Ilustrasi/AP

Koran Sulindo – Pengamat terorisme Sidney Jones mengatakan demokrasi dan kebebasan pers membuka peluang munculnya kelompok garis keras dan radikal. Banyak teroris internasional merekrut warga Indonesia untuk menjadi teroris. Aksi teror di Indonesia makin banyak dan kelompok garis keras terus berkembang dan menguat, seperti terlihat dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu.

“Namun saya yakin Indonesia tidak akan seperti Suriah, Afganistan dan Pakistan, asalkan masyarakat melalui sistem demokrasi saat ini mampu mencegah kelompok garis keras dan radikal menang dalam pemilu mendatang,” kata Sidney, dalam acara “Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2018”, di Gianyar, Bali, Sabtu (27/10/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Sidney, demokrasi di Indonesia telah tumbuh dan berkembang baik setelah reformasi politik dimana ada kebebasan dalam mendirikan partai politik dan kebebasan pers.

Dalam sesi diskusi yang bertajuk “Indonesia, Outside In” tersebut, Sidney mengatakan sistem demokrasi Indonesia juga telah melangkah ke pemilihan langsung presiden, gubernur, bupati hingga wali kota.

“Partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pilkada relatif tinggi, walaupun di banyak daerah, pemilih kurang kenal dengan calon wakil rakyatnya, tapi kenal calon presidennya, namun mereka merasa punya kewajiban untuk ikut mencoblos,” katanya.

Indonesia dalam hal ini menjadi contoh sistem yang baik di kawasan Asean, dan juga negara yang mayoritas muslim di mana Islam dan non muslim bisa berjalan berdampingan.

“Indonesia lebih baik dari Singapura dan Malaysia, bahkan lebih baik dari Mesir dan Turki dalam penerapan demokrasi,” kata Sidney. [DAS]