Koran Sulindo – Selain mengucapkan terima kasih kepada T. A Hassan, seorang guru di Persatuan Islam Bandung atas kiriman buku-buku sebelumnya.
Dalam surat berikutnya Bung Karno kembali menunjukkan minatnya untuk mempelajari Islam dengan meminta kiriman buku-buku hadis Bukhari dan Muslim.
Sayang, sahabatnya itu tak memilikinya hingga tak mungkin untuk mengirimkan kepada Bung Karno.
Dalam surat yang ketiga tersebut, kepada T. A. Hassan, Bung Karno meyakini penyebab umat Islam selalu diliput kabut-kabut kekolotan, ketakhayulan, bidah-bidah serta anti rasionaisme itu dikarenakan hadis-hadis daif dan palsu.
“Kekolotan dan kekonservatifan pun dari situ datangnya,” tulis Bung Karno.
Menurutnya, taklid telah merantai roh dan semangat Islam termasuk mengunci pintu-pintunya Ijtihad.
“Karena itu, saya yang punya keyakinan yang dalam, bahwa kita tak boleh mengasihkan harga yang mutlak kepada hadis. Walaupun menurut penyelidikan ia bernama Shahieh,” tulis Bung Karno.
Menurutnya, human report berita yang datang dari manusia tak bisa menjadi kebenaran yang absolute karena yang memiliki kebenaran absolute hanya kalam Ilahi.
Berikut kutipan lengkap surat Bung Karno tersebut:
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Tuan punya kiriman pospakket telah tiba di tangan saya seminggu yang lalu. Karena terpaksa menunggu kapal, baru ini harilah saya bisa menyampaikan kepada Tuan terima kasih kami laki-istri serta anak. Biji jambu mede menjadi gayengan seisi rumah.
Di Ende, ada juga jambu mede tapi veietet ‘liar’, rasanya tak nyaman. Maklum, belum ada orang yang menanam verieteit yang baik. Oleh karena itu, jambu mede itu menjadikannya pesta. Saya punya mulut sendiri tak berhenti-henti mengunyah!
Sayang belum ada Buchari dan Muslim yang bisa dibaca. Betulkah belum ada Buchari Inggris? Saya pentingka sekali mempelajari hadis. Oleh karena itu, menurut keyakinan saya yang sedalam-salamnya, sebagai yang sudah saya tuliskan sedikit di dalam salah satu surat yang terdahulu., dunia Islam diliputi oleh kabut-kabut kekolotan, ketakhayulan, bidah-bidah, anti rasionaisme, dll.
Padahal , tak ada agama yang lebih rasional dan simplistic daripada Islam. Saya ada sangkaan keras bahwa rantai taklid yang merantaikan roh dan semangat Islam dan yang merantaikan pintu-pintunya Bab-el-Ijtihad, antara lain adalah hasil hadis-hadir yang daif dan palsu itu.Kekolotan dan kekonservatifan pun dari situ datanganya.
Karena itu, adalah saya yang punya keyakinan yang dalam, bahwa kita tak boleh mengasihkan harga yang mutlak kepada hadis. Walaupun menurut penyelidikan ia bernama Shahieh. Human report (berita yang datang dari manusia) tak bisa absolute, absoulut hanyalah kalam Illahi. Benar atau tidak pendapat saya ini?
Di dalam daftar buku, say abaca ada sedia “Djawahirul-Buchari. Kalau tidak ada keberatan, saya minta buku itu, niscaya di situ banyak pengetahuan pula yang bisa saya ambil.
Dan kalau tuan tidak keberatan pula, saya minta “Keterangan Hadis Miradj”. Saya mau membandingkan dengan saya punya pendapat sendiri dan dengan pendapat Essad Bey, yang di dalam salah satu bukunya ada mengasih gambaran tentang kejadian ini.
Menurut keyakinan saya, tak cukuplah orang menafsirkan Miradj dengan ‘percaya’ begitu saja, yakni dengan mengecualikan keterangan akal. Padahal, keterangan yang rasionalistis di sini ada.
Siapa kenal sedikit ilmu psikologi dan para-psikologi, ia bisa mengasih keterangan yang rasionalistis itu. Kenapa sesuatu harus digaib-gaibkan, kalau akal sedia menerangkannya.
Saya ada keinginan pesan dari Eropa, kalau Allah mengabulkan-Nya dan saya punya mbakyu suka membantu uang-harganya. Buku, “Ameer Alie The Spirit of Islam. Baikkah buku ini atau tidak? Dan di mana uitgever-nya?
Tuan, kebaikan budi Tuan kepada saya hanya sayalah yang merasai betul harganya, saya kembalikan kepada Tuhan. Alhamdulillah, segala pujian kepadaNya. Dalam pada itu, kepada Tuan 1.000 kali terima kasih.
Wassaam,
Soekarno
[TGU]