Koran Sulindo – Perancis memilih Emmanuel Macron sebagai presiden baru dalam pemilihan umum yang yang berlangsung Minggu (7/4) waktu setempat (Senin WIB). Dalam pidato kemenangannya, Macron berjanji akan melindungi wong cilik (masyarakat kecil) dan mempersatukan kembali seluruh bangsa Perancis.
“Dalam 5 tahun ke depan…tanggung jawab saya adalah untuk meredam ketakutan, membangun optimisme yang baru, menemukan kembali kemampuan kita untuk selalu bangkit lagi,” kata Macron, seperti dikutip Euronews.com.
“Saya akan berjuang sekuat tenaga melawan perpecahan yang melemahkan kita dan membuat kita mundur lagi.”
Macron mengalahkan pesaing dari sayap kanan yang menggunakan jurus politik identitas, Marine Le Pen, dalam perhitungan sementara, dengan meraih sekitar 6o persen suara.
Mantan menteri ekonomi dalam kabinet Fracois Hollande itu menjadi presiden termuda yang pernah memimpin Perancis. Macron yang kini baru 39 tahun itu menjadi presiden kedelapan Republik Kelima Prancis.
Massa pendukung Macron berpesta di luar Museum Louvre, Paris.
Francois Hollande yang segera dilengserkan Macron menelpon penggantinya itu, mengucapkan selamat, dan mengatakan kemenangan itu menandai komitmen rakyat Prancis buat Uni Eropa, dan keterbukaan Prancis.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan senang pada hasil itu dan menyebut rakyat Prancis telah memilih masa depan Eropa. Presiden Dewan Eropa Donald Tusk juga mengucapkan selamat kepada Macron, dan mengatakan Prancis telah memilih “kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan”.
Kandidat Rakyat
Sementara Le Pen berpidato, di hadapan pendukungnya tak lama setelah disiarkan kemenangan Macron, mengakui kekalahannya, dan mengatakan Prancis telah memilih kesinambungan.
Tak ada satu pun partai politik yang mau berkoalisi dengan partai Le Pen, yaitu Front Nasional.
Marine adalah anak kandung Jean-Marie Le Pen, pendiri partai yang sempat lolos ke putaran kedua pemilihan presiden 2002, tapi kalah telak dari Jacques Chirac dengan selisih besar 17,8 berbanding 82,2 persen suara.
Namun Marine mengalahkan prestasi ayahnya, karena dalam perhitungan ia meraih sekitar 30 persen suara, dua kali lipat dari Jean-Marie. Bukti keseuksesan Marine megubah image Front Nasional sebagai partai yang hanya Rasis dan anti Yahudi saja.
Perempuan berusia 48 tahun itu menawarkan slogan anti Uni Eropa dan anti imigran asing, gagasan yang membuat Donald Trump memenangkan kursi presiden Amerika Serikat dan Inggris keluar dari Uni Eropa.
Marine menyebut dirinya sebagai Kandidat Rakyat, dan menyebut lawannya Macron sebagai “Anak Kesayangan Sistem”, dan memainkan dirinya dalam posisi underdog dalam perang David versus Goliath.
Marine mengfokuskan diri berkampanye di wilayah perdesaan dan wilayah-wilayah yang ditinggalkan industri kapitalisme beberapa dekade belakang di Perancis dan menyerukan anti imigran asing dan Uni Eropa.[DAS]