Jakarta – Dalam unggahan terbaru di kanal Telegramnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak agar Amerika Serikat menggunakan kekuatannya untuk memastikan Rusia siap mengakhiri perang. Unggahan itu dibuat untuk menandai Hari Relawan Militer di Ukraina pada Jumat (14/03/2025).
Zelenskyy kembali menegaskan keinginannya untuk membahas usulan gencatan senjata 30 hari. Menurutnya, selama masa hening tersebut, AS dan Ukraina dapat menyiapkan rencana perdamaian yang dapat diandalkan, membahas rinciannya, dan melaksanakannya.
Sambil menyatakan keyakinan terhadap mitra-mitranya, khususnya setelah pertemuan yang produktif di Jeddah, ia mengingatkan bahwa Putin mencari alasan agar dapat melanjutkan perang antara Rusia dan Ukraina.
“Putin tidak akan mengakhiri perang sendirian. Namun, kekuatan Amerika sudah cukup untuk mewujudkannya. Diperlukan langkah-langkah yang kuat. Tekanan yang kuat harus diberikan kepada satu-satunya pihak yang ingin melanjutkan perang ini. Inilah yang dimaksud dengan ‘perdamaian melalui kekuatan’,” katanya.
Ia juga mengkritik Putin dengan tajam, menuduhnya berbohong mengenai situasi di medan pertempuran, jumlah korban, dan keadaan ekonomi di Rusia untuk menggagalkan diplomasi.
“Putin akan mencoba menyeret semua orang ke dalam diskusi tanpa akhir, seperti yang dia lakukan dengan ‘Minsk’ dengan membuang-buang waktu berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan pada pembicaraan yang tidak berarti sementara senjatanya terus membunuh orang,” tambahnya.
“Setiap persyaratan yang diajukan Putin hanyalah upaya untuk memblokir diplomasi apa pun. Beginilah cara Rusia bekerja. Dan kami telah memperingatkan tentang ini.”
Sebelumnya, Zelenskyy mengecam Putin karena mengajukan syarat dan mempertanyakan penggunaan gencatan senjata 30 hari.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menulis unggahan di aplikasi Truth Social miliknya, mengklaim bahwa ia telah berdiskusi dengan Putin untuk mengakhiri perang. Ia juga membenarkan pernyataan Putin tentang kondisi rentan pasukan Ukraina di Kursk.
Menurut The Guardian, sumber-sumber di Ukraina dan analis militer mengatakan klaim Trump tersebut tidak akurat. Gedung Putih telah mengklarifikasi bahwa utusan AS Steve Witkoff berbicara dengan Putin, dan bukan Trump. [BP]