KEMARITIMAN pada dasarnya  adalah sebuah perjalanan panjang bagi bangsa Indonesia, bahkan dapat dikatakan merupakan sebuah peradaban. Peradaban kemaritiman dapat dikatakan telah berlangsung sejak zaman prasejarah. Yang mana ada dalam rekaman peninggalan arkeologi berupa gambar perahu dan fauna air di beberapa gua prasejarah di Sulawesi, Kalimantan dan Papua.

Beberapa sumber tertulis dari Eropa dan Arab menyebutkan adanya tradisi pelayaran jarak jauh orang Jawa ke arah barat untuk urusan perniagaan, dan menjadikan Madagaskar sebagai koloni mereka. Pelaut-pelaut Jawa ini juga berdagang di pelabuhan-pelabuhan Afrika Timur (M.A.P. Meilink-Roelofsz, 2016). Hal ini diperkuat oleh laporan Diogo Lopes yang berlayar dari Lisabon pada bulan April 1508. Dia menyebutkan bahwa di Pantai Timur Madagaskar terdapat kapal-kapal Jawa yang melakukan aktivitas perdagangan.

Kemampuan bahari orang Nusantara bisa ditemukan dari berbagai jenis angkutan kendaraan laut untuk berlayar, di antaranya sampan, perahu, kapal, arumbai, jukung, galai, dan lainnya (A.B. Lapian, 2008).

Mengenai bentuk kapal kira-kira seperti yang digambarkan pada relief candi Borobudur. Ada yang mempunyai cadik dengan tiang-layar, dan ada pula yang tidak bercadik. Kapal yang bercadik diduga merupakan kapal samudra. Kemudinya terletak di samping bagian belakang. Jejak kapal pada masa Sriwijaya ini, salah satunya sisa perahu yang ditemukan di situs Samirejo. Sisa kapal kuno ini yang dibangun secara tradisional dengan teknik yang disebut “papan ikat dan kupingan pengikat” (sewn-plank and lashed-lug technique) dan diperkuat dengan pasak kayu/bambu dan tali ijuk.

Jenis-jenis angkutan laut itu mencerminkan kekayaan perbendaharaan alat angkut yang digunakan untuk mengadakan hubungan antarpulau, atau bahkan pelayaran lebih jauh. Tak hanya itu, pelaut Nusantara masa lalu telah mahir membaca angin dan menggunakan navigasi perbintangan.

Dari pelaut Nusantara lah, navigator Yunani, Hippalus, tahu rahasia angin muson yang mendorong perahu layar dari laut Arab ke pantai India, lalu ke India Timur (Nusantara) pada Oktober-April. Sebaliknya, angin deras meniup perahu dari Nusantara, India, ke laut Arab pada April-Oktober.

Kuatnya tradisi bahari masyarakat Nusantara menunjukkan tingginya peradaban yang dimilikinya. Pelayaran jarak jauh dari ujung Samudra Hindia yang satu ke ujung yang lain menandakan adanya kemampuan yang sempurna mengenai lautan yang dimiliki pelaut Indonesia juga kemampuan dan perlengkapan navigasi yang memadai.

Kerajaan-kerajaan Nusantara yang Mempunyai Armada Laut

Sebagai contoh adalah Kerajaan Sriwijaya lahir dan dibesarkan dengan kekuatan bahari sebagaimana terlihat dari tulisan pada Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682) yang menyatakan “Yang dipertuan Hyang berangkat dari Minangan Tamwan membawa bala (tentara) dua puluh ribu dengan peti dua ratus, berjalan di perahu, dengan jalan (darat) seribu tiga ratus sepuluh dua banyaknya.” Mereka melakukan perjalanan siddhayatra untuk mencari tempat dan mendirikan sebuah wanua (perkampungan).

Kerajaan Sriwijaya bahkan memiliki armada laut yang besar dan kuat. Armada laut Sriwijaya mampu menguasai jalur perdagangan laut dan memungut cukai atas penggunaan laut. Pengaruh Sriwijaya meliputi Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan catatan sejarah bahwa terdapat hubungan erat dengan Kerajaan Campa yang terletak di antara Kamboja dan Laos.

Ada Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang mampu membangun Candi Borobudur, bahkan membuat relief berupa perahu layar dengan tiang-tiang layar yang kukuh dan menggunakan layar segi empat yang lebar. Menunjukkan bahwa mereka pun mempunyai armada kapal.

Kerajaan Singasari di bawah kepemimpinan Raja Kertanegara juga memiliki armada kapal dagang yang mampu mengadakan hubungan dagang lintas laut. Bahkan, perkembangan Kerajaan Singasari dianggap sebagai ancaman bagi Kerajaan Tiongkok dengan rajanya Khu Bilai Khan. Raja Kubilai Khan pun sempat mengirimkan armada perangnya dan mendarat di Pulau Jawa.

Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit, pada masanya lah Kerajaan Majapahit kemudian berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar dan memiliki pengaruh dan kekuasaan yang luas meliputi wilayah Nusantara. Dengan kekuatan armada lautnya dan didukung oleh kemampuan perang Patih Gajah Mada, wilayah Kerajaan Majapahit pun kian meluas.

Kekuatan bahari kerajaan-kerajaan Nusantara ini tiba pada saatnya meredup seiring dengan penjajahan kolonial oleh Belanda. Namun bukti-bukti sejarah tidak dapat dipungkiri bahwa kejayaan bahari yang dimiliki bangsa Indonesia sudah ada sejak berabad lalu. [S21]