Setiap tanggal 26 Mei, rakyat Georgia memperingati Hari Kemerdekaan sebagai simbol perjuangan panjang mereka untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Tanggal ini tidak hanya menjadi penanda lepasnya Georgia dari cengkeraman kekuasaan asing, tetapi juga menjadi hari perayaan identitas nasional yang dibangun di atas kekayaan sejarah, budaya, dan tradisi yang unik. Di tengah pergolakan geopolitik dan transisi dari berbagai bentuk kekuasaan, Georgia kini berdiri sebagai negara merdeka yang telah mempertahankan kedaulatannya selama lebih dari tiga dekade.
Sejarah Hari Kemerdekaan Georgia
Mengutip laman National Today, kisah kemerdekaan Georgia adalah bagian dari perjalanan panjang dan penuh gejolak dalam sejarah negara tersebut. Georgia pertama kali tergabung ke dalam Kekaisaran Rusia pada abad ke-19, yang kemudian dilanjutkan dengan periode kekuasaan Soviet yang panjang. Meski Georgia sempat menyatakan kemerdekaannya, dominasi asing terus membayangi hingga abad ke-20.
Segalanya berubah drastis setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917. Revolusi ini bertujuan menghapuskan monarki dan menggantinya dengan pemerintahan sosialis. Di tengah kekacauan pasca-revolusi dan Perang Dunia Pertama, wilayah Kaukasus termasuk Georgia mengalami transformasi politik besar-besaran.
Pada tahun 1918, dibentuklah Republik Federasi Demokratik Transkaukasia, sebuah negara federasi yang menyatukan wilayah Georgia, Armenia, dan Azerbaijan, serta sebagian wilayah Rusia dan Turki. Namun, federasi ini hanya bertahan selama satu bulan. Pada tanggal 26 Mei 1918, Georgia menyatakan kemerdekaannya dan mendirikan Republik Demokratik Georgia.
Sayangnya, kemerdekaan tersebut hanya berlangsung beberapa tahun. Georgia kembali jatuh ke dalam kekuasaan asing ketika Uni Soviet menganeksasi wilayah tersebut pada awal dekade 1920-an. Georgia baru berhasil merebut kembali kemerdekaannya beberapa dekade kemudian, tepatnya pada 9 April 1991, setelah runtuhnya Uni Soviet.
Tanggal 26 Mei kemudian ditetapkan kembali sebagai Hari Kemerdekaan Georgia, merujuk pada deklarasi tahun 1918 yang menjadi tonggak pertama berdirinya negara modern Georgia. Sementara itu, tanggal 9 April diperingati sebagai Hari Persatuan Nasional, Kerukunan Warga, dan Peringatan atas perjuangan panjang yang ditempuh untuk meraih kedaulatan.
Pemilihan presiden pertama di Georgia diadakan pada 26 Mei 1991, dan Zviad Gamsakhurdia dinyatakan sebagai presiden pertama negara yang telah merdeka kembali. Kedua tanggal tersebut, 26 Mei dan 9 April menjadi bagian penting dari kalender nasional Georgia dan dirayakan dengan penuh semangat setiap tahunnya.
Tradisi dan Warisan Budaya Georgia
Kemerdekaan bukan hanya soal kebebasan politik, tetapi juga soal merayakan warisan budaya dan tradisi yang menjadikan Georgia unik di mata dunia. Dalam masyarakat Georgia, identitas nasional dijaga dan dilestarikan melalui berbagai bentuk tradisi, mulai dari perjamuan makan bersama hingga tarian dan musik yang khas.
Supra: Jamuan Tradisional yang Sarat Makna
Salah satu tradisi paling sakral dan mengakar kuat dalam budaya Georgia adalah supra, yaitu jamuan makan besar yang diselenggarakan untuk memperingati berbagai momen penting dalam kehidupan masyarakat. Baik itu perayaan keluarga, keagamaan, maupun acara kenegaraan, supra selalu hadir sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Dalam supra, ada satu tokoh penting bernama tamada atau pemimpin jamuan yang bertugas memimpin berbagai toast atau ucapan syukur. Tamada tidak hanya mengatur jalannya acara, tetapi juga menjadi simbol kehormatan dan kearifan lokal. Makanan khas Georgia dan anggur lokal selalu menjadi bagian dari jamuan ini, memperkuat kesan hangat dan inklusif dalam setiap perayaan.
Tradisi Pembuatan Anggur Tertua di Dunia
Georgia adalah salah satu tempat tertua dalam sejarah pembuatan anggur, dengan tradisi yang telah berlangsung lebih dari 8.000 tahun. Keunikan metode pembuatan anggur Georgia terletak pada penggunaan qvevri, sebuah tempayan tanah liat besar yang dikubur dalam tanah dan digunakan untuk fermentasi anggur. Metode ini tidak hanya menciptakan cita rasa khas, tetapi juga melestarikan warisan nenek moyang secara turun-temurun.
Anggur Georgia seperti Saperavi dan Kindzmarauli telah dikenal luas di berbagai belahan dunia, menjadikan negara ini sebagai destinasi penting dalam wisata anggur global.
Tarian dan Musik Tradisional yang Dinamis
Tarian dan musik rakyat Georgia, dikenal sebagai tarian Kartvelian, merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas nasional. Gerakan-gerakan dalam tarian Georgia dikenal sangat dinamis, berenergi, dan sarat makna simbolis, menggambarkan nilai-nilai keberanian, cinta tanah air, dan solidaritas. Kostum yang digunakan dalam tarian pun penuh warna, mencerminkan keragaman budaya dari berbagai daerah di Georgia.
