Ilustrasi: Warga korban gempa mengambil berbagai keperluan logistik di Mamboro, Palu Utara, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018)/ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Koran Sulindo – Warga Palu, Sulawesi Tengah, yang memilih menetap di wilayahnya setelah gempa besar yang diikuti tsunami pekan lalu meminta tidak menyebut mereka sebagai penjarah.

“Kami tidak menjarah, tapi hanya berupaya bertahan hidup sebab sangat membutuhkan makanan dan air minum,” kata Darmen, kampung Nelayan di Sulteng, Senin (1/10/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Darmen, yang sedang mengantre bensin di SPBU itu, mengaku hingga 3 hari pascagempa belum makan nasi bahkan tidak memiliki pakaian pengganti.

“Beruntung, puteri saya satu-satunya selamat meski kami tidak lagi memiliki rumah dan harta benda,” kata Darmen.

Isterinya pun selamat sebab saat musibah terjadi berada di rumah keluarga di wilayah pantai Timur.

Hingga saat ini makanan yang dikomsumsinya adalah roti dan minuman ringan yang diambil bersama warga lainnya di salah satu supermarket.

Sementara itu, Misna warga yang bermukim di Kelurahan Tondo, mengaku tidak memiliki rumah dan harta benda yang tersisa. Saat musibah terjadi, saya hanya mengenakan selembar handuk sebab akan mandi.

“Saya hanya memikirkan keselamatan ibu mertua yang berusia 70 tahun, makanya tidak sempat mengenakan pakaian agar secepatnya menyelamatkan beliau,” ujarnya.

Menurut Misna, air laut saat itu begitu cepat menghantam rumah mereka dan seperti mukjizat mereka lari satu langkah lebih cepat dari sapuan air laut. Ibu berusia 55 tahun ini mengaku hanya memiliki satu orang putera yang sedang berada di Toli-toli saat musibah itu.

Kini ia dan suaminya, menumpang di rumah orang di kawasan perumahan BTN Polda, Mamboro jalan Soekarno-Hatta. Misna mengaku baru mendapat bantuan pakaian dari warga lainnya yang mencari pakaian di kawasan pertokoan yang sudah porak poranda.

“Tapi mereka tidak menjarah, hanya membantu kami yang sudah tidak memiliki apa-apa,” kata Misna.

Warga membangun tenda darurat seadanya sebab takut tidur didalam rumah khawatir ada gempa susulan.

Darurat

Sementaraitu Presiden Joko Widodo mengatakan tidak melihat adanya aksi yang dituding sejumlah pihak sebagai penjarahan setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat (28/9/2018) lalu.

“Toko-toko tutup atau mungkin ada satu dua peristiwa, karena memang ada juga toko yang memberikan atau membantu saudara saudaranya. Semuanya dalam proses membantu,” kata Presiden Jokowi, usai menjadi Inspektur Upacara pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Senin (1/10/2018), seperti dikutip setkab.go.id.

Presiden mengimbau agar dalam keadaan darurat seperti ini jangan mempermasalahkan hal-hal kecil yang sebetulnya tidak menjadi masalah dasar.

Dari peninjauannya di Palu, Minggu (30/9/2018), Presiden mengatakan Palu masih dalam posisi yang darurat, evakuasi belum selesai, masih banyak tempat-tempat yang belum bisa dilakukan evakuasi karena alat berat belum ada.

Mengenai bantuan makanan, Presiden mengatakan hari ini akan dikirim sebanyak-banyaknya dengan pesawat hercules dari Jakarta langsung ke Palu.

“Ada beberapa pesawat, kemudian nanti ada lagi yang diambil dari Balikpapan dan Makassar yang lebih dekat,” kata Jokowi. [DAS]