AGUSTUS ini kita mestinya semakin matang karena telah berusia 77 tahun. Apa lacur, sebagian dari kita masih saja sering tampil sebagai “orang setengah matang”. Dan, sebagian lagi adalah mereka yang “tua sebelum matang”.
Awas, si “orang setengah matang” (OSM) dan “tua sebelum matang” (TSM) selalu mengintai di mana-mana dan membuat Anda takkan pernah merdeka hanya gara-gara ulah mereka. Orang-orang tersebut bukan hanya menguasai duit negara, tetapi juga bisa mengatur nasib kita semua.
Kesetiaan si OSM dan TSM bukan kepada republik ini, tetapi kepada modal dan ajaran dari luar negeri. Mereka ibarat hantu-hantu yang bergentayangan, siap menghunus pedang dan mengibuli rakyat negeri ini.
Si OSM biasanya tak tahu diri, apalagi berterima kasih kepada bangsanya. Seperti telur ayam, orang-orang yang setengah matang suka jorok, senang mengotori serta membuat repot dan berlepotan kita semua.
Saking bebalnya, si OSM pura-pura enggak ngerti setiap kali diajari tentang cita-cita luhur para pendiri republik ini. Buat mereka, petuah para pendiri republik tak perlu didengar lagi karena toh sudah lama mati.
Si OSM sedari dulu mau tampil beda di antara bangsanya sendiri. Mereka bergaul rapat di kelompok-kelompok masing-masing dan senantiasa bersikap anti terhadap sikap moderasi.
Si OSM gemar menyepelekan Undang-Undang Dasar 1945 milik kita semua. Bagi mereka, itu sudah tak ada manfaatnya dan boleh-boleh saja diubah-ubah sesuai dengan selera mereka.
Si OSM lupa bahwa para pendiri negara bersidang maraton semalam suntuk bak ABG lagi dugem (dunia gemerlap) untuk merumuskan ideologi Pancasila. Eh, mereka menyembah ideologi-ideologi impor yang berasal dari mancanegara.
Si OSM tidak pernah sadar bagaimana para pejuang kemerdekaan kita menciptakan moto Bhinneka Tunggal Ika. Mungkin mereka lebih memercayai pepatah “bersatu kita runtuh, bercerai kita teguh”.
Si OSM menganggap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai takhayul semata-mata. Huruf “K” di NKRI bagi mereka lebih pas diartikan sebagai “kepulauan” saja, seolah-olah tanah itu warisan dari nenek moyang mereka.
Si OSM terkenal suka marah dan siap menyerbu siapa saja meskipun mereka sebenarnya tidak tahu apa masalah sebenarnya. Menurut mereka, yang paling penting adalah melampiaskan amarah sembari menghitung berapa jumlah bayarannya.
Seperti halnya si OSM, si TSM belakangan ini bergelimpangan di mana-mana. Mereka berhasil menjadi pemimpin, pejabat, dan politisi semata-mata cuma karena garis tangan saja.
Si TSM sebenarnya manusia serba setengah. Mereka pasti tak suka menyaksikan aksi bintang film Hollywood, Clint Eastwood, yang terkenal dengan ucapan, “Saya suka orang yang tahu batas-batas
kemampuannya.”
Si TSM sangat beruntung menjadi pemimpin hanya karena satu alasan: saya kapok jadi orang miskin. Si TSM bernasib mujur menjadi negarawan juga karena satu alasan: saya ingin jadi hartawan.
Si TSM tiba-tiba terkatrol menjadi pejabat meskipun sudah lama menjadi orang yang terkenal bejat. Juga ada yang mujur menjadi politisi cuma karena ingin kerap beranjangsana ke luar negeri.
Si TSM tak pernah sadar bahwa bangsanya berada dalam mara bahaya. Mereka lebih peduli dengan keharuman nama dan citranya atau seberapa besar gerangan persentase kenaikan gajinya.
Soalnya, si TSM kayaknya lebih cocok jadi pemimpin di luar negeri, bukan di negerinya sendiri. Oleh sebab itu, mereka tersenyum lebar kalau ketemu tamu-tamu dari luar negeri, sementara kita lebih sering dimarahi.
Si TSM pasti benci bintang film top Hollywood, Jack Nicholson, yang terkenal dengan ucapan, “Apakah kamu berani menghadapi kebenaran?” Pemimpin TSM tidaklah usah bergaya dulu karena rakyatmu masih sering dilanda kesulitan.
Si TSM paling jago melontarkan janji-janji usang. Saya jadi ingat pepatah lama, “memang lidah tak bertulang”.
Para TSM berbagi-bagi proyek dan kekuasaan, mulai dari proyek jalan tol sampai ketua umum partai politik nasional maupun lokal. Semua pabrik atau infrastruktur sudah diraup, jangan-jangan sebentar lagi masuk ke bisnis sepatu maupun sandal.
Nah, kalau kita masuk ke golongan “orang merdeka” (OM). Kita tahu bahwa tujuan Proklamasi 1945 semata-mata ingin membuat rakyat sejahtera.
Kita golongan OM mengerti bahwa Pancasila merangkum semua jenis golongan, etnis, dan agama. Presiden, preman, tukang sapu, orang Aceh dan warga Papua, semuanya sama-sama warga yang merdeka.
Kita golongan OM sangat percaya kepada keragaman ala Bhinneka Tunggal Ika, bukan kepada siapa-siapa.
Jika tidak suka kepada persatuan bangsa, ya pergi ke luar negeri saja.
Kita golongan OM sangat yakin kepada UUD 1945. Meskipun banyak yang menyelewengkannya, konstitusi tersebut sedari dulu telah berkali-kali terbukti sakti mandraguna.
Kita golongan OM sejak lama tidak pernah berhenti dikepung kezaliman demi kezaliman. Toh berkali-kali terbukti bahwa kita bersama-sama berani melancarkan perlawanan.
Lebih penting lagi, di masa yang sulit dewasa ini, jagalah rasa humor Anda. Usia Anda sudah 77 tahun, banyaklah tertawa supaya Anda jadi orang matang dan tidak tua sebelum matang.
—