Lalu ada teknologi ketiga — yang paling dekat dengan keseharian kita: bi-directional EV charging. Kalau dulu mobil listrik cuma bisa disetrum, sekarang ia bisa “balas menyetrum balik.” Mobil bukan lagi hanya alat transportasi, tapi bank energi berjalan.
Ketika mobil di-charge malam hari, ia menyimpan listrik dari jaringan listrik (grid). Tapi di siang hari, saat jaringan butuh tambahan daya, mobil bisa mengembalikannya ke rumah, kantor, atau bahkan ke PLN. Ini bukan mobil biasa — ini mobil yang punya dendam sosial: “Dulu aku disetrum, sekarang giliran aku menyetrum balik.”
Di Jepang, rumah tangga sudah mulai memanfaatkan mobil listrik untuk back-up energy. Di Eropa, sistem vehicle-to-grid menjadi bagian dari tata kota cerdas. Bayangkan kalau ini terjadi di Indonesia: mobil tetangga yang dulunya sekadar gaya hidup, kini bisa jadi penyelamat listrik ketika PLN padam. Mobil bukan lagi simbol kemewahan, tapi kemandirian energi.



