Koran Sulindo – Kendati mendapat peringatan dari negara-negara Uni Eropa, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengabaikannya. Maduro menolak permintaan negara-negara Uni Eropa yang mendukung upaya kudeta tokoh oposisi untuk segera mengadakan pemilihan umum baru.
Ia juga tidak mengesampingkan jika Amerika Serikat (AS) ingin berdialog dengan Venezuela. Dalam sebuah waancara yang dikutip teleSUR pada Senin (28/1), Maduro mengatakan, sikap Eropa itu berlebihan, kurang ajar dan tidak mewakili rakyat Eropa. Itu sebabnya, ia mendesak negara-negara Uni Eropa seperti Inggris, Jerman dan Prancis menarik peringatannya terhadap Venezuela.
Pada Sabtu (26/1) lalu, Maduro menolak peringatan internasional untuk menggelar pemilihan umum dalam waktu 8 hari. Jika tidak, maka mereka akan mengakui kepemimpinan Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Padahal, apa yang dilakukan Guaido jelas-jelas melanggar konstitusi.
Uni Eropa bersamaan dengan negara-negara Amerika Latin yang menjadi sekutu AS mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Dikatakan Maduro, pihaknya tidak bermasalah jika Uni Eropa memutus hubungan diplomatik dengan Venezuela. Negaranya tentu saja akan terus hidup dan berkembang.
“Untungnya kita tidak bergantung kepada Eropa. Dan itu sikap arogan dan sombong karena memandang rendah kami, lebih rendah dari mereka (Eropa),” kata Maduro.
Ia mengatakan, tindakan Uni Eropa itu sesungguhnya hanya menjadi penjilat dan tunduk kepada kemauan Presiden AS Donald Trump. Seluruh Eropa berlutu di bawah kaki Trum, kata Maduro. Karena itu, tidak heran melihat sikap Uni Eropa terhadap Venezuela. Sesederhana itu.
Menanggapi tindakan Guaido, Maduro menilai sosok ini telah melanggar konstitusi dan semua undang undang di Venezuela. Dengan demikian, sudah seharusnya Guaido dibawa ke pengadilan. Akan tetapi, Maduro mengakui bukan sebagai orang yang memiliki kekuasaan hukum untuk menghukum Guaido. Semuanya terserah kepada pemegang mandat rakyat untuk mengambil tindakan-tindakan sebagai upaya melindungi konstitusi. Pihaknya akan menunggu itu.
Guaido yang disponsori AS telah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada Rabu pekan lalu. Langkahnya itu disebut ilegal dan tidak konstitusional. Ia menolak kepemimpinan Maduro untuk periode yang kedua.
Setelah deklarasi itu, Guaido bersama dengan AS menyerukan agar kekuatan militer Venezuela ikut menggulingkan Maduro. Akan tetapi, sial bagi Guaido karena menteri pertahanan dan pemimpin militer Venezuela berjanji akan tunduk kepada konstitusi. Kendati berusaha digulingkan, Maduro tetap membuka pintu dialog dengan AS walau agak sulit, tapi bisa saja itu terjadi. [KRG]