16 Tahun silam, tepat pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2008, Indonesia kehilangan salah satu tokoh penting dalam sejarah politiknya, yaitu Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Berita duka itu pertama kali muncul sebagai rumor, mengingat “Bapak Pembangunan” itu sudah cukup lama dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.
Awalnya, kabar tersebut hanya sebatas rumor, namun dengan meningkatnya jumlah pengamanan di sekitar rumah sakit, kabar tersebut perlahan menjadi kenyataan. Pengamanan yang semakin diperketat juga disertai dengan lonjakan jumlah wartawan yang berdatangan ke lokasi tersebut.
Pada hari itu, Ari Sigit, cucu Soeharto, tampak datang sekitar pukul 10.00 WIB, diikuti oleh mantan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono, yang tiba pada pukul 10.00 WIB. Moerdiono menyatakan bahwa seluruh keluarga Soeharto sudah berkumpul, termasuk kedatangan menantu, Halimah, bersama anak-anak dari pernikahannya dengan Bambang Trihatmodjo, sekitar pukul 12.35 WIB.
Kabar pasti mengenai wafatnya Soeharto kemudian datang dari Kepala Kepolisian Sektor Kebayoran Baru, Komisaris Dicky Sondani, pada pukul 13.20 WIB. Dalam pernyataannya, Dicky menyampaikan bahwa Soeharto telah berpulang ke Rahmatullah pada pukul 13.10 WIB. Kabar ini membuat semua media menyiarkan dengan tegas, menandakan kepergian salah satu tokoh kuat di era Orde Baru.
Soeharto, yang menjabat sebagai presiden selama lebih dari tiga periode, tepatnya selama 32 tahun dari 1967 hingga 1998, meninggalkan sejumlah kenangan dan kontroversi. Pada masa kepemimpinannya, Soeharto dikenal sebagai sosok yang mampu membungkam suara kritis, menyingkirkan lawan-lawan politik, dan mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan sendiri, termasuk kendali atas partai politik, parlemen, dan peradilan.
Meskipun terdapat kritik terhadap cara Soeharto memerintah, namun dia juga diakui atas sejumlah keberhasilan dalam pembangunan. Diantaranya adalah pencapaian swasembada beras, perhatian terhadap sektor pertanian, serta menjaga stabilitas politik dan ekonomi.
Dalam upacara militer yang diadakan esok harinya, Senin 28 Januari 2008, Soeharto dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Wafatnya Soeharto tidak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga membuka ruang bagi berbagai pandangan dan penilaian dari berbagai kalangan, sehingga meninggalkan warisan kontroversial yang terus diperbincangkan hingga saat ini. [UN]