Jalur Sutra, Tonggak Awal Bertemunya Peradaban Maju

Peta Jalur Sutra (Foto: World History)

Suluh Indonesia – Dunia mengenal Jalur Sutra atau The Silk Road. Jalur Sutra adalah rute perdagangan internasional kuno yang menghubungkan wilayah timur (Tiongkok) dengan  barat (Eropa). Rute perdagangan itu memiliki panjang sekitar 6.500 kilometer, melewati banyak negara di Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Barat, hingga Mediterania dan Eropa Timur.

Jalur Sutra dibangun saat Dinasti Han berkuasa di Tiongkok. Secara resmi jalur itu dibuka pada 130 SM. Jalur itu menjadi tonggak awal bertemunya peradaban-peradaban maju yang hidup pada zaman tersebut. Sampai 1453 M, Jalur Sutra masih dipergunakan, sayang kemudian mengalami kemunduran saat Kesultanan Ottoman memboikot perdagangan dengan Tiongkok.

Jalur Sutra mempertemukan para pedagang dari timur dan barat untuk melakukan transaksi. Namun, dampak Jalur Sutra juga memasuki bidang budaya, agama, dan ilmu pengetahuan karena pengelana, biarawan, prajurit, dan nomaden ikut berdagang barang-barang komoditas atau melakukan aktivitas lain. Dinamakan Jalur Sutra karena komoditas terbesar perdagangan Tiongkok pada masa itu adalah sutra.

Sutra merupakan barang langka dan sangat berharga di negeri-negeri barat karena sutra mudah dibawa dalam perjalanan jauh, ringan, dan tidak memakan tempat. Utusan kaisar sering membawa hadiah sutra buat para raja yang ditemui. Menurut pengelana Marco Polo (1254-1324) dalam buku Suma Oriental, sutra polos putih dan sutra berwarna disukai oleh banyak negara.

Kain sutra dihasilkan dari pengolahan serat yang terdapat pada kepompong ulat sutra. Ulat sutra pertama kali dibudidayakan di Tiongkok sejak ribuan tahun lalu. Makanan utama ulat sutra berupa daun murbei, sehingga menghasilkan serat sutra berkualitas tinggi.

Pada masa kuno, sutra hanya dapat ditemukan di Tiongkok karena pemerintah Tiongkok menjaga rahasia pembuatan sutra. Sutra sangat berharga karena teksturnya halus, warnanya berkilau cerah, dan tahan lama. Sejak masa lalu, permintaan akan sutra sangat besar sehingga mendorong adanya hubungan perdagangan Tiongkok dalam banyak negara melalui Jalur Sutra.

Sutra bukan satu-satunya produk yang dibawa oleh pedagang Tiongkok. Mereka membawa rempah-rempah, keramik, dan barang-barang lain seperti parfum, permata, gading, dan manik-manik untuk dijual atau dibarter. Sementara barang yang dibawa oleh pedagang Eropa ke Tiongkok meliputi giok, anggur, budak, hewan, pecah belah, wol, dan gelas khas Mediterania.

Banyaknya permintaan sutra oleh bangsa Romawi akhirnya mendorong Tiongkok untuk lebih memperhatikan jalur tersebut. Saat itu Tiongkok telah mengalami masa globalisasi.

Nama Jalur Sutra diperkenalkan pada 1870 oleh ahli Geografi Jerman Ferdinand Richthofen. Keberadaan Jalur Sutra dipandang sangat penting karena memberikan dampak besar bagi sejarah peradaban dan perkembangan perdagangan internasional.

Seiring berjalannya waktu, Jalur Sutra juga digunakan sebagai jalur untuk mengangkut barang-barang komoditi bernilai tinggi lainnya seperti emas dan keramik.

Jalur Sutra terdiri atas Jalur Sutra Utara dan Jalur Sutra Selatan. Jalur Sutra Selatan berawal dari Tiongkok  hingga ke Afghanistan, Semenanjung Arab, dan sampai ke Italia. Bahkan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia, Anatolia, Antiokia, menuju ke Laut Tengah, Mesir, dan Afrika Utara.

Jalur Utara,  berawal dari kawasan Yamen, Dunhuan di Tiongkok sampai ke Asia Tengah. Selanjutnya jalur ini berbelok menuju arah barat daya dan bertemu kembali dengan Jalur Sutra bagian selatan tadi.

Jalur Sutra terdiri atas rute darat dan rute laut. Para pedagang harus melalui rute darat dengan unta atau karavan untuk melakukan transaksi atau barter. Rute sering berubah karena pengaruh cuaca, bencana alam, dan ancaman begal.

Perdagangan lewat laut pun menjadi sangat penting, terutama untuk mengangkut rempah-rempah. Karena itu rute perdagangan laut dikenal sebagai Spice Roads. Para pedagang memasok pasar di seluruh dunia antara lain dengan kayu manis, lada, cengkeh, pala, kayu, dupa, dan batu mulia dari Nusantara.

Pada masa itu rempah-rempah menjadi produk penting terutama di Eropa untuk penyedap masakan dan mengawetkan daging di musim dingin. Selama beberapa ratus tahun Nusantara menjadi salah satu pusat perdagangan penting pada Jalur Sutra.

Jalur Sutra sepanjang 5.000 kilometer dari Tiongkok hingga wilayah Zhetsyu di Asia Tengah ditetapkan sebagai situs warisan dunia (World Heritage Sites) oleh UNESCO pada 22 Juni 2014. Menurut UNESCO dalam lamannya, jaringan jalan yang dibentuk oleh Jalur Sutra secara keseluruhan memiliki panjang hingga 35 ribu kilometer. Beberapa rute tersebut telah digunakan selama ribuan tahun. Saat ini baru koridor Chang’an-Tianshan yang telah disahkan UNESCO. Koridor itu diajukan oleh tiga negara, yakni Tiongkok, Kazakhstan, dan Kirgizstan.

Lewat Jalur Sutra muncul berbagai akulturasi budaya sebagaimana terlihat pada agama, seni, musik, dan tarian. Bidang iptek seperti matematika, astronomi, dan sains ikut terangkat lewat Jalur Sutra. Keterampilan membuat sutra dan keramik (porselen), misalnya, berhasil menyebar ke seluruh dunia. [DS]

Baca juga: