Tim ilmuwan dari perusahaan swasta AS Colossal Biosciences mengklaim berhasil ‘menghidupkan kembali’ serigala dire (Aenocyon dirus) yang telah lama punah. Pengumuman itu mengundang berbagai reaksi dari berbagai pihak.
Tiga anak serigala putih yang dihasilkan dari kloning, yaitu Romulus, Remus, dan Khaleesi, lebih dipandang sebagai hibrida. Para pakar menyebut mereka sebetulnya adalah serigala abu-abu yang telah dimodifikasi agar memiliki karakteristik serigala dire.
Atas alasan ini, mereka tidak dapat menyebut kelahiran tersebut sebagai de-extinction. Mereka masih berusaha memahami bagaimana serigala dire berevolusi, hidup, dan lenyap dari Bumi.
Asal Usul Serigala Dire
Melansir dari National Geographic, serigala dire bukan serigala abu-abu berukuran besar.
Para ahli paleontologi pertama kali mengenal serigala dire pada tahun 1858. Ukurannya sebanding dengan serigala abu-abu besar (Canis lupus) yang hidup di Alaska saat ini. Menurut situs riset La Brea Tar Pits dan ahli paleoekologi Emily Lindsey, perbedaan yang jelas terlihat pada tengkorak mereka.
“Serigala dire memiliki jambul sagittal besar di tengkorak mereka dan gigi yang lebih kuat, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan gigitan yang lebih besar,” kata Lindsey. Jambul sagittal adalah tonjolan tulang untuk meningkatkan perlekatan otot rahang.
Serigala dire berevolusi untuk memburu spesies mangsa berbadan besar, contohnya kuda, mamut muda, dan herbivora lain seperti kungkang tanah Shasta.
Selama ini, para peneliti mengira serigala abu-abu modern adalah kerabat terdekat serigala dire, berdasarkan kesamaan kerangka secara keseluruhan. Namun, studi DNA tahun 2021 menemukan bahwa serigala dire muncul dari garis keturunan canidae yang lebih dekat dengan jakal Afrika sekitar 5 juta tahun yang lalu.
Anjing prasejarah itu akhirnya berevolusi menjadi lebih besar dan secara independen mengembangkan beberapa sifat yang mirip dengan serigala abu-abu, yang mengarah pada asal usul serigala dire sekitar 230.000 tahun yang lalu.
Kehidupan Serigala Dire
Ahli paleontologi dari Canadian Museum of Nature, Ashley Reynolds, mengatakan serigala dire mungkin menghuni berbagai habitat yang berbeda, mulai dari padang rumput terbuka yang dingin hingga hutan belukar.
Sementara itu, ahli paleontologi Universitas Negeri Pennsylvania Chris Widga dan rekan-rekannya melaporkan temuan baru tentang serigala dire dari Iowa dan Arkansas.
“Di Pegunungan Ozarks di Missouri dan Arkansas, serigala dire sering ditemukan di gua-gua dan dikaitkan dengan pekari berkepala datar,” kata Widga.
Pekari berkepala datar (Platygonus compressus) kemungkinan merupakan mangsa favorit serigala dire di wilayah tersebut.
Serigala dire mungkin hidup berdampingan dengan hewan-hewan besar seperti mastodon, bison, serta spesies kuda dan unta yang telah punah. Mereka adalah bagian dari kelompok karnivora besar yang lebih mirip dengan keanekaragaman karnivora yang di Afrika Timur saat ini dibandingkan dengan Amerika Utara modern.
Serigala dire juga bersaing dengan berbagai jenis karnivora besar lainnya, termasuk kucing bertaring pedang seperti Smilodon, hyena purba Chasmaporthetes, singa Amerika Panthera atrox, dan hewan-hewan besar dari spesies yang dikenal seperti beruang grizzly dan jaguar.
“Serigala dire tidak selalu menjadi predator puncak di lingkungan mereka,” kata Reynolds.
Selain memangsa kuda purba, serigala dire juga bisa mengganggu puma, anjing hutan, dan bahkan serigala abu-abu agar tidak memangsa.
Hidup Berkelompok?
Kemungkinan besar serigala dire hidup berkelompok, saling berkoordinasi untuk memangsa herbivora besar dan berbagi hasil buruan.
Reynolds mencatat banyaknya fosil yang ditemukan di lokasi rembesan aspal di situs La Brea di Los Angeles, California menunjukkan bahwa mereka hidup dalam kelompok sosial.
Selain koleksi fosil La Brea, sebuah situs di Peru yang disebut Talara—yang secara harfiah berarti “tar”—memiliki lebih dari 4.500 fosil serigala dire dari puluhan individu.
Hidup berkelompok memungkinkan serigala-serigala dire muda untuk belajar dari individu-individu dewasa di sekitar mereka. Tiga anak serigala yang diciptakan oleh Colossal Biosciences tidak dapat melakukan ini.
“Serigala hasil rekayasa genetika Colossal tidak akan serta-merta bertindak seperti serigala dire hanya karena mereka memiliki gen serigala dire,” kata Reynolds.
Dia juga mencatat bahwa tiga anak serigala itu dibesarkan tanpa kontak dengan serigala dire. Jadi mereka tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari keterampilan serigala yang penting.
Anjing liar Afrika dan dhole cenderung membentuk kelompok sosial besar yang hampir selalu berhubungan. Ini berbeda dengan kawanan serigala abu-abu yang berpisah dan kembali bersama saat anggota mereka mencari makanan.
Sementara itu, jakal cenderung menyendiri atau hidup dalam kelompok sosial kecil yang terdiri dari dua hingga empat ekor.
Kehidupan sosial serigala dire mungkin mirip dengan kehidupan dua spesies tersebut, atau mungkin kehidupan mereka sepenuhnya berbeda dan unik.
“Jika serigala dire ternyata tidak bersosialisasi, seperti yang dipikirkan para ilmuwan, atau bahkan jika mereka hidup dalam kelompok sosial yang lebih kecil atau lebih besar dari yang diperkirakan, perilaku ini mungkin memiliki dampak yang berbeda pada spesies mangsa,” catat Reynolds.
Misteri Kepunahan
Fakta bahwa serigala dire berevolusi di Amerika Utara, dan memiliki sejarah yang mendalam dan berbeda di benua itu, mengubah perspektif para ahli.
Tidak seperti serigala abu-abu, serigala dire tidak melintasi jembatan darat Bering, yang membentang antara Siberia dan Alaska selama Zaman Es. Mereka berevolusi menjadi bagian dari ekosistem yang sekarang telah punah, ekosistem tempat banyak binatang buas hidup dalam jumlah besar.
Mengapa serigala dire punah sekitar 13.000 tahun yang lalu sebagian besar tidak diketahui. Satu-satunya hipotesis yang ada yaitu mangsa pilihan mereka menghilang.
Namun bukti DNA kuno mengisyaratkan bahwa serigala dire tidak kawin silang dengan serigala abu-abu atau meninggalkan warisan genetik.
“Serigala dire menghilang selama gelombang kepunahan global besar-besaran yang secara dramatis mengubah bagaimana ekosistem Bumi telah terstruktur selama puluhan juta tahun,” ujar Lindsey.
Itu adalah momen ketika manusia menyebar ke seluruh Bumi saat iklim memanas dengan cepat. [BP]