Ibu Fatmawati
Setelah Indonesia merdeka, pemakaian kebaya kembali marak, terutama karena Ibu Negara Fatmawati kerap mengenakan kebaya dalam berbagai acara. Bahkan, ketikan mendampingi Presiden Soekarno kunjungan kerja ke Filipina pada tahun 1951, Ibu Fat juga mengenakan kebaya dalam acara resmi kenegaraan. Sejak itulah kebaya menjadi semacam busana nasional bagi perempuan Indonesia.
Pada masa Orde Baru, dalam lokakarya tahun 1978 yang diikuti utusan dari
27 provinsi di Indonesia ditetapkan empat kriteria busana nasional Indonesia. Kriteria tersebut adalah, pertama, tidak mencerminkan kedaerahan; kedua, bisa dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat; ketiga, mudah didapat, mudah perawatan, dan harganya terjangkau, dan; keempat, tidak lepas dari unsur etika serta estetika berbusana. Yang kemudian disepakati sebagai busana nasional perempuan Indonesia adalah kebaya, bukan baju kurung, baju bodo, atau baju cele. Baju kurung tidak dipilih karena model ni tidak hanya dipakai di Indonesia, tapi juga menjadi ciri khas Malaysia, Brunei, Thailand, Kamboja, dan Myanmar sehingga kurang istimewa bila berada di komunitas mereka. Akan halnya baju bodo atau baju cele tidak mendapat respons besar dari peserta lokakarya.
Kebaya yang dipilih juga bukan model kebaya panjang. Alasannya: terlalu banyak
memerlukan kain dan, bila dipakai oleh ibu-ibu pejabat, bagian bokong akan kusut dan tidak rapi. Dengan demikina, kebaya pendek menjadi pilihan sebagai busana
nasional perempuan Indonesia. Bawahannya adalah kain panjang yang diwiru. Untuk model kebayanya mengikuti model kebaya yang dikenakan Ibu Negara Republik Indonesia Raden Ayu Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto di setiap acara resmi nasional dan internasional.
Kemudian, pada tahun 1987 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8/1987 tentang Protokol Penataan Busana Nasional yang Harus Dipakai pada Acara Resmi dan Non-resmi oleh Perempuan Indonesia (Ibu Negara). Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan, busana nasional bagi perempuan Indonesia terdiri dari kain batik atau sarung yang dipadukan dengan kebaya atau baju kurung serta selendang.
Banyak studi tentang kebaya yang dilakukan oleh akademisi dari dalam dan luar negeri. Dengan adanya studi-studi itu dapat dikatakan, kebaya merupakan bagian penting dari gaya berbusana Dunia Timur yang memiliki pengaruh bagi perjalanan fashion dunia. Contoh terbaik dari pengaruh itu adalah pemakaian renda. [PUR]