Ilustrasi Penanggal. (Foto: Raja Lepak / Blog)

Di banyak wilayah Asia Tenggara, cerita rakyat menyimpan kisah-kisah mengerikan yang menyatu dengan tradisi dan keyakinan masyarakat lokal. Di Kalimantan, misalnya, kita mengenal sosok kuyang sebuah entitas perempuan yang terbang dengan kepala dan organ dalam menggantung. Namun, jika kita menyeberang ke Semenanjung Melayu, kisah serupa hadir dalam wujud penanggalan atau penanggal, makhluk menyeramkan yang menggetarkan bulu kuduk.

Wujud dan Etimologi

Melansir laman Mythlok.com, nama “penanggal” atau “penanggalan” berasal dari bahasa Melayu, yakni kata “tanggal” yang berarti “melepaskan” atau “menanggalkan.” Nama ini secara langsung merujuk pada bentuk makhluk ini: kepala seorang wanita yang terlepas dari tubuhnya, melayang di udara pada malam hari dengan organ-organ dalamnya seperti usus dan hati bergelantungan di bawahnya.

Ketika terlihat dari kejauhan, penanggal menyerupai bola api yang berkedip-kedip di udara. Fenomena ini bahkan diduga menjadi penjelasan rakyat terhadap gejala alam seperti will-o’-the-wisp. Penanggalan aktif di malam hari, menjelajahi pemukiman dan hutan-hutan dengan keheningan dan niat yang mengerikan.

Yang membuat penanggalan begitu menakutkan adalah sifatnya yang hidup sebagai manusia biasa. Pada siang hari, ia tampil sebagai wanita seperti pada umumnya tidak berbeda dari tetangga, dukun bayi, atau penjual sayur di pasar. Namun begitu malam tiba, ia melakukan ritual melepaskan kepala dari tubuhnya dan memulai perburuan darah.

Berbeda dengan makhluk supranatural yang identik dengan kematian atau roh gentayangan, penanggalan sebenarnya bukan makhluk mati. Ia tetap manusia hidup yang menjalani kehidupan normal, hanya saja memiliki kemampuan dan kutukan untuk memisahkan kepala dan terbang sebagai entitas haus darah.

Ciri-Ciri Fisik Penanggal

Penanggalan dalam wujud malamnya sangat mencolok. Kepala melayang dengan rambut panjang yang berantakan dan berkibar, sepasang mata merah menyala yang dapat menembus kegelapan, serta organ-organ dalam yang menggantung di bawah kepala. Organ ini kadang digambarkan memancarkan cahaya, memberikan kesan kunang-kunang besar yang menyeramkan.

Salah satu ciri khas lainnya adalah lidahnya yang panjang dan tak kasat mata. Lidah ini menjulur ke dalam rumah-rumah untuk menjilat darah dari ibu yang baru melahirkan. Penanggal juga sering digambarkan memiliki taring kadang dua, mirip vampir Eropa, kadang satu mulut penuh taring tajam tergantung dari versi cerita rakyatnya.

Asal-usul Penanggalan: Ilmu Hitam, Kutukan, dan Tragedi

Asal-usul penanggalan dalam folklor Melayu cukup beragam. Salah satu narasi yang paling umum menyebutkan bahwa penanggalan lahir dari wanita muda atau tua yang mempelajari ilmu hitam demi mendapatkan kecantikan abadi. Dalam prosesnya, mereka membuat perjanjian dengan iblis dan diharuskan menjalani pantangan tertentu, seperti tidak makan daging selama 40 hari. Jika pantangan ini dilanggar, sang wanita berubah menjadi penanggalan.

Versi lain menyebutkan perubahan itu dapat terjadi karena kutukan atau pengalaman melahirkan yang traumatis. Namun, kisah yang lebih menyeramkan datang dari legenda seorang pendeta wanita cantik yang sedang mandi di dalam tong berisi cuka.

Ketika seorang pria masuk mendadak ke kamarnya, ia refleks mendongak terlalu keras sehingga kepalanya benar-benar terlepas. Sejak saat itu, kepalanya hidup mandiri, menjadi entitas mengerikan yang dikenal sebagai penanggalan. Masyarakat lokal bahkan menyebut peristiwa itu sebagai “reaksi berlebihan abad ini,” suatu bentuk humor gelap yang menyelimuti horor mendalam.

Ada pula narasi kelam lain yang menyebut seorang wanita muda yang sakit hati karena tidak pernah menikah, lalu menaruh benci pada wanita hamil. Ia kemudian membunuh mereka satu per satu hingga akhirnya tertangkap oleh warga.

Sebagai hukuman, kepalanya dipisahkan dari tubuh dan digantung di pohon tinggi, sementara kakinya diikat ke seekor banteng. Namun malam itu juga, kepala tersebut menghilang, menandai awal mula kehadiran kekuatan jahat yang gentayangan.

