Hutan Aokigahara (Foto: Dailymail)

Cerita mistis sering kali menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk Jepang. Negara yang dikenal sebagai negara dengan budaya yang kaya, teknologi yang maju, serta lanskap alam yang memukau.

Namun, di balik keindahan dan modernitasnya, ada tempat-tempat yang menyimpan cerita kelam dan penuh misteri. Salah satu lokasi yang paling terkenal adalah Hutan Aokigahara, sebuah kawasan lebat di kaki Gunung Fuji yang kerap dikaitkan dengan kisah-kisah menyeramkan.

Hutan ini bukan hanya dikenal karena keindahan alaminya, tetapi juga karena sejarah kelam yang membayangi. Dari legenda tentang roh gentayangan hingga julukannya sebagai “hutan bunuh diri,” Aokigahara telah menjadi simbol dari sisi gelap kehidupan manusia. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut misteri dan kengerian di balik Aokigahara, Lautan Pohon yang dipercaya banyak dihuni hantu.

Keangkeran dan Misteri di Balik Aokigahara

Hutan Aokigahara telah lama dikenal sebagai lokasi bunuh diri bagi masyarakat Jepang. Sering disebut sebagai ‘tempat sempurna untuk mati,’ banyak orang yang datang ke sini tidak pernah kembali. Di antara pepohonan yang rimbun dan atmosfer yang sunyi, mayat-mayat sering ditemukan tergantung atau overdosis bersama dengan barang-barang kenangan mereka. Beberapa orang bahkan berkemah di dalam hutan sebelum akhirnya memutuskan mengakhiri hidup mereka sendiri.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jepang, Aokigahara dihantui oleh roh-roh penasaran yang disebut Yurei. Yurei adalah arwah orang yang meninggal dengan perasaan dendam, marah, atau sedih yang mendalam, sehingga mereka tidak bisa pergi ke alam baka. Roh-roh ini dikabarkan terus berkeliaran di dalam hutan, membuat suasana semakin mencekam.

Dari kejauhan, hutan ini tampak damai dengan latar belakang megah Gunung Fuji. Namun, kenyataannya jauh lebih menyeramkan. Pepohonan yang tumbuh begitu rapat dan seragam membuat orang yang masuk dengan mudah tersesat.

Tak heran jika pejalan kaki yang menjelajahi Aokigahara biasanya mengikuti jalan setapak dan menggunakan pita berwarna untuk menandai jalan pulang. Lebih menyeramkan lagi, GPS dan ponsel sering kali tidak berfungsi di dalam hutan ini, seolah-olah ada kekuatan tak kasat mata yang menghalangi sinyal.

Menurut tradisi Jepang, orang yang meninggal karena bunuh diri tidak dapat bergabung dengan para leluhur mereka di alam baka. Oleh karena itu, roh mereka menjadi gentayangan. Untuk mencegah kemarahan roh tersebut, petugas hutan sering melakukan ritual khusus dengan cara menemani mayat yang ditemukan hingga jasadnya diambil. Tujuannya adalah untuk memastikan arwah mereka tidak merasa sendirian.

Hutan ini sebenarnya telah dikenal sebagai lokasi bunuh diri sejak tahun 1950-an. Namun, kepopulerannya semakin meningkat setelah novel Kuroi Kaiju karya Seicho Matsumoto diterbitkan pada tahun 1960. Dalam novel ini, diceritakan pasangan yang saling mencintai memilih mengakhiri hidup mereka di Aokigahara. Sejak saat itu, angka bunuh diri di hutan ini meningkat drastis.

Tak hanya itu, buku kontroversial karya Wataru Tsurumui pada tahun 1993 juga memperkuat reputasi Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri. Dalam bukunya, ia menyebutkan bahwa hutan ini adalah tempat terbaik untuk mengakhiri hidup. Tak heran jika petugas hutan kerap menemukan buku tersebut di dekat jasad orang yang meninggal.

Ubasute: Tradisi Meninggalkan Orang Tua di Hutan

Selain sebagai tempat bunuh diri, Aokigahara juga memiliki sejarah kelam lainnya. Pada zaman dahulu, ketika kehidupan sulit dan kemiskinan melanda, masyarakat Jepang menerapkan tradisi ubasute, yaitu membuang orang tua mereka yang sudah lanjut usia ke dalam hutan. Mereka yang ditinggalkan di Aokigahara perlahan meninggal karena kelaparan atau kedinginan. Konon, arwah mereka juga menjadi bagian dari roh-roh yang menghantui hutan hingga kini.

Kebiasaan ini tidak hanya terjadi di Jepang, tetapi juga ditemukan dalam beberapa budaya di Asia, termasuk Korea. Akibatnya, banyak peninggalan barang-barang dari orang-orang yang ditelantarkan atau bunuh diri di Aokigahara, yang kemudian menarik perhatian para pemulung dan penjarah. Mereka sering kali mencari barang berharga, bahkan dari jasad yang belum ditemukan oleh petugas.

Menyadari reputasi kelam yang melekat pada Aokigahara, pemerintah Jepang berupaya mengurangi angka bunuh diri di sana. Mereka memasang papan peringatan di jalur masuk hutan yang berisi pesan-pesan motivasi, seperti ajakan untuk berpikir kembali tentang keluarga dan masa depan mereka. Selain itu, patroli dilakukan secara rutin untuk mencegah orang-orang yang berniat mengakhiri hidup mereka di hutan ini.

Keindahan yang Terselubung dalam Misteri

Terlepas dari kisah-kisah mistisnya, Aokigahara sebenarnya merupakan salah satu hutan yang sangat indah. Pepohonan yang menjulang tinggi dan berusia ratusan tahun menciptakan lanskap hijau yang memukau. Oleh karena itu, hutan ini juga dijuluki sebagai ‘Lautan Pohon’. Beberapa orang yang datang ke sini bukan untuk bunuh diri, melainkan untuk menikmati ketenangan dan keindahan alam.

Namun, bagi siapa pun yang ingin mengunjungi Aokigahara, ada satu hal penting yang harus diingat: tetaplah berada di jalur yang telah ditentukan. Pepohonan yang lebat dan atmosfer yang sunyi dapat dengan mudah membuat pengunjung tersesat dan mengalami kejadian yang tidak diinginkan.

Aokigahara tetap menjadi salah satu lokasi paling misterius di Jepang. Apakah hutan ini hanya sebuah tempat sunyi yang indah, atau benar-benar dihantui oleh arwah penasaran? Jawabannya mungkin hanya bisa ditemukan oleh mereka yang cukup berani untuk menjelajahinya sendiri. [UN]