Boeing tipe 737-MAX-800 [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Setelah kotak hitam pesawat udara Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang ditemukan, maka dibutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan untuk menganalisisnya. Dengan demikian, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan bisa menyampaikan analisis awal penyebab kecelakaan pesawat itu.

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko mengakui akan hal itu. “Untuk membaca data dari perekam data penerbangan dibutuhkan waktu demikian,” kata Haryo seperti dikutip 9news.com.au.

Menanggapi hal itu, Direktur Pelaksana Lion Air, Daniel Putut Kuncoro Adi mengatakan, walau kotak hitam telah ditemukan, pihaknya belum bisa menjelaskan apapun tentang jatuhnya pesawat tersebut. Sebagai perusahaan, Lion Air disebut akan menunggu hasil penyelidikan KNKT tentang penyebab kecelakaan itu.

Dikatakan Daniel, pihaknya meyakini pilot Lion Air JT-610 telah melakukan tugas mereka secara profesional dan berjuang untuk menyelematkan pesawat. Pilot tersebut dikenang Daniel sebagai sosok yang baik, pintar dan lucu. Kepada keluaga korban, ia menyampaikan belasungkawa yang mendalam.

Mengutip liputan CNN, pesawat tersebut mengalami masalah teknis ketika sedang menempuh rute Denpasar ke Jakarta. Salah seorang penumpang, Robbi Gaharu mengaku pesawat Boeing 737 seri Max-800 itu mengalami penurunan ketinggian secara signfikan. Sebelum lepas landas, pesawat disebut Robbi mengalami keterlambatan sekitar 2 jam.

Ketika para penumpang diminta untuk naik pesawat untuk lepas landas, semuanya tampak normal. Ketika mulai lepas landas, pesawat seolah-olah berjuang untuk meningkatkan ketinggiannya. “Saya awalnya berpikir barangkali itu karena turbulensi. Setelah 10 menit di udara, pesawat jatuh seolah-olah kehilangan kekuatan. Orang-orang panik. Jatuhnya sekitar 400 kaki,” kata Robbi.

Robbi lantas memastikan soal jatuhnya pesawat sesuai dengan perkiraannya itu ke situs pelacak penerbangan. Dan jatuhnya pesawat itu dikategorikan sebagai sangat dalam. Sepanjang perjalanan itu, penumpang diminta untuk terus menggunakan sabuk pengaman. Ia juga melihat kapten dan kopilot berada di luar kokpit dan memegang seperti buku tebal.

Penumpang lainnya, Bamnang Warsuta mengatakan, menurunnya ketