Ilustrasi/Istimewa

Koran Sulindo – Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid memastikan ibu-ibu Muslimat NU bakal sangat militan ikut memerangi hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian menjelang hingga saat pelaksanaan Pilpres dan Pileg secara serentak Serentak pada 2019.

“Ibu-ibu Muslimat NU sangat militan. Mereka bisa bergerak ke mana-mana. Bisa menembus berbagai lapisan masyarakat. Majelis taklim mereka dalam sepekan bisa beberapa kali lakukan kegiatan. Jangkauan mereka sampai ke desa-desa. Mereka siap berperang melawan hoaks yang marak menjelang Pemilu 2019,” kata Ketua Panitia Harlah ke-73 Muslimat NU itu, menanggapi Laskar Muslimat Anti-hoax di Jakarta, Senin (28/1/2019).

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Harlah ke-73 Muslimat NU di GBK, Minggu (27/1/2019), dihadiri Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Iriana, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj, Ketua Umum PP Muslimat Khofifah Indar Parawansa, para kiai dan ulama, serta sejumlah menteri Kabinet Kerja. Salah satu acara berupa deklarasi Laskar Muslimat NU Anti-hoax dan ujaran kebencian.

Yenny mengaku sedih melihat hoaks dan ujaran kebencian marak di media sosial (medsos) menjelang Pilpres 17 April 2019. Menurut dia, fenomena seperti itu tak hanya menyebar di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara lain. Kalau di negara lain, merebak kebencian terhadap kaum imigran. Di AS, kebencian diarahkan ke ras tertentu. Di Indonesia justru kebalikannya. Bentuknya phobia terhadap nonmuslim.

“Itu isu yang dijadikan alat politik,” ujar putri Presiden RI Keempat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

Persoalan yang kemudian muncul, banyak masyarakat termakan dan jadi korban.

“Memang dikondisikan begitu. Ini sekarang dunia global, siapa yang menguasai informasi, dia punya kekuatan. Masyarakat tidak sadar bahwa preferensinya dibentuk orang yang menyebarkan informasi karena dia menelan mentah-mentah informasinya,” ujar Yenny.

Menurut Yenny, langkah melawan hoaks dan ujaran kebencian adalah melakukan penyadaran kepada semua orang agar mau berpikir kritis dan menjaga nalar. Pengguna medsos harus mempunyai kontrol diri dan mempertanyakan kebenaran setiap info, foto maupun video.

Karena itu, Muslimat NU menyerukan seluruh anggotanya di Indonesia agar ikut berperan menangkal hoaks dan ujaran kebencian. Peringatan Harlah ke-73 Muslimat NU pun dijadikan momentum menguatkan gerakan melawan hoaks dan ujaran kebencian itu.

“Jangan salah, ibu-ibu Muslimat NU canggih lho. Mereka mayoritas aktif di media sosial. Kami ingin memberdayakan perempuan-perempuan Muslimat NU agar lebih menyadari bahaya hoaks dan fitnah. Kemudian mau melakukan sesuatu untuk memastikan hoaks tidak meluas ke tengah masyarakat,” kata Yenny. [CHA]