Koran Sulindo – Komika atau pelawak stand up comedy Mongol Stress menyadari dirinya kini sebagai selebritas, meski dia mengaku gaya hidupnya tidak ngartis. ”Biar orang aja yang nyebut, gue sih jangan. Takut sakit hati. Sudah bergaya artis tapi orang enggak kenal gue kan repot. Bisa sakit hati gue, ha-ha ha…,” ungkap Mongol, yang ditemui di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, akhir Mei 2016 lalu.

Komika berdarah Manado ini terbilang komika dengan bayaran termahal. Ia akui, untuk satu kali manggung dengan durasi 15 menit, pria kelahiran Manado pada 27 September 1978 ini bisa mengantongi Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. ”Dipotong manajemen, bersih Rp 25 juta. Kalau seminggu ada empat titik, kira-kira berapa, ya? He-ha-ha…,” ungkap pemilik nama asli Roni Immanuel ini.

Mongol Stress boleh dibilang salah satu komedian berani di dunia hiburan Tanah Air. Sebab, materi guyonan yang ia bawakan kerap menyinggung agama Kristen, keyakinan yang ia anut, serta kaum gay. Meskipun begitu, Mongol mengaku dirinya sangat berhati-hati dalam menyajikan candaan. Bagi dia, ia semata-mata hanya ingin membahagiakan penontonnya dengan lawakan yang menyenangkan hati.

“Sejauh ini, puji Tuhan, gue belum pernah berpolemik. Jangan sampai, ya. Lagian, gue selalu bilang, gue mau cari duit, bukan cari sensasi,” katanya.

Di saat hidupnya kini diberi kemudahan mencari uang, Mongol, yang pernah hidup stres karena tidak punya uang dan pernah bekerja sebagai pelayan resto dan berjualan koran, tidak ingin hidup ngartis, cukup ke mana-mana mengendarai mobil Avanza atau Kijang Innova. ”Sebagain penghasilan saya belikan beberapa mobil di Manado untuk usaha rental,” ujar Mongol, yang pernah rasakan dinginnya lantai penjara karena bermain judi kecil-kecilan dan iseng.

Mongol yang menyadari adanya siklus kehidupan, baik ekonomi dan sosial, menjadi sangat berhati hati menggunakan lidah dan uangnya. ”Karena masalah yang dua ini, Coy, bisa berabe. Salah omong, bisa habis karir lu. Gunakan uang salah juga bisa miskin lagi gue. Itu pegangan hidup gue,” katanya masih dengan menyeringai.

Meski berprofesi sebagai komika, Mongol menuturkan dirinya cukup mengikuti perkembangan politik negerinya.“Hati gue PDI Perjuangan, lo,” celetuk Mongol. “Gue memilih PDI Perjuangan. Alasan gue sederhana: karena sesuai dengan otak gue,” imbuhnya.

Mongol jatuh hati pada partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri tersebut, karena PDI Perjuangan merupakan partai yang begitu peduli kepada para pemuda-pemudi yang merupakan generasi penerus bangsa. [DPS]