Mie Lethek. (Foto: Indonesia-tourism)

Di balik kesan sederhana dan warna kecoklatannya yang kusam, mie lethek menyimpan kisah istimewa. Kuliner tradisional khas Bantul, Yogyakarta ini tak hanya bertahan di tengah gempuran makanan modern, tetapi juga berhasil mencuri perhatian dunia. Bahkan, Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama, memasukkan mie lethek ke dalam daftar santapan favoritnya saat berkunjung ke Indonesia.

Nama lethek dalam bahasa Jawa berarti “kotor” atau “kusam”, merujuk pada warna alami mi ini yang jauh dari cerahnya mi instan. Namun jangan salah, “kekusaman” ini justru jadi bukti keaslian. Mie lethek dibuat dari tepung singkong dan gaplek (singkong yang dikeringkan), tanpa tambahan pewarna, pengawet, maupun bahan kimia.

Proses pembuatannya pun masih mempertahankan metode tradisional. Di beberapa sentra produksi seperti Srandakan, Bantul, adonan mi masih diaduk menggunakan tenaga sapi—cara yang sudah hampir punah di dunia industri pangan modern. Hasilnya adalah mie bertekstur kenyal, beraroma khas, dan mengenyangkan lebih lama.

Obama dan Mie Lethek

Nama mie lethek semakin melambung setelah Barack Obama dan keluarganya mengunjungi Yogyakarta pada tahun 2017. Salah satu momen yang menjadi sorotan adalah saat Obama menyantap mie lethek di Bumi Langit Institute, Imogiri, sebuah tempat makan sekaligus komunitas yang mengusung konsep pertanian berkelanjutan.

Di sana, mie lethek disajikan dengan telur ayam kampung dan dimasak tanpa penyedap buatan. Menu ini rupanya menjadi favorit sang mantan presiden selama kunjungannya. Sejak saat itu, popularitas mie lethek meroket. Produsen lokal mulai kebanjiran tamu dari luar kota hingga mancanegara, semuanya penasaran dengan kelezatan mi tradisional yang sempat disantap tokoh dunia.

Selain menyimpan nilai sejarah dan budaya, mie lethek juga dianggap lebih sehat. Tanpa bahan tambahan sintetis dan dimasak dengan cara alami, mi ini menjadi alternatif menarik bagi pencinta kuliner organik. Cara penyajiannya pun fleksibel: bisa digoreng atau disajikan berkuah, dengan tambahan sayuran segar, suwiran ayam, atau telur.

Kelezatan mie lethek bukan sekadar pada bumbunya, tapi juga pada tekstur dan sentuhan rasa smoky yang muncul jika dimasak di atas tungku arang. Itulah kenapa, bagi banyak pecinta kuliner, mie lethek memberikan pengalaman makan yang otentik dan berbeda.

Mie lethek bukan hanya makanan, tetapi juga bagian dari identitas Bantul dan Yogyakarta secara luas. Kehadirannya yang tetap eksis di tengah gempuran makanan modern menunjukkan daya tahan tradisi kuliner lokal. Dan ketika makanan ini dipilih oleh seorang tokoh seperti Barack Obama, dunia pun kembali menoleh pada kekayaan cita rasa dari tanah Jawa.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Yogyakarta, menyantap mie lethek bukan sekadar pengalaman kuliner, tetapi sebuah perjalanan menyusuri jejak budaya, kesederhanaan, dan rasa hormat terhadap alam dan warisan nenek moyang. Mie lethek telah menjadi bukti bahwa makanan tradisional, jika dikelola dengan sepenuh hati, bisa menembus batas geografis dan generasi. [UN]