Sasaran Penanggal

Penanggalan memiliki insting berburu yang sangat spesifik. Ia mengincar wanita hamil, ibu yang baru melahirkan, dan bayi yang baru lahir. Dengan kemampuan menyamar sebagai wanita biasa di siang hari, penanggal kerap mengambil peran sebagai dukun bayi atau bidan, memungkinkan ia mengetahui waktu dan tempat kelahiran.

Malam harinya, penanggalan akan bertengger diam-diam di atap rumah korban, menunggu momen yang tepat untuk menjulurkan lidahnya. Ia meminum darah ibu yang sedang melahirkan, kadang memakan plasenta, dan dalam beberapa kasus memakan bagian tubuh bayi. Walau korbannya tidak selalu langsung meninggal, mereka biasanya jatuh sakit parah, dan dalam cerita rakyat, penyakit ini hampir selalu berujung pada kematian.

Fenomena makhluk kepala terbang seperti penanggalan ternyata tak hanya hidup dalam cerita rakyat masyarakat Melayu. Di berbagai penjuru Asia Tenggara, entitas dengan ciri serupa juga dikenal dalam berbagai nama dan kisah.

Di Sabah, makhluk ini disebut balan-balan, sementara masyarakat Kedah mengenalnya sebagai tengelong atau tengalong. Dalam komunitas suku Temuan, makhluk seram ini disebut hantu cahaya, menggambarkan penampakannya yang menyerupai bola cahaya berkedip di malam hari.

Perjalanan kisah pun berlanjut ke Bali, tempat makhluk bernama leyak diyakini mampu terbang dalam wujud kepala dengan organ tergantung. Di Kalimantan, masyarakat menyebutnya sebagai kuyang, sosok yang sangat ditakuti karena dikenal suka menghisap darah ibu hamil. Sementara di Sumatera Barat, versi lokalnya disebut palasik, makhluk gaib yang juga menjadikan anak-anak sebagai santapannya.

Melangkah ke luar Indonesia, kita menemukan kra-sue di Thailand dan kasu di Laos keduanya memiliki ciri khas serupa: kepala perempuan yang terlepas dari tubuh dengan organ dalam menggantung dan kebiasaan berburu darah di malam hari. Di Kamboja, makhluk ini dikenal dengan nama ahp, dan di Filipina, cerita rakyat mencatat keberadaan manananggal, yang meski sedikit berbeda karena memisahkan tubuh bagian atas, tetap membawa aura kegelapan yang sejenis.

Dengan begitu banyak variasi nama dan bentuk, keberadaan penanggalan dan makhluk sejenisnya menjadi bukti bahwa cerita tentang wanita terbang pemburu darah ini adalah mitos yang tersebar luas, menyerap warna budaya setempat namun tetap menyimpan inti ketakutan yang sama: tubuh yang tercerai dari bentuk aslinya, haus darah, dan tersembunyi di balik wajah keseharian yang tampak biasa.

Penanggalan memiliki sejumlah kekuatan supranatural. Selain bisa melepaskan kepala dari tubuh dan terbang, ia juga mampu membuat tubuhnya tetap tersembunyi dan aman saat beraksi. Ada anggapan bahwa jika tubuhnya ditemukan dan dihancurkan saat ia sedang berburu, penanggalan akan mati karena tak bisa kembali menyatu dengan tubuhnya.

Masyarakat tradisional menggunakan berbagai cara untuk melindungi diri, mulai dari menaburkan paku atau duri di sekitar rumah, hingga menggantung cermin atau bawang putih, mirip dengan perlindungan terhadap vampir dalam legenda Barat. Cuka juga sering disebut sebagai bahan yang digunakan untuk membersihkan organ-organ setelah terbang—jika tak dibersihkan, penanggal akan menderita rasa sakit hebat.

Pengaruh Budaya Modern

Legenda penanggalan telah merambah ke media populer global. Dalam buku Fiend Folio (1981) milik permainan Dungeons & Dragons, penanggalan digambarkan sebagai makhluk berbahaya dengan kekuatan magis. Dalam komik Hellboy: The Troll Witch and Others, sang tokoh utama berkunjung ke Malaysia dan menghadapi penanggal yang meneror sebuah desa.

Komik Cry Havoc dari Image Comics (2016) memperkenalkan karakter Sri yang mengaku sebagai penanggalan, lengkap dengan deskripsi mengerikan saat kepalanya “melambung seperti belut listrik.” RPG Dark Conspiracy (1991) bahkan menampilkan penanggalan sebagai parasit yang hidup di dalam tengkorak inang, keluar saat merasa terancam.

Penanggalan bukan hanya kisah horor untuk menakut-nakuti anak-anak. Sama seperti kuyang di Kalimantan atau leyak di Bali, penanggalan adalah refleksi masyarakat terhadap batas antara manusia dan makhluk gaib, antara yang terlihat dan yang disembunyikan. [UN]