Jakarta – Perusahaan intelijen yang berbasis di Inggris, Janes, melaporkan pada Senin (14/04/2025) bahwa Moskow meminta izin kepada Indonesia untuk menempatkan pesawat Angkatan Udara Rusia (VKS) di Biak, Papua.
Laporan itu menyebut sumber terpisah dari pemerintah Indonesia telah mengonfirmasi bahwa permintaan tersebut diterima oleh kantor Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin setelah pertemuannya dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Sergei Shoigu pada Februari 2025.
“Dalam permintaan tersebut, Rusia berupaya untuk menempatkan beberapa pesawat jarak jauh di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisiepo, sebagaimana terungkap dalam dokumen yang telah disampaikan kepada Janes,” tulis Janes.
Pemberitaan oleh Janes menggegerkan pemerintah Australia yang tengah bersiap mengadakan pemilu federal.
Situs berita ABC News melaporkan kemungkinan penempatan pesawat militer Rusia di Papua akan menimbulkan kecemasan bagi Australia.
Pakar mengatakan Rusia dapat menggunakan pangkalan Indonesia untuk memantau fasilitas pertahanan Amerika Serikat di Pasifik Barat, termasuk di Guam.
Prospek pesawat militer Rusia yang berpangkalan begitu dekat dengan daratan Australia juga akan membunyikan alarm di Canberra dan menyebabkan perdebatan politik yang sengit di jalur kampanye.
Malcolm Davis dari Institut Kebijakan Strategis Australia mengatakan jika Jakarta memberi lampu hijau, maka lebih banyak aset militer AS dan Australia akan ditempatkan dalam jangkauan langsung pasukan militer Rusia.
“Australia, Jepang, dan Amerika akan memberikan tekanan kepada Indonesia agar mengatakan tidak,” kata Davis, dikutip dari ABC News.
Melansir dari CNBC Indonesia, Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI Frega Wenas menyebut bahwa isu pangkalan militer Rusia adalah hal keliru. Tidak ada rencana atau wacana penempatan armada VKS di Papua.
“Laporan tersebut salah,” katanya.
ABC News mengonfirmasi bantahan itu, mengatakan Menteri Pertahanan Indonesia telah meyakinkan Australia bahwa mereka tidak akan mengizinkan pesawat Rusia untuk berpangkalan di Papua.
Dan ketika ditanya tentang isu tersebut, Kremlin mengatakan ada banyak berita palsu yang beredar. [BP]