Koran Sulindo – Ingin tahu kah kita apa yang dilakukan Taliban terhadap kekayaan budaya Afganistan?
Sepanjang tahun 1992, serangan Taliban serta penjarahan Museum Nasional Afghanistan mengakibatkan hilangnya 70% dari 100.000 artefak budaya dan sejarah bangsa Afghanistan.
Pada Mei 1993, Museum Nasional dihancurkan oleh beberapa roket Taliban yang menembus atap, lantai atas, serta sebagian besar pintu dan jendela bangunan. Tak lama kemudian dijarah dan lebih dari empat ribu benda yang disimpan di gudang museum dicuri. Di dekatnya, sebuah Institut Arkeologi juga rusak parah.
11 Agustus 1998, Taliban menghancurkan Perpustakaan Umum Puli Khumri. Perpustakaan yang berisi lebih dari 55.000 buku dan manuskrip tua serta dianggap oleh orang Afghanistan sebagai salah satu koleksi paling berharga dari bangsa dan budaya mereka.
Bulan Oktober 2001, Taliban dilaporkan telah menghancurkan setidaknya 2.750 karya seni kuno di Museum Nasional Afghanistan selama tahun tersebut.


Setelah kebangkitan kekuasaan Taliban dari 1996-2001 larangan sebagian besar bentuk ekspresi seni dan budaya diberlakukan. Perang terhadap seni oleh Taliban mulai dilakukan yaitu dengan tindakan awal menyeret lukisan keluar dari rumah, pembakaran buku yang berisi karya seni, eksekusi publik ke TV dan penghentian musik.
Pada tahun 1996, pada awal kebangkitan Taliban ke tampuk kekuasaan, seluruh katalog kartu pengarsipan seni di Museum Nasional Afghanistan dibakar. Penghancuran sistematis museum dan koleksinya, termasuk arsip film, dimusnahkan untuk membersihkan mereka dari penggambaran “tidak Islami” tentang bentuk manusia dan hidup.
Selain larangan media seni visual, ekspresi sosial dan, budaya seperti menerbangkan layang-layang serta memiliki burung peliharaan juga dilarang. Untuk wanita, sebuah dekrit dikeluarkan yang melarang make-up dan menggunakan sepatu hak tinggi di ibukota Afghanistan di mana Departemen Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan dipasang untuk memastikan kepatuhan yang ketat.
Administrator Kementerian secara teratur memukuli wanita yang tidak mematuhi undang-undang aturan berpakaian ini. Bahkan satu dekade setelah berakhirnya rezim resmi Taliban, salon kecantikan di ibukota Afghanistan, Kabul, masih terus melakukan upaya untuk bersembunyi agar tidak diketahui oleh simpatisan Taliban.
Baca juga Jalan Berbeda China di Afghanistan
Pemusnahan Buddha raksasa Bamiyan juga dikenal sebagai “Pembantaian Bamiyan” bisa dibilang sebagai tindakan paling menghancurkan oleh Taliban terhadap sejarah Afghanistan.
Berasal dari abad ke-7 SM, Colossi dibentuk dan dibuat dengan biaya besar di tebing batu pasir yang menjulang di sekitar Bamiyan. Terletak di tengah lembah yang panjang, memisahkan pegunungan Hindu Kush dan Koh-i-Baba, patung yang lebih tinggi (sekitar 53 meter) dianggap mewakili Vairocana sedangkan yang lebih pendek (sekitar 36 meter) kemungkinan besar mewakili Buddha Sakyamuni, meskipun orang-orang Hazara setempat percaya itu mewujudkan seorang wanita.
Para Buddha dipandang sebagai gambar transendental dan simbol kunci dalam kebangkitan ajaran Buddha Mahayana, antitesis dari konstruksi kepercayaan Taliban dan aturan hukum. Sampai akhirnya pada musim dingin 2001, datang permohonan dari seluruh penjuru dunia untuk menyelamatkan patung-patung itu.
Mullah Mohammad Omar, pemimpin milisi Islam Taliban di Afghanistan, menolak permintaan internasional. Tak peduli dengan kecaman internasional, Mullah Omar pun memerintahkan patung Buddha kuno tersebut dihancurkan sesuai keputusan para petinggi agama dan keputusan mahkamah agung Imarah Islam (Taliban).
===
Baca juga Indonesia takkan seperti Suriah, Afganistan dan Pakistan, Asalkan…
Pada Februari 2001, iring-iringan kendaraan berhenti di depan museum di mana Menteri Keuangan, Menteri Kebudayaan dan ajudannya, dan Mollah Khari Faiz ur-Rahamn yang dikenal menghancurkan Bodhisattva pada musim panas 2001, memerintahkan agar gudang museum dibuka. Menurut seorang anggota staf yang menyaksikan kejadian itu, “Saat mereka memasuki gudang, mereka menggeram kegirangan dan mulai menghancurkan segalanya sambil meneriakkan ‘Allahu Akbar’.”
===
Akhirnya pada tahun 2002, UNESCO ditugasi untuk merehabilitasi warisan budaya Afghanistan yang rusak dan mengalami kerugian luar biasa serta kerusakan permanen selama dua dekade perang dan kerusuhan sipil yang berkelanjutan. UNESCO mengoordinasikan semua upaya internasional dalam melindungi dan meningkatkan warisan budaya Afghanistan dan sudah mengeluarkan dana sejumlah lebih dari 7 juta dollar yang dijanjikan pada Seminar Kabul pada Mei 2002.
Ada baiknya kita merenungi quote berikut ini sebagai pembelajaran atas kondisi di Afganistan, “Dapat dikatakan bahwa dalam menghadapi jutaan pengungsi Afghanistan, pemiskinan skala besar, tunawisma, pengangguran dan ketidakadilan, belum lagi penghancuran hampir seluruh infrastruktur nasional menjadi dasar dan ketidakstabilan yang berkelanjutan, juga faksionalisme dan perpecahan internasional, maka warisan budaya adalah yang paling tidak menjadi prioritas di Afghanistan. Mengapa repot-repot tentang patung Buddha kuno ketika orang-orang di Afghanistan biasa kelaparan? Tetapi identitas budaya suatu bangsa tidak dapat dengan mudah dihilangkan: masa lalu, monumen, sejarah, kekayaan seni sama pentingnya dalam membangun persatuan nasional dan kepercayaan diri sebagai infrastruktur dasar … Ini tidak hanya berlaku untuk negara baru: pentingnya Firdausi dan Persepolis sebagai identitas Iran, atau Homer dan Parthenon atas Yunani atau Great Wall bagi China, tidak perlu lagi diragukan. Kemuliaan dan pencapaian peradaban Kushan atau Ghaznavid jauh lebih merupakan bagian dari identitas Afghanistan daripada Taliban. Jika dekade terakhir sejarah Afghanistan tidak menunjukkan hal lain, maka kebutuhan akan kekuatan, kesatuan identitas akan budaya serta kekompakan mutlak diperlukan. Tak dapat disanggah peran warisan budaya sangat penting dalam hal ini.” [Nora E]
Disadur bebas dari ‘Destruction of Art in Afganistan”.