Berdasarkan pengetahuan Sururi, TK merupakan figur yang tidak sungkan membantu wartawan yang kesulitan. Dia selalu tanya bagaimana kondisi keluarga, bagaimana sekolah anak, dan bagaimana kesehatannya. Tentu dengan cara-cara seperti itu, dengan ketulusan yang ditunjukkan TK dalam bersahabat, seoraang wartawan sangat merasakan bangga dan merasa diperhatikan. Apalagi, yang memberikan perhatian itu adalah sahabat yang merupakan orang besar dan pejabat besar di republik ini.

“Jadi, memang luar biasa dan langka ada orang yang menjadi pejabat masih seperti itu. TK menunjukkan bahwa sikapnya terhadap wartawan semenjak partainya masih kecil dulu, kemudian saat Mega menjadi wapres, hingga kemudian jadi presiden, bahkan ketika belian menjadi Ketua MPR tidak berubah,” ujar Sururi.

Komunikasi dengan wartawan yang dikenal juga berlangsung meski secara fisik jarang bertemu. TK pasti menyadari, mungkin wartawan segan atau bahkan kebingungan menelepon dirinya untuk sekadar berdiskusi. Nah, TK punya perasaan yang peka karena sering tanpa diduga menelepon wartawan untuk sekadar menanyakan kabar dan mendiskusikan situasi nasional terkini. Karena memang orangnya tulus, wartawan yang ditelepon TK pun menjadi bangga dan tidak ada beban. Malah merasa diperhatikan karena ternyata masih diingat.

“Yang juga susah dibayangkan adalah TK itu tidak segan untuk membuatkan kopi untuk wartawan yang datang ke kediamannya di Kebagusan,” tuturnya.

Andus Simbolon merupakan salah satu wartawan yang mengetahui betul langkah-langkah TK dan bagaimana pergaulannya dengan wartawan sejak dulu. TK bagi Andus adalah figur peduli dengan wartawan, termasuk terhadap dirinya. Andus punya pengalaman sederhana waktu diminta ke SPBU di Pejompongan, tempat dia selalu menggunakan sepeda motor tua satu-satunya. Menurut Andus, TK selalu memperhatikan bagaimana kondisi ban sepeda motornya, ditanya bagaimana olinya, yang itu semata-mata sikap perhatian untuk memastikan tidak terjadi apa-apa di jalan. “Beberapa kali aku dikasih uang untuk ganti ban, ganti oli, hanya agar jangan sampai ada apa-apa di jalan. Bukan masalah materinya, tetapi saya menjadi tersentuh,” kata Andus.

Hal lain yang membuat dia terkesan dengan perhatian TK adalah ketika dia ditawari pilihan mau mobil atau rumah. Saat itu, Andus memilih dikasih mobil walaupun belum bisa menyetir. Andus merasakan bagaimana bisa memiliki mobil Kijang tahun 1999 yang dia ambil dari SPBU di Lapangan Ros, dengan BPKB atas nama M Taufiq Kiemas. Namun, mobil itu tidak lama di tangannya. Karena kebutuhan, Andus tanpa memberitahukan ke TK menjual mobil itu. TK yang baru mengetahui beberapa bulan berikutnya bahwa mobil pemberiannya sudah dijual, menurut Andus, menunjukkan sikap marah. Dia didiamkan saat bertemu dengan TK. Namun, lama-lama terbiasa lagi karena TK juga memaklumi bagaimana kondisi Andus dalam mengelola keuangan.

Selain mobil, Andus juga pernah dibelikan kamera Cannon dan pager. Saat beli, dia diajak langsung jalan ke Blok M menggunakan mobil yang selalu dikendarai TK. Sampai pada puncaknya menjelang Pemilu 1999, yang sudah ada tanda-tanda kemenangan PDIP, TK minta ke Roy BB Janis agar nama Andus masuk daftar caleg untuk DPRD DKI Jakarta. Andus dikasih formulir oleh Roy, namun Andus menolak karena merasa tidak berbakat sebagai politisi. “Kalau saya mau pasti jadi, karena waktu itu dapat 32 kursi di DKI,” ujarnya sambil terkekeh.