Gelapnya malam dan sunyinya pekuburan kerap menjadi salah satu alasan manusia untuk takut. Entah bayangan yang tak jelas bentuknya, atau bisik-bisik dari lorong waktu yang belum selesai bercerita. Dari Nusantara hingga Amerika Serikat, ketakutan itu menemukan wujudnya dalam makhluk-makhluk misterius yang menantang logika sekaligus menjaga batas antara yang bisa diterima dan yang harus dijauhi.
Di Indonesia, nama-nama seperti Wewe Gombel, Leak, dan Palasik telah lama hidup dalam cerita rakyat, bukan semata untuk menakut-nakuti, tetapi juga sebagai mekanisme sosial. Mereka jadi simbol peringatan, seperti jangan bermain di waktu maghrib atau terlalu malam , jangan menyimpang dari norma, jangan abaikan etika hidup bersama. Dalam ketakutan, ada pelajaran, dalam horor, ada tatanan yang memang di ciptakan untuk kebaikan.
Namun di sisi lain dunia, tepatnya di sebuah kota kecil bernama Point Pleasant di Virginia Barat, muncul sosok lain yang tak kalah menyeramkan yaitu Mothman. Sosok misterius ini pertama kali mencuat ke permukaan pada 12 November 1966. Lima pria yang sedang menggali makam di Clendenin, tanpa ragu melaporkan bahwa mereka melihat sosok bersayap yang melayang tanpa suara.
Hanya tiga hari berselang, dua pasangan muda Roger dan Linda Scarberry, serta Steve dan Mary Mallette yang mengaku melihat makhluk serupa di dekat bekas pabrik TNT, kawasan sepi yang dulunya tempat penyimpanan bahan peledak. Mereka menyebut tinggi makhluk itu sekitar 1,8 meter, memiliki mata merah menyala, dan sayap besar yang terlipat di punggung. Beberapa laporan bahkan menggambarkan bahwa makhluk ini tak berkepala, dan matanya berada di bagian dada.
Rentetan penampakan Mothman tak berhenti di sana. Selama lebih dari setahun, sosok ini terus menghantui warga Point Pleasant, hingga sebuah tragedi besar mengguncang: runtuhnya Jembatan Silver Bridge pada 15 Desember 1967, yang menewaskan 46 orang. Bagi sebagian orang, Mothman bukan hanya makhluk aneh, ia adalah pertanda malapetaka. Sejak saat itu, mitos Mothman berubah arah: dari sekadar kriptid menjadi simbol firasat buruk, malaikat maut bersayap ngengat.
Meskipun buku John Keel tahun 1975 “The Mothman Prophecies” dan film Richard Gere dengan nama yang sama membantu memperkuat legenda binatang bersayap ini, pada kenyataannya tidak ada lagi laporan penampakan Mothman setelah tahun 1968. Hingga pada tanggal 20 November 2016, seorang pria tak dikenal datang dan merilis foto-foto yang diyakininya sebagai Mothman, yang diambil saat ia sedang berkendara di State Route 2, ke stasiun berita lokal, WCHS. Stasiun tersebut kemudian menayangkan foto-foto tersebut pada tanggal 21 November 2016.
Karena gambarnya agak buram dan hanya menunjukkan siluet makhluk bersayap dua yang terbang di atas puncak pohon, beberapa orang skeptis mempertanyakan keasliannya, terutama karena waktu perilisannya sangat dekat dengan peringatan 50 tahun mitos Manusia Ngengat. Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa foto-foto tahun 2016 diproduksi dengan tujuan untuk menimbulkan kehebohan dan menarik perhatian pada hari peringatan tersebut.
Manusia Ngengat telah memunculkan banyak penjelasan seperti halnya penampakannya, mulai dari yang ilmiah hingga yang radikal. Mengutip laman tsemrinpoche-com, berikut ini adalah beberapa penjelasan yang paling populer yang diutarakan oleh para skeptis dan penganutnya:
1. Burung hantu lumbung: Saat dibentangkan sepenuhnya, rentang sayap burung hantu ini membuatnya tampak lebih besar dari ukuran sebenarnya. Mata mereka juga tampak seperti terpasang pada badan tanpa kepala dan memantulkan warna merah yang sangat menakutkan saat lampu menyinari mereka. Oleh karena itu, banyak yang mencoba mengabaikan mitos Manusia Ngengat sebagai penampakan burung hantu lumbung yang keliru.
2. Bangau bermutasi: Teori ini bermula dari sifat sarang Mothman, yaitu area TNT yang diyakini masih menyimpan bahan kimia rahasia. Para pendukung teori ini mengklaim bahwa Mothman muncul ketika seekor bangau bersentuhan dengan bahan kimia tersebut dan secara tidak sengaja mengalami mutasi genetik.
3. Percobaan rahasia: Mothman dikatakan sebagai hasil dari percobaan rahasia pemerintah di laboratorium rahasia di area TNT yang berliku-liku. Teori ini semakin diperkuat dengan laporan dari “Men in Black” yang terkenal yang mengunjungi saksi mata yang melaporkan penampakan Mothman.
4. Alien: Teori ini menarik banyak perhatian mengingat peneliti paranormal John Keel menyusun fenomena aneh yang menyertai penampakan Manusia Ngengat. Fenomena ini umumnya dikaitkan dengan cerita rakyat UFO, seperti medan energi misterius, bola bercahaya, perilaku hewan aneh, orang hilang, kegagalan teknologi, hilangnya waktu, dan “Pria Berbaju Hitam” yang tidak diketahui identitasnya. Banyak juga yang terpengaruh oleh teori ini karena fakta bahwa penduduk Point Pleasant menjadi korban masalah kelistrikan.
5. Pembawa Pesan Malapetaka: Mengingat berbagai bencana dan tragedi yang terjadi setiap kali Manusia Ngengat menampakkan diri, ada spekulasi bahwa makhluk itu tengah meramalkan berbagai peristiwa bencana atau justru menjadi penyebab bencana tersebut.
Fenomena ini tidak pernah mendapatkan penjelasan ilmiah yang solid. Sebagian menganggapnya halusinasi massal, sebagian lagi menyebutnya sebagai eksperimen militer, namun bagi banyak orang, Mothman adalah bagian dari realitas lain, sebuah dimensi yang sesekali mengintip dari balik tirai kenyataan. Kisahnya diabadikan dalam buku The Mothman Prophecies karya John A. Keel, dan sejak itu menjadi legenda urban yang hidup hingga kini.
Nama “Mothman” sendiri diilhami oleh karakter penjahat dalam komik Batman, namun kisahnya jauh melampaui fiksi. Ia telah menjelma menjadi simbiosis antara ketakutan dan keyakinan, antara sejarah dan kepercayaan lokal. Bahkan hingga hari ini, warga Point Pleasant merayakan Mothman Festival setiap tahun, bukan sebagai bentuk ketakutan, tetapi sebagai cara untuk berdamai dengan misteri yang tak kunjung usai.
Sama seperti Wewe Gombel di Indonesia atau La Llorona di Meksiko, Mothman adalah cerminan dari ketakutan kolektif yang diwariskan turun-temurun. Ia bukan sekadar sosok bersayap, tetapi representasi dari apa yang tidak bisa kita kontrol, dari kemungkinan terburuk yang selalu mengintai.
Di dunia ini, mungkin kita tak benar-benar takut pada makhluk-makhluk itu. Tapi pada kenyataan bahwa di antara cahaya dan bayangan, selalu ada sesuatu yang tidak kita mengerti dan mungkin, tak perlu kita mengerti. [UN]