Pada akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo masalah pengangguran, ketenagakerjaan dan pendidikan masih mendapat catatan negatif. Belum lama ini Badan Pusat Statistik merilis masalah tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terdapat 9,9 juta anak muda usia 15-24 tahun di Indonesia yang tidak beraktivitas produktif atau kategori youth not in education, employment, and training (NEET) di Indonesia. Angka itu merupakan persentasi dari total 44,47 juta anak muda usia 15-24 tahun atau sekitar 22,25% pada Agustus 2023.

Dari 9,9 juta orang tersebut, 5,73 juta orang merupakan perempuan muda sedangkan 4,17 juta orang tergolong laki-laki muda.

Kebanyakan dari mereka adalah Gen Z yang harusnya tengah di masa produktif.Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 12-27 tahun.

Sementara, berdasarkan daerah tempat tinggal tercatat sebanyak 5,2 juta atau 20,40 persen anak muda tinggal di daerah perkotaan dan 4,6 juta atau 24,79 persen anak muda tinggal di perdesaan yang tegolong dalam ketegori NEET.

Sementara, jumlah penduduk usia muda yang tegolong dalam ketegori NEET berdasarkan lulusan SD sebesar 28,54 persen, SMP sebesar 11,39 persen, SMA sebesar 29,05 persen, SMK sebesar 27,66 persen, Diploma I/II/III/ Akademi sebesar 23,79 persen, dan Universitas (S1/S2/S3) sebesar 29,38 persen.

BPS mendefinisikan NEET sebagai penduduk usia 15-24 tahun yang berada di luar sistem pendidikan, tidak sedang bekerja, dan tidak sedang berpartisipasi dalam pelatihan. Hal ini mengindikasikan adanya tenaga kerja potensial yang tidak terberdayakan.

Alasan-alasan yang membuat anak muda masuk ke dalam kategori NEET antara lain putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, dan kewajiban rumah tangga.

Sementara banyaknya perempuan muda yang masuk ke dalam NEET sering kali terkait dengan keterlibatan mereka dalam kegiatan domestik seperti memasak dan membersihkan rumah, yang menghalangi mereka untuk melanjutkan sekolah atau memperoleh keterampilan kerja.

Banyaknya generasi muda yang masuk dalam kategori NEET akan berdampak negatif bagi perekonomian suatu negara. Tingginya golongan NEET di Indonesia akan memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, khususnya penerimaan pajak negara. Semakin banyak Gen Z yang menganggur maka mereka tidak bisa mendapatkan pendapatan sehingga mereka tidak bisa menyetor pajak penghasilan (PPh). Akibatnya, setoran PPh pun bisa turun.

Selain itu, Banyaknya generasi Z yang tidak bekerja dan produktif bisa menekan pertumbuhan ekonomi. Semakin Gen Z yang tidak bekerja maka aktivitas ekonomi juga semakin berkurang. Gen Z yang tidak bekerja tidak akan menyumbang konsumsi. Padahal, sekitar 53% ekonomi Indonesia disumbang oleh konsumsi masyarakat. [DES]