Rusia dan Ukraina mulai menukar tahanan perang pada 23 Mei lalu. (Sumber: @V_Zelenskiy_official)

Jakarta – Kepala intelijen Ukraina mengatakan pertukaran tahanan terbaru antara Rusia dan Ukraina dijadwalkan minggu depan sebagaimana telah disetujui dengan pejabat Rusia.

Ini menepis tuduhan Moskow bahwa Kyiv telah menunda pertukaran tersebut tanpa batas waktu.

“Dimulainya kegiatan pemulangan berdasarkan hasil dan negosiasi di Istanbul dijadwalkan untuk minggu depan, sebagaimana yang diberitahukan kepada orang-orang yang berwenang pada hari Selasa,” kata kepala intelijen militer Kyrylo Budanov dalam sebuah pernyataan pada Minggu (08/06/2025), dikutip dari Al Jazeera.

“Semuanya berjalan sesuai rencana, terlepas dari permainan informasi kotor musuh”.

Komentar tajam itu menyusul tuduhan Rusia pada Sabtu (07/06/2025) bahwa Ukraina telah menunda tanpa batas waktu pengembalian jenazah 6.000 tentara di masing-masing pihak dan pertukaran tawanan perang yang terluka dan sakit parah serta tawanan perang di bawah usia 25 tahun.

Ukraina “dengan hati-hati mematuhi perjanjian yang dicapai di Istanbul”, Budanov membalas, merujuk pada putaran kedua negosiasi yang berlangsung di kota Turki pada hari Senin.

Sementara itu, Rusia mengatakan bahwa mereka membawa lebih dari 1.000 jenazah tentara Ukraina yang terbunuh ke titik pertukaran sambil juga menyerahkan daftar pertama 640 tawanan perang kepada Ukraina, tetapi negosiator Ukraina tidak berada di lokasi pertukaran.

Ukraina membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Moskow harus berhenti “bermain curang”.

Melinda Haring, seorang peneliti senior nonresiden di Pusat Eurasia Dewan Atlantik, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ini merupakan pertanda baik bahwa proses tersebut tampaknya sekarang kembali ke jalurnya.

“Ini adalah masalah besar, karena pertukaran tawanan akan menjadi yang terbesar yang pernah dilakukan Ukraina dan Rusia sejauh ini. Dan di masa lalu, pertukaran ini berjalan cukup lancar,” kata Haring.

“Jadi fakta bahwa ada narasi ganda tentang hal ini, di tengah dorongan besar untuk membuat Rusia dan Ukraina menyetujui negosiasi perdamaian, benar-benar meresahkan.”

“Pertukaran tawanan perang dianggap sebagai cara yang kurang meyakinkan untuk membangun kepercayaan dalam negosiasi yang lebih besar. Jadi fakta adanya gesekan mengenai hal ini, dan saya yakin itu terjadi di pihak Rusia, menunjukkan tidak banyak yang berminat pada negosiasi perdamaian sesungguhnya sesuai persyaratan Moskow,” katanya. [BP]