Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Mayjen Qassem Soleimani.

Koran Sulindo – Presiden Donald Trump jelas orang yang tak pernah belajar sejarah. Pandangan-pandangannya tentang dunia jika itu bukan khayali pastilah dipasok oleh pembantu-pembantunya yang tak  kompeten atau arogan.

Lagi pula, bukan Trump kalau ia tak mencari masalah.

Agak mereda ‘caci-maki’ sengitnya dengan Kim Jong-un pemimpin Republik Demokratik Rakyat Korea, Trump menghidupkan permusuhan lama AS dengan Iran.

Ketegangan mencapai titik paling baru pekan lalu ketika Presiden Iran Hassan Rouhani mengkritik keras kelakuan AS yang dianggapnya sudah melampaui batas.

“Amerika harus memahami dengan baik bahwa perdamaian dengan Iran adalah ibu dari semua perdamaian dan perang dengan Iran adalah ibu dari semua perang,” kata Rouhani.

Lebih lanjut Rouhani memperingatkan agar Trump berhenti “bermain dengan ekor singa atau Anda akan menyesalinya.”

Peringatan  itu disampaikan Teheran beberapa hari setelah AS mengancam bakal menghentikan ekspor minyak Iran sekaligus memberlakukan sanksi baru yang akan mulai berlaku 6 Agustus mendatang..

Putaran sanksi baru AS itu merupakan ‘serangan’ terbaru Trump kepada Iran setelah ia secara sepihak menarik diri dari Kesepakatan Nuklir Iran.

Trump kembali mengintensifkan serangannya kepada Iran melalui tweet-nya yang ditujukan kepada Presiden Iran yang bahkan ditulisnya dengan huruf kapital.

“To Iranian President Rouhani: NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!” tulis Trump di akun twitter itu pada tanggal 23 Juli lalu.

Ocehan di media sosial itulah yang memancing reaksi keras, termasuk oleh Komandan Garda Republik Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Beda Level

Dalam sebuah pidato jenderal itu mengatakan bahwa Trump harus memilih bertempur langsung dengan dia dan bukan presiden Iran, Hassan Rouhani.

“Trump! Anda tidak harus mengancam bangsa kita dan tidak boleh menghina presiden kita … Anda perlu tahu apa yang Anda bicarakan; tanyakan pendahulu Anda dan belajar dari pengalaman mereka, ” kata Soleimani.

“Bukan martabat presiden kami untuk menanggapi Anda, saya, sebagai seorang prajurit, menanggapi Anda,” kata Soleimani mengacu cara bicara Trump ala ‘cabaret-retoris’ yang mengacu pada “hanya pemilik kabaret yang berbicara ke dunia dengan cara ini.”

Lebih lanjut Soleimani mengingatkan AS tentang invasi terakhirnya di Irak dan Afghanistan yang gagal total yang menurutnya lebih merupakan pelajaran sejarah daripada ancaman.

Secara eksplisit ia juga mengingatkan AS tentang setiap detail invasi yang berakhir buruk.

“Apa yang bisa Anda lakukan selama 20 tahun terakhir? Anda pergi ke Afghanistan dengan puluhan tank dan pengangkut personel dan ratusan helikopter canggih dan melakukan kejahatan di sana. Apa yang bisa Anda lakukan antara 2001 dan 2018 dengan 110.000 pasukan? Hari ini Anda memohon Taliban untuk pembicaraan damai,” kata Mayor Jenderal Soleimani.

Jenderal Iran itu juga menambahkan, “Afghanistan adalah negara miskin, apa yang bisa Anda lakukan di negara itu sementara saat ini berani-beraninya Anda mengancam kami?”

Soleimani juga mengingatkan hasil buruk invasi di Irak  itu pada akhirnya menyebabkan AS meminta bantuan dan dukungan Iran.

“Anda dengan sombong menyerang Irak dengan 160.000 pasukan dan peralatan yang beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan yang Anda gunakan di Afghanistan, tetapi apa yang terjadi?”

“Tanyakan kepada komandan Anda saat itu, siapa orang yang ia kirimkan kepada saya untuk meminta “Apakah mungkin bagi Anda untuk memberi kami waktu [dan] menggunakan pengaruh Anda sehingga tentara kami tidak diserang pejuang Irak dalam beberapa bulan berikutnya sampai kami keluar negara ini?” kata Soleimani.

“Apakah Anda lupa bahwa Anda harus menyediakan popok dewasa untuk tentara Anda di dalam tank? Anda saat ini mengancam negara sebesar Iran? Dengan latar belakang apa Anda mengancam kami?”

“Kami berada di dekat Anda, Anda bahkan tidak dapat membayangkan bahwa Kami adalah bangsa kemartiran, kami adalah bangsa Imam Hossein, Anda sebaiknya bertanya. Ayo, kami siap. Kami adalah manusia di arena ini. Anda tahu bahwa perang ini akan berarti penghancuran total dari semua kemampuan Anda.”

Soleimani kemudian menegaskan, “Anda dapat memulai perang, tetapi kita yang akan mengakhirinya.” (TGU)