Kesultanan Gowa merupakan Kerajaan Islam yang ada di Indonesia. Kerajaan Gowa Tallo didirikan pada abad 12 dan berubah menjadi Kesultanan Makassar pada ahir abad ke 14, dengan raja yang pertama kali memeluk Islam yakni Alauddin I.
Alauddin I merupakan raja ke-14 di kerajaan Gowa dan Sultan pertama di Kesultanan Gowa atau Kesultanan Makassar. Alauddin I lahir dengan nama I Mangerangi, gelar bangsawannya I Daeng Manrabbia. Ia memiliki nama lengkap I Mangnga’rangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna Tumenanga ri Gaukanna. Ia merupakan anak dari raja Gowa ke 12, Tunijalloq.
I Mangerangi diangkat menjadi raja pada tahun 1593 saat usia 7 tahun setelah kekuasaan kakanya, Tunipasuluq tumbang. I Mangerangi diangkat oleh Tummabicara Butta Makassar, Karaeng Matoaya. Tumabicara butta merupakan jabatan tertinggi kedua dalam tatanan birokrasi dalam persekutuan Kerajaan Gowa-Kerajaan Tallo. Posisi tumabicara butta dapat disamakan dengan mangkubumi atau mahapatih di kerajaan Jawa.
Alauddin I mengenal Islam dari pendakwah asal Minangkabau, yakni Datuk ri Bandang dari Koto Tangah. Datuk ri Bandang mengislamkan I Mangerangi pada 22 September 1605 atau 9 Jumadil Awal 1051 Hijriah. Setelah memluk Islam, I Mengarangi memimpin dengan gelar Sultan Alauddin yang meiliki arti ‘diatas Agama’. Pada masa ini pula Kerajaan Gowa Tallo berubah nama menjadi Kesultanan Gowa.
Alauddin I merupakan kerabat dari Ibu Syaikh Yusuf Al-Makassari yang menjadi pahlawan nasional. Syaikh Yusuf yang nama kecilnya Abadin Tadia Tjoessoep, merupakan nama yang diberikan oleh Alauddin I.
Pada masa kepemimpinannya, Alauddin I beberapa kali melakukan ekspansi militer sebagai bagian dari penyebaran Islam. Salah satu ekspansi militernya yakni ke Kerajaan Bone dimana Kerajaan Bone saat itu dipimpin oleh Raja La Tenrirua. Kesultanan Gowa pun ahirnya berhasil menguasai Kerajaan Bone dan mengajak Raja Bone, La Tenrirua untuk ikut memeluk Islam.
Masuknya La Tenrirua kedalam Islam mendapat penolakan dari rakyat Bone dan Hadat Tujuh atau Badan Pembantu Utama Kerajaan Bone yang berfungsi seperti DPR, terdiri dari tujuh orang yang memimpin urusan pemerintahan, kepolisian, pendidikan, keuangan, pekerjaan negeri, dan ekonomi. Akibatnya, tahta La Tenrirua digantikan oleh La Tenripale (1611-1613).
Alauddin I sempat membangun beberapa benteng untuk memperkuat pertahanan istana raja di Somba Opu. Benteng ini bernama Benteng Ana Gowa dan Benteng Garassi.
Sultan Alauddin I meninggal dunia pada usia 53 tahun di Somba Opu pada tanggal 15 Juni 1639 setelah sebelumnya Ia jatuh sakit Ketika berada di Cikkoang. [IQT]