Bahasa dan Sistem Tulisan Georgia
Bahasa resmi negara Georgia dikenal sebagai Kartuli ena, atau Bahasa Georgia. Bahasa ini merupakan bagian dari rumpun bahasa Kartvelian, yang tidak berkerabat langsung dengan bahasa Indo-Eropa, Semitik, atau Turki. Bahasa Georgia dituturkan oleh sekitar 4 juta penduduk di dalam negeri, dan juga oleh diaspora di berbagai negara seperti Iran, Turki, Azerbaijan, dan Rusia. Keunikan bahasa ini terletak tidak hanya pada strukturnya yang kompleks, tetapi juga pada sistem tulisannya yang sangat khas dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia.
Sepanjang sejarahnya, Georgia telah menggunakan tiga bentuk aksara utama. Aksara tertua adalah Asomtavruli, yang muncul pada abad ke-5 Masehi dan banyak digunakan dalam naskah keagamaan. Aksara ini terdiri dari huruf-huruf besar dengan bentuk yang dekoratif. Selanjutnya berkembang aksara Nuskhuri pada abad ke-9 hingga ke-11, yang lebih kecil dan dipakai berdampingan dengan Asomtavruli, khususnya dalam liturgi Gereja Ortodoks Georgia. Kombinasi keduanya masih digunakan sampai sekarang dalam konteks keagamaan dan disebut sebagai naskah khutsuri.
Aksara ketiga yang kini digunakan secara luas adalah Mkhedruli, yang mulai berkembang sejak abad ke-11 dan sepenuhnya mendominasi sejak abad ke-13. Mkhedruli terdiri dari 33 huruf, tanpa huruf kapital, dan digunakan dalam semua aspek kehidupan modern, mulai dari pendidikan, administrasi pemerintahan, hingga media massa. Sistem fonetiknya sangat konsisten satu huruf mewakili satu bunyi sehingga memudahkan pembelajaran ejaan meski struktur gramatikal bahasa ini tetap menantang, terutama dalam pembentukan kata kerja.
Bahasa Georgia juga mencerminkan identitas nasional yang kuat. Melalui pelestarian bahasa dan tulisan yang unik ini, masyarakat Georgia menjaga kesinambungan budaya dari masa kuno hingga era modern, menjadikan bahasa sebagai salah satu pilar utama kemerdekaan dan kedaulatan mereka.
Kuliner Khas Georgia
Dalam setiap perayaan penting, termasuk Hari Kemerdekaan, rakyat Georgia menyajikan hidangan-hidangan tradisional yang mencerminkan kekayaan rasa dan nilai-nilai kebersamaan. Salah satu makanan paling ikonik dari Georgia adalah khinkali, yaitu pangsit besar berbentuk seperti kantung, berisi daging sapi atau domba yang dibumbui dengan bawang putih dan ketumbar. Cara menyantapnya pun unik, khinkali dipegang dari bagian atasnya, digigit perlahan untuk menyeruput kuahnya terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan memakan isi dan kulitnya. Bagian atas yang seperti simpul biasanya tidak dimakan, dan justru menjadi penanda berapa banyak khinkali yang telah disantap seseorang.
Hidangan lain yang tak kalah populer adalah khachapuri, roti isi keju yang hadir dalam berbagai variasi, tergantung daerahnya. Salah satu yang paling terkenal adalah Adjarian khachapuri, berbentuk seperti perahu dengan isian keju yang meleleh, mentega, dan telur utuh di tengahnya. Roti ini disajikan panas-panas, dan bagian pinggirannya dicelupkan ke dalam isian yang kaya rasa. Versi lainnya, seperti Imeretian khachapuri, menggunakan keju Imeruli dan berbentuk bundar pipih.
Masyarakat Georgia juga sangat menyukai hidangan bernama pkhali, yakni sayuran hijau seperti bayam atau bit yang ditumbuk dan dicampur dengan kenari tumbuk, cuka, bawang putih, dan berbagai rempah. Hidangan ini biasanya dihias dengan biji delima dan disajikan dingin sebagai pembuka. Selain itu, terdapat pula tolma, yakni daun anggur atau kubis yang digulung dan diisi dengan campuran daging dan nasi berbumbu.
Untuk makanan khas dari wilayah Samegrelo, terdapat gebzhalia, sejenis keju segar yang direndam dalam saus krim asam berbumbu mint dan rempah. Hidangan ini memiliki tekstur lembut dan rasa segar yang cocok dinikmati sebagai hidangan pembuka. Satsivi adalah hidangan ayam atau kalkun yang disajikan dalam saus kenari kental, dan biasanya disantap dalam perayaan musim dingin.
Di musim panas, masyarakat Georgia gemar membuat ajapsandali, semacam tumisan sayuran seperti terong, tomat, dan paprika yang dibumbui dengan bawang putih dan rempah-rempah. Makanan ini mirip dengan ratatouille dari Prancis namun memiliki karakter khas Georgia. Untuk hidangan berbasis kacang merah, lobio menjadi pilihan utama. Lobio disajikan panas maupun dingin, dan biasanya dimakan bersama roti jagung bernama mchadi.
Dalam setiap jamuan tradisional atau supra, makanan-makanan ini hadir sebagai lambang keramahtamahan dan kekayaan budaya. Tak lengkap rasanya merayakan kemerdekaan tanpa mencicipi kelezatan khas Georgia yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Hari Kemerdekaan Georgia tidak hanya menjadi momen historis, tetapi juga sebuah perayaan akan identitas, budaya, dan semangat rakyatnya. Dari sejarah perjuangan melawan kekuasaan asing, hingga perayaan khas seperti supra dan tarian Kartvelian, Georgia menunjukkan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya diraih melalui politik, tetapi juga melalui pelestarian nilai, bahasa, dan warisan budaya. [UN]