Koran Sulindo –Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 diperkirakan tumbuh 5.1 persen mengacu pada pertumbuhan kuarta I, II dan III. Pertumbuhan tersebut masih mengandalkan sektor konsumsi yang mencapai angka 56 persen.

Dibanding tahun 2015 dan 2016, Gubernur Bank Indonesia Gubernur BI Agus Martowardojo menyebut pertumbuhan itu menunjukkan perbaikan ekonomi.

“Yang jadi driver pertumbuhan juga ekspor dan investasi. tetapi peran dari konsumsi tetap besar karena 56 persen sumbangsih dari konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi kita,” kata Agus.

Faktor lain yang diharapkan mampu mendorong tercapainya asumsi tersebut yakni perbaikan ekonomi domestik serta harmonisasi kebijakan fiskal dan moneter, kinerja konsumsi pemerintah dan kinerja pembentukan modal tetap bruto.

Sepanjang tahun 2017 catatan ekonomi Indonesia terbilang cukup stabil. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi ekonomi Indonesia seiring estimasi pemulihan global yang berlanjut.

Sedangkan untuk inflasi diperkirakan akan berada di bawah target APBN-P 2017 sebesar 4,3 persen. Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price/ICP sampai 15 Desember berada pada angka US$ 50,3 per barel. Lebih tinggi dari asumsi harga di APBNP 2017 yang sebesar US$ 48 per barel. Sedangkan lifting berada di posisinya 796,9 ribu barel per hari.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 13.377 per dolar AS, masih lebih rendah dari target di APBNP 2017 sebesar Rp 13.400. Sejak awal tahun, hingga perdagangan pekan terakhir rupiah hanya mengalami pelemahan 0,56 persen.

Faktor utama pelemahan rupiah dipengaruhi oleh spekulasi seputar kepemimpinan dalam badan bank sentral AS The Federal Reserve berikut tren kenaikan dolar AS di tengah sentimen penaikan suku bunga AS.

Tahun 2018 pemerintah diingatkan akan tentang risiko pengetatan likuiditas yang dipicu ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan perpindahan likuiditas. Di tengah ketidakpastian itu, pemerintah wajib menjaga pergerakan nilai tukar rupiah yang secara langsung berdampak pada inflasi.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 mendatang akan ditentukan oleh efektifitas kebijakan pemerintah dalam memulihkan daya beli masyarakat dan menarik investasi langsung yang berdampak pada peningkatan lapangan kerja.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengaku optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen akan tercapai pada 2018.  “Tahun 2018 pertumbuhan ekonomi yang ingin kita capai adalah 5,4 persen. Saya optimistis ini akan tercapai,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, untuk mencapai target tersebut, pemerintah harus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan iklim kemudahan berusaha dan investasi. Ia menargetkan satuan tugas yang bertugas mengawal Investasi ke Indonesia sudah bisa bekerja secara efektif.

Jokowi juga meminta agar stabilitas ekonomi dijaga, baik stabilitas harga, stabilitas keuangan dan stabilitas neraca pembayaran.

Pemerintah akan mengoptimalkan program padat karya yang ada di kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan lain-lain. Program-program tersebut harus sudah mulai sejak awal tahun dan diharapkan meningkatkan daya beli masyarakat pedesaan.[TGU]