Wartawan "kiri" Argentina, Martin Licata ditemukan tewas di kamar sebuah hotel di Buenos Aires [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Setelah dinyatakan hilang sejak Sabtu pekan lalu, seorang wartawan Argentina, Martin Licata ditemukan tewas di kamar sebuah hotel di Buenos Aires. Pria berusia 27 tahun itu diketahui acap menuliskan artikel dengan ideologi “kiri” dan dimuat situs-situs berita alternatif seperti Hegemonia, La Batalla Cultural, Kontrainfo dan Sudestada.

Licata menggunakan nama pena Martin D’Amico dan Yakir. Setelah diperiksa, kematiannya dinilai tidak wajar karena ditemukan tanda-tanda adanya pencekikan. Licata disebut kerap menerima ancaman pembunuhan baik melalui media sosial maupun secara langsung karena tulisan-tulisannya itu.

Keluarganya seperti dilaporkan teleSUR bercerita, mereka melihat Licata terakhir kali pada Sabtu pekan lalu. Lalu, seorang saksi mengatakan, ia tampak memasuki sebuah hotel dengan seorang perempuan seusianya. Berjarak 2 jam, teman perempuannya itu tampak meninggalkan hotel dan pada sore harinya staf kebersihan hotel menemukan Licata dalam keadaan tewas.

Polisi sedang menyelidiki kematian Licata antara lain menghubungkannya dengan temannya. Terlebih pada Rabu pekan lalu, Licata meninggalkan kartu identitas dan tasnya di rumah seorang temannya. Organisasi jurnalis Argentina atau Sipreba mendesak penyidik dan jaksa mempertimbangkan tulisan Licata sebagai salah satu faktor dalam penyelidikan mereka.

Apalagi tulisan dan artikel Licata sangat kritis terhadap pemerintah Argentina di bawah Presiden Macri. Keluarga dan orang-orng dekatnya mencurigai kematian Licata berkaitan dengan pekerjaannya karena beberapa bulan sebelumnya sekelompok orang mengancamnya.

Tulisan Licata disebut berkaitan dengan isu-isu aktual yang dihadapi masyarakat Argentina. Semisal, soal aborsi, kebebasan berpendapat dan ia sering memposting foto tokoh-tokoh revolusioner seperti Che Guevara, Hugo Chavez, Fidel Castro dan Karl Marx di media sosialnya.

Ketika keluarganya diwawancarai, saudara perempuannya mengatakan, ibu mereka menerima telepon yang menggunakan nomor seluler milik Licata sehari setelah dinyatakan tewas. Tapi, tidak ada suara apa-apa. Ketika ibunya menelepon balik, tak ada jawaban dari seberang sana. Kemudian, tiba-tiba pesan singkat datang yang berbunyi “Eugenia”.

Sejak itu, tak pernah lagi ada panggilan telepon dari nomor seluler Licata. Berdasarkan penyelidikan, polisi tidak menemukan telepon seluler Licata di lokasi kejadian. Sementara liputan media lokal menyebutkan, Licata kemungkinan korban dari permainan kelainan seksual. Pasalnya, ketika ditemukan tewas tangannya diikat dengan kaus kaki dan di lehernya ditemukan alat kesehatan yang berfungsi menekan sirkulasi vena dan arteri atau disebut sebagai tourniquet. [KRG]