Dewi padi di Indonesia dikenal luas sebagai Dewi Sri, sosok mitologis yang sangat dihormati dalam budaya agraris Nusantara. Dewi Sri dianggap sebagai dewi padi, kesuburan, kemakmuran, dan pelindung kehidupan para petani di berbagai daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, Lombok, hingga Sulawesi.
Kepercayaan kepada Dewi Sri mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta penghormatan terhadap hasil bumi yang menopang kehidupan. Menariknya, konsep serupa juga hadir dalam mitologi Yunani melalui figur Demeter, dewi panen yang memegang peran penting dalam menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan alam.
Sang Pelindung Bumi dan Panen
Menurut catatan mythology.net, Demeter adalah anak dari pasangan titan Cronus dan Rhea, serta saudari dari para dewa besar Olimpus seperti Zeus, Hades, Poseidon, dan Hestia. Ia dipercaya sebagai kekuatan yang memastikan keberlangsungan hidup manusia lewat hasil bumi. Dalam budaya Yunani kuno, roti pertama dari panen setiap tahun dipersembahkan kepadanya sebagai bentuk syukur dan penghormatan atas berkah yang diberikan.
Demeter juga memiliki dimensi yang lebih dalam dari sekadar dewi hasil tani. Ia dianggap sebagai dewi bumi yang menopang kehidupan dan kemakmuran. Dalam seni, ia kerap digambarkan sebagai wanita setengah baya, membawa gandum, atau duduk di singgasana dengan obor Eleusinian berkepala empat, simbol dari misteri spiritual yang ia bawa ke dunia.
Salah satu warisan budaya paling menarik dari Demeter adalah Misteri Eleusinian, sebuah festival keagamaan besar yang diselenggarakan setiap lima tahun dan berlangsung selama berabad-abad. Meski detailnya dirahasiakan oleh para pesertanya, sejarah mencatat bahwa festival ini mengandung simbolisme mendalam tentang kematian dan kelahiran kembali, mirip seperti siklus gandum yang mati di musim dingin dan tumbuh kembali di musim semi.
Misteri Eleusinian menjadi jembatan antara alam dan spiritualitas, dan menandai pengaruh Demeter sebagai dewi yang menjaga tidak hanya tubuh manusia lewat panen, tetapi juga jiwa mereka.
Salah satu mitos paling terkenal yang melibatkan Demeter adalah kisah tragis antara dirinya dan putrinya, Persefone. Demeter sangat mencintai Persefone, satu-satunya anaknya dari Zeus. Kecantikan sang putri menarik banyak perhatian, termasuk dari Hades, dewa dunia bawah. Tanpa restu Demeter, Hades menculik Persefone saat ia memetik bunga di padang dan membawanya ke dunia bawah sebagai calon istri.
Kehilangan putrinya membuat Demeter larut dalam kesedihan dan amarah. Tanah menjadi tandus, tanaman berhenti tumbuh, dan kelaparan mulai melanda. Zeus yang melihat kekacauan ini segera turun tangan. Ia memerintahkan agar Hades mengembalikan Persefone, namun dewa dunia bawah itu telah memberinya biji delima buah dunia bawah yang mengikat siapa pun yang memakannya untuk selalu kembali ke sana.
Akhirnya, kompromi dicapai, Persefone akan menghabiskan setengah tahun bersama Demeter, dan setengah tahun lainnya bersama Hades. Ketika Persefone bersama ibunya, alam menjadi subur menandai musim semi dan panas. Namun ketika ia kembali ke dunia bawah, Demeter meratap dan dunia pun mengalami musim gugur dan dingin. Inilah asal muasal mitologis perubahan musim.
Hukuman yang Abadi
Tak hanya penyayang, Demeter juga bisa menjadi sosok yang tegas. Kisah Erysichthon dari Thessaly menjadi contoh nyata. Di kota itu, terdapat pohon ek suci yang didedikasikan untuknya. Namun Erysichthon, yang arogan dan serakah, memerintahkan pohon itu ditebang demi meja jamuan. Ketika para pekerja menolak, ia menebangnya sendiri.
Demeter yang menyamar sebagai pendeta mencoba mencegahnya, tapi tak berhasil. Maka, ia mengutuk Erysichthon dengan rasa lapar yang tak terpuaskan. Pria itu memakan habis seluruh makanan, bahkan sampai menjual putrinya demi membeli santapan. Pada akhirnya, karena tak menemukan makanan lagi, ia memakan tubuhnya sendiri hingga tewas. Kisah ini menegaskan bahwa alam tak bisa diperlakukan sembarangan tanpa konsekuensi.
Simbol-simbol Demeter erat kaitannya dengan panen dan kemurahan alam. Gandum, roti, dan obor adalah representasi dari pemberiannya kepada umat manusia. Ia adalah lambang dari kehidupan yang terus tumbuh, tetapi juga siklus yang harus dihormati.
Demeter bukan sekadar figur mitologi namun ia mewakili hubungan manusia dengan alam, tentang bagaimana hasil bumi bukan hanya produk konsumsi, tetapi sesuatu yang sakral, yang memiliki dimensi spiritual dan emosional. Kisah-kisahnya menyiratkan bahwa kesuburan tanah dan keseimbangan hidup bersumber dari cinta, pengorbanan, dan kehormatan terhadap alam. [UN]