(foto : Tionghoa info)

Suluh Indonesia – Selain peradaban, pertukaran ide hingga pengetahuan budaya, agama, bahasa, bahkan perdagangan satu sama lain terhubung oleh Jalur Sutra. Ya, Jalur Sutra merupakan jaringan rute perdagangan di darat dan laut yang terhubung tanah dari Cina di seluruh Asia ke Mediterania.

Jalur Sutra dibuka pada 60 SM di masa Dinasti Han. Rutenya dari Ibukota Kekaisaran Tiongkok di Xian menuju ke Xinjiang, lalu bercabang ke India, lanjut ke Iran dan bercabang ke Timur Tengah dan lurus lagi sampai ke Romawi.

Sutra, giok, gading, rempah-rempah, dan aneka barang lain diperjualbelikan di sepanjang Jalur Sutra. Ajaran Buddha dan Islam juga masuk ke Tiongkok lewat Jalur Sutra.

Dua ribu tahun kemudian, jalur perdagangan ini akan kembali diaktifkan seperti dahulu kala. Semua itu bertolak dari ide One Belt and One Read Initiative (OBOR) yang digagas pemerintah Tiongkok. Jalur daratnya adalah Silk Road Economic Belt (SREB) dan jalur lautnya adalah Maritime Silk Road (MSR).

Sepanjang jalan sutra, banyak kota berkembang di Tiongkok, Asia Tengah, Saudi, India, Persia dan Turki modern, yang saat ini berkembang pesat.

Jalur perdagangan ini tentunya membawa kekayaan yang mendorong keunggulan dalam proses industri termasuk pencetakan, kaca, pembuatan kertas, obat-obatan, filsafat, astronomi, dan pertanian.

Kota-kota yang terlintas menjadi pusat yang menarik intelektual polymaths dan meninggalkan tanda yang besar dan menarik dalam sejarah.

Seperti misalnya Xian yang merupakan kota utama Tiongkok. Secara resmi ia dikenal sebagai Chang’an. Kota ini adalah ibukota imperial kuno yang melihat misi pertama orang-orang Tionghoa pergi ke Asia Tenggara, Asia Tengah dan Mediterania. Ini menandai dimulainya jalur sutra di bawah Dinasti Han pada 141-87 SM.

Dari abad ke-4 dan seterusnya, Chang’an merupakan ibukota kekaisaran Tiongkok, dan memasuki periode terbesar pembangunan di bawah Dinasti Tang (618-904) dan menjadi salah satu kota yang paling beradab di dunia.

Chang’an merupakan pusat perdagangan yang meleburkan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Dua landmark penting yang berdiri sebagai saksi yaitu Pasar Barat Chang’an dan Masjid Agung Chang’an.

Kemudian ada juga Samarkand, sebuah kota yang menakjubkan di jantung Asia Tengah. Sebuah kota penting di Jalan Sutra ini terletak sangat strategis antara Tiongkok dan Laut Tengah. Selama berabad-abad kota itu menjadi kota perdagangan, terkenal dengan produksi kerajinan dan studi ilmiahnya.

Berdasarkan catatan sejarah sejak awal Han (206 SM-220 M), pedagang Samarkand mencapai berbagai tempat sejauh Tiongkok untuk menukar logam mulia, rempah-rempah dan kain.

Kemudian, pada masa Tamerlane, Samarkand tumbuh subur sebagai kota besar ketika dia menjadikannya sebagai ibu kota pada akhir abad ke-14. Di masa dia menjadi pemimpin, kota yang paling menonjol Tamerlane dan Ulugbeg. Pertama, jalan raya utama penuh dengan toko-toko untuk mendorong perdagangan dan pengembangan ekonomi.

Kedua, Samarkan’s Observatory. Cucu Tamerlan, Ulugbeg, seorang ilmuwan hebat, mengembangkan Samarkand sebagai pusat ilmiah dan budaya. Pada 1424 ia mendirikan salah satu observatorium terbesar yang mencuatkan peradaban Muslim sepanjang masa.

Sebagai pusat budaya dan kesejahteraan, Samarkand mendorong dan menarik para ilmuwan terkemuka, termasuk ilmuwan abad ke-15 Al-Kashi yang mengabdikan dirinya untuk astronomi dan matematika.

Lantas ia diundang oleh Ulugbeg untuk bergabung di sekolahnya. Ia belajar di Samarkand bersama dengan sekitar 60 ilmuwan lainnya, seperti Qadi Zada yang juga merupakan astronom dan matematikawan handal.

Hingga saat ini, peradaban Islam dan Tiongkok ini terus berkembang. Kini, dua ribu tahun kemudian, jalur perdagangan ini masih ada dan tetap mengikuti perkembangan zaman.

Juga sekarang sudah ada pelabuhan darat di Kota Urumqi, Provinsi Xinjiang. Tempat itu adalah Urumqi International Landport Zone yang melayani jalur kereta kargo Tiongkok-Eropa.

Xinjiang memiliki 18 pelabuhan darat tipe A, dan Urumqi adalah pelabuhan paling vital. Urumqi ada di area inti dari Jalur Sutra, dari sini ada tiga rute utama Tiongkok-Eropa lintas benua

Perjalanan kereta barang ini dimulai pada2016 dengan 150 perjalanan kereta kargo. Pada 2017 meningkat menjadi 710 perjalanan kereta. Dan, pada 2018 terdapat 1.400 perjalanan kereta dengan 10 ribu kontainer/tahun.

Lain dulu lain sekarang, transformasi perdagangan pun berubah, yakni bukan lagi sutra, batu giok dan rempah-rempah, tapi onderdil mobil, zat kimia dan 200 jenis produk lainnya.

Jalur Sutra saat ini dilintasi oleh kereta lintas benua, tentu butuh infrastruktur yang mumpuni. Pembangunan rel kereta juga menjadi hal yang serius dilakukan di Xinjiang, yang menghubungkan orang serta barang dari pelabuhan ke darat. [WIS]

Baca juga