Partai politik dan para kandidat calon presiden mulai mengambil ancang-ancang dan membuat strategi mengincar pemilih muda di Pemilihan Umum 2024. Survei BPS mencatat jumlah pemilih usia muda yang berhak memilih pada 2024 mencapai 191,08 juta jiwa atau 70,72% dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP, Djarot Saiful Hidayat, dalam diskusi bertajuk ‘Akankah PDIP Menang Lagi di Pemilu 2024?’ mengakui pihaknya belum memiliki instrumen mumpuni untuk menggaet anak muda. Pihaknya akan membuat konten, pembentukan majelis taklim, dan berbagai hal agar anak muda tertarik berpolitik.
“Sehingga anak-anak muda sadar tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara menentukan masa depan,” jelasnya. “Singkatnya bagaimana mengajak anak muda itu untuk mau bergabung dengan partai politik.” Bahkan, jika bisa, ia ingin mengajak para anak muda bergabung dengan partai politik khususnya PDI-P.
Ihwal perebutan suara kaum muda juga diungkap dalam seminar daring nasional ‘Dua Dasawarsa Kemenangan Golkar 2004-2024’, Sabtu (16/10/2021). Peneliti BRIN, Siti Zuhro, menilai suara pemilih muda penting bagi partai politik di Pemilu 2024. Golkar pun dinilai perlu memperhatikan segmen ini, termasuk memahami perilaku mereka.
“Karena memang eranya sudah berganti, zamannya sudah berubah. Era new normal, disrupsi digital, dan juga Society 4.0, itu mensyaratkan semua partai politik harus berubah, termasuk Golkar,” kata Siti, seraya menyebut Golkar bisa saja menjadi pemenang pemilu di urutan pertama setelah selama ini hanya memenangkan Pemilu di urutan kedua.
Siti Zuhro menilai Golkar harus menarik pemilih pemula dan kaum muda. Salah satu ciri mereka, menurut Siti Zuhro, tak menyukai retorika. Mereka lebih bersikap rasional dalam menentukan keputusan, termasuk pilihan di Pemilu. Dia memprediksi Golkar tidak terlalu kesulitan menggaet pemilih muda karena partai berlambang pohon beringin ini tak bergantung pada figur.
Sementara itu, Partai Gerindra pun menyatakan komitmennya untuk menggaet generasi milenial bergabung ke dalam partai dan ikut berkontribusi ke dalam dunia politik. Untuk itu, Gerindra menggerakkan segenap potensi yang dimiliki, termasuk organisasi sayap Partai Gerindra Tunas Indonesia Raya (Tidar) yang kini gencar mengadakan pelatihan politik bagi kaum muda.
Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Umum Gerindra yang sekaligus Ketua Bidang Pengembangan Peranan Perempuan Tidar mengaku pihaknya saat ini sedang membuat pelatihan kepada milenial yang sudah bergabung dengan Partai Gerindra. “Pelatihan tunas tiga ini adalah bukti bahwa kita mau mempersiapkan kader-kader yang terbaik,” kata wanita yang akrab disapa Sara ini.
Melalui pelatihan itu, kata dia, kemampuan politik kader muda Gerindra akan meningkat dan lebih mumpuni. Bahkan, itu diyakininya bakal memberikan pengaruh pada anak muda lainnya bergabung ke Partai Gerindra. “Kita bisa membuktikan bahwa ada anak-anak Indonesia siap untuk berkontribusi secara nyata di level kepemimpinan di legislatif dan juga eksekutif di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Sara yang juga menjelaskan, tahun ini partainya melakukan rekrutmen besar-besaran. “Kami membuka pintu bagi siapa pun yang punya ketertarikan, keterpanggilan mengabdi dan berbuat untuk bangsa dan negara dimanapun mereka berada,” katanya. Tersedia kesempatan bagi mereka untuk bergabung, yang selanjutnya akan diikuti dengan kesempatan mengikuti pendidikan politik dari tunas 1 sampai tunas 4.
Partai Demokrat juga menyadari pentingnya menggaet para pemilih muda. Di Kongres V Partai Demokrat yang berlangsung 15 Maret 2020, Ketua Umum (ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan tekadnya merebut suara generasi muda di Pemilu 2024. “Partai mana pun yang lebih cepat, kreatif untuk mendekati kalangan muda ini, akan diuntungkan,” katanya.
Pada kesempatan itu, AHY mengajak seluruh struktur dan kader Demokrat untuk lebih giat lagi menyapa kaum muda, termasuk masyarakat yang belum menentukan pilihan. AHY juga menekankan pentingnya Demokrat membina dan memperluas jaringan konstituen, khususnya pemilih muda usia 17-40 tahun yang jumlahnya terus bertambah secara signifikan.
Pihaknya juga ingin menyentuh berbagai komunitas profesi dan lintas generasi. “Kita harus bisa memenangkan hati dan pikiran mereka, dan tentunya memenangkan suara mereka di TPS,” tutur AHY kala itu. “Kita harus bisa gesit untuk bisa menambah jaringan konstituen kita, terutama mereka yang belum memiliki rumah sebagai pelabuhan mereka.”
Selain kalangan partai, para kandidat calon presiden juga sedang bersiap-siap. Sejumlah nama yang berpotensi menjadi kandidat calon presiden menghiasi hasil survei sejumlah lembaga. Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil.
Relawan pendukung Ganjar Pranowo menyebutkan tengah merumuskan branding buat Gubernur Jawa Tengah itu untuk menarik minat kaum muda di media sosial. Strategi branding ini penting karena dinilai lebih cepat membentuk persepsi pemilih muda. Branding ini sangat penting agar seluruh gerakan satu suara,” kata Imanuel Ebenezer, ketua gerakan relawan untuk Ganjar.
Ketua Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera — relawan Anies Baswedan — La Ode Basir, mengatakan lembaganya mempunyai strategi khusus untuk menggaet pemilih muda. Misalnya, mereka menjual keragaman budaya untuk menunjukkan sosok Anies yang peduli dan menghargai perbedaan.
“Relawan kami punya latar belakang berbeda dan punya komunitas masing-masing. Itu kami konsolidasikan,” kata Basir kepada Tempo. Menurut dia, pemilih muda cenderung peduli dengan citra pemimpin yang memperhatikan isu-isu keragaman budaya dan keragaman pandangan. Ia menyebutkan tim media sosial lembaganya sudah mempunyai berbagai akun dan kanal untuk mempromosikan Anies.
Basir mengatakan strategi utama lembaganya adalah menggaet pemilih muda lewat media sosial. Langkah ini ditempuh karena pengguna media sosial mencapai 202 juta dari total 270 juta penduduk Indonesia. Berdasarkan survei Global Web Index pada awal tahun ini, YouTube masih menjadi situs media sosial terpopuler di Indonesia, diikuti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan Twitter.
Komposisi pemilih pada kontestasi demokrasi 2024 memang akan didominasi generasi muda. Sekitar 196 juta orang akan mencoblos dalam pemilihan presiden 2024. Angka pemilih muda dipastikan lebih banyak dibanding pemilih usia tua, sama seperti Pemilu 2014 dan 2019. Pada pemilihan 2014, misalnya, satu dari tiga pemilih berusia 18-35 tahun. Lalu partisipasi pemilih muda juga amat tinggi, sekitar 70 persen.
Mengacu data Komisi Pemilihan Umum (KPU), usia pemilih 20 tahun sebanyak 17.501.278, usia pemilih 21-30 tahun sebanyak 42.843.792 orang, dan usia 31-40 tahun berjumlah 43.407.156 orang. Saat itu, total DPT mencapai 192.828.520 orang.
Pada Pemilu 2024, angkanya berpotensi melonjak, sehingga wajar suara generasi muda menjadi incaran partai politik (parpol). Secara kuantitatif suara pemilih milenial sangat penting, bahkan menentukan. Namun, tidak mudah merebut suara mereka. Dibutuhkan pendekatan dan strategi khusus.
Kebangkitan generasi muda dalam kancah perpolitikan nasional sejatinya terlihat di hasil Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Serentak 2020. Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mencatat, sebanyak 20 kepala daerah yang terpilih dan 17 wakil kepala daerah yang terpilih berusia kurang dari 34 tahun. Berarti, 13,7% dari 270 daerah yang menggelar pilkada dipimpin oleh kaum milenial. [AT]