Ilustrasi: Operasi Yustisi di Surabaya/YMA

Koran Sulindo – Polrestabes Surabaya terus melakukan upaya preemptif dan preventif memerangi radikalisme dengan menggandeng para netizen dan mahasiswa.

Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan mengatakan telah bekerjasama dengan beberapa komunitas di media sosial.

“Kita prinsipnya daripada kita diserang, kita menyerang duluan. Jadi di medsos kita juga berperang di sana, jadi di grup netizen kami selalu mengkampanyekan bahwa paham-paham itu tidak benar,” kata Rudi, di Mapolrestabes Surabaya, Senin (23/7/2018).

Selain itu, pihaknya juga memberikan edukasi kepada para mahasiswa melalui seminar nasional. Dalam acara-acara tersebut selain membicarakan bahaya radikalisme juga memberikan pemahaman kebangsaan.

“Seperti di kalangan mahasiswa direkrut dibayari kosnya, itu kita selalu membuat edukasi di sana, jangan cepat mau rayuan-rayuan yang endingnya akan menanamkan benih-benih radikalisme di diri manusia,” kata Rudi.

Optimalkan Tiga Pilar

Polrestabes Surabaya  juga berkerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya melakukan pembinaan dengan tiga pilarnya yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan kepala desa atau lurah. Kegiatan dilakukan dengan melakukan tatap muka bersama warga, dengan istilah setempat, “Cangkrukan”.

Selain itu untuk mengidentifikasi radikalisme, pascabom lalu, Polrestabes juga semakin giat melakukan operasi yustisi.

“Hampir setiap hari operasi yustisi itu dikerjakan untuk mendetek di mana-mana titik-titik yang dimungkinkan akan berkembang dan yang sedang berlangsung radikalisme,” ujarnya.

Selain itu ada juga kegiatan non kontra radikal, namun pihak kepolisian bisa turut serta. Hal itu untuk menyasar perumahan elit yang biasanya sulit diketahui aktivitas di sana.

“Bagaimana kita bisa masuk ke mereka? Kita pernah pura-pura untuk ngecek program nyamuk, jumantik, kemudian program penyemprotan. Yang penting kita bisa masuk, kita bisa melihat. Nah setelah itu ya kita memberikan pemahaman-pemahaman bahwa itu tidak benar,” kata Rudi. [YMA]