman adalah wakil kepala Unit Investigasi untuk Kasus-Kasus yang Sangat Penting, sebuah divisi investigasi MGB yang beragama Yahudi. Dia dan perwira MGB Yahudi lainnya dipaksa untuk mengakui keterlibatan mereka dalam Doctors’ Plot dengan alasan mengikuti apa yang tertulis dalam Protokol Para Tetua Zion.

Kelompok inti yang terdiri dari 37 dokter, beserta istri mereka, ditangkap antara tahun 1951 dan Januari 1953. Banyak orang lainnya yang ditambahkan antara Januari dan Maret 1953.

Sejumlah besar dokter Yahudi terkemuka ditangkap, di antaranya Miron Vovsi, kepala dokter penyakit dalam untuk Tentara Merah dari tahun 1941 hingga 1950. Dia adalah sepupu Solomon Mikhoels, direktur Teater Yiddish Negara Moskow yang dibunuh pada bulan Januari 1948 atas perintah Stalin. Interogasi terhadap para dokter sering disertai dengan penyiksaan.

Alasan di Balik Doctors’ Plot

Alasan di balik Doctors’ Plot dapat ditelusuri ke masa awal Perang Dingin di tahun 1948. Kala itu, kondisi fisik Stalin sempat menurun dan dia semakin paranoid.

Pada saat yang sama, dunia tengah dihebohkan oleh kebangkitan solidaritas Yahudi internasional melalui pendirian Negara Israel. Kematian Stalin pada tanggal 5 Maret 1953 bahkan dikaitkan dengan Doctors’ Plot.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa Doctors’ Plot bukan sekadar puncak kampanye antisemit Stalin yang dimulai setelah Perang Dunia 2, tetapi merupakan bagian integral dari strategi sang diktator Soviet untuk memperkuat kembali posisinya sebagai pemimpin Partai Komunis. Kampanye ini juga bertujuan membersihkan masyarakat Soviet dari elemen-elemen yang hendak merebut kekuasaan.

Sebuah pengadilan dimaksudkan untuk memindahkan sekitar dua juta orang Yahudi di Uni Soviet, yang sebagian besar adalah para penyintas Holocaust, ke Gulag. Namun sebelum persidangan itu dimulai, Stalin meninggal dunia.

Pemerintah Uni Soviet segera mengakui bahwa tidak ada cukup bukti untuk melanjutkan persidangan, dan kemudian mengakui kasus tersebut sepenuhnya direkayasa. Pada bulan April, Pravda mengumumkan para dokter tidak bersalah dan dibebaskan. [BP]