Ada tempat-tempat di dunia yang bukan sekadar ditinggalkan, tapi dibekukan oleh sejarah. Bukan karena waktu berhenti, melainkan karena tragedi yang membuat waktu seolah tak sanggup berjalan. Di balik hutan-hutan lebat Ukraina, tersembunyi sebuah kota yang dulu dibangun dengan mimpi besar, namun kini hanya menyisakan bayang-bayang masa lalu. Pripyat, nama yang pernah mewakili kemajuan dan harapan di era Soviet kini menjadi simbol paling nyata dari kehancuran yang tak terelakkan. Kota ini tak hanya ditinggalkan, tapi diwariskan kepada dunia sebagai pelajaran yang tak bisa diabaikan. Bagaimana sejarahnya? Berikut ulasan singkat mengenai kota Pripyat yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Di utara Ukraina, tidak jauh dari perbatasan Belarus, berdiri sunyi sebuah kota yang menjadi simbol kegagalan teknologi dan tragedi kemanusiaan: Pripyat. Tak hanya kota mati, Pripyat adalah monumen bisu dari ambisi nuklir Uni Soviet yang berubah menjadi bencana global. Kota yang pernah menjadi rumah bagi hampir 50.000 jiwa kini terdiam dalam waktu, dibalut bayangan radioaktif yang masih menggantung hingga hari ini.
Pripyat didirikan pada 4 Februari 1970 sebagai salah satu “atomgrad” atau kota nuklir Soviet. Letaknya strategis, sekitar 111 kilometer dari ibu kota Kyiv dan hanya 16 kilometer dari perbatasan Belarus. Tujuannya tunggal: mendukung operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl, yang kala itu dianggap sebagai tonggak modernisasi energi Soviet.
Dengan status resmi sebagai kota pada tahun 1979, Pripyat dibangun sebagai prototipe kota masa depan. Apartemen-apartemen modern, sekolah, rumah sakit, hotel, taman bermain, hingga pusat kebudayaan Soviet berdiri megah. Penduduknya sebagian besar adalah ilmuwan, teknisi, dan keluarga mereka adalah generasi profesional yang mengandalkan tenaga nuklir sebagai simbol kemajuan. Namun semua itu berubah hanya dalam satu malam.
26 April 1986: Detik-Detik yang Mengubah Dunia
Pada dini hari tanggal 26 April 1986, reaktor nomor empat PLTN Chernobyl meledak. Percobaan sistem keamanan yang gagal memicu salah satu kecelakaan nuklir paling buruk dalam sejarah. Tanpa pemberitahuan resmi, awan radioaktif menyebar diam-diam ke langit Eropa, menyelimuti Pripyat yang masih terlelap.
Evakuasi dimulai 36 jam setelah ledakan. Penduduk diberi waktu hanya beberapa jam untuk mengemas barang, diberitahu bahwa mereka akan kembali dalam waktu dekat. Tetapi itu tidak pernah terjadi. Pripyat, yang pernah begitu hidup, ditinggalkan dalam keheningan. Lebih dari 49.000 warganya dipindahkan secara permanen. Kota itu terkunci dalam kapsul waktu radioaktif.
Kini, Pripyat masih berdiri, tertinggal, bukan terlupakan. Bangunan-bangunan beton yang dulunya menjadi simbol kekuatan Soviet kini menjadi kerangka-kerangka kosong. Perabotan masih ada di dalam apartemen, mainan anak-anak berserakan di lantai, dan taman bermain dengan bianglala yang tak pernah sempat beroperasi menjadi simbol melankolis dari kehidupan yang tak sempat kembali.
Pripyat masuk dalam zona eksklusi seluas 30 kilometer persegi yang ditetapkan pemerintah Ukraina. Zona ini dijaga ketat, dan tingkat radiasi di beberapa lokasi masih cukup tinggi untuk membahayakan kehidupan. Namun di balik semua itu, Pripyat justru menjelma menjadi magnet sejarah dan refleksi.
Wisata di Tengah Kehancuran
Meski diliputi kesunyian dan sisa tragedi, Pripyat justru menjelma menjadi destinasi wisata sejarah yang unik. Dalam beberapa tahun terakhir, kota mati ini menarik perhatian para pelancong dari seluruh dunia—bukan karena keindahan alamnya, melainkan karena jejak masa lalu yang tertinggal begitu nyata. Tur ke zona eksklusi menjadi pengalaman mendalam bagi siapa saja yang ingin melihat sisi lain dari peradaban: tempat di mana waktu seolah membeku sejak 1986.
Di antara reruntuhan yang dilahap waktu, Pripyat Amusement Park berdiri sebagai simbol bisu dari harapan yang tak pernah sempat terwujud. Bianglala besar yang tak pernah berputar itu kini menjadi ikon kota mati, menghadirkan nuansa menggetarkan bagi setiap orang yang menatapnya. Tak jauh dari sana, Swimming Pool Azure menyimpan cerita lain—kolam renang indoor yang konon masih digunakan selama beberapa tahun pasca-bencana, sebelum akhirnya ikut tenggelam dalam keheningan.
Sementara itu, Jupiter Factory, bekas pabrik elektronik yang pernah menjadi tulang punggung industri kota, kini sunyi, dipenuhi oleh karat dan puing-puing masa lalu. Gedung-gedung pemerintah pun masih berdiri, menyisakan lambang palu arit di fasadnya—simbol kekuasaan Soviet yang kini menjadi artefak sejarah dalam lanskap kota yang tak lagi bernyawa.
Pripyat juga telah menjadi latar inspiratif bagi budaya populer. Kota ini muncul dalam video game seperti Call of Duty 4: Modern Warfare dan seri S.T.A.L.K.E.R., serta menjadi subjek dalam berbagai dokumenter, film, dan novel.
Pripyat bukan hanya cerita tentang kehancuran, tetapi juga tentang peringatan. Ia adalah pelajaran nyata tentang risiko energi nuklir tanpa kontrol, dan tentang bagaimana kemajuan teknologi tanpa akuntabilitas bisa merenggut masa depan sebuah generasi. [UN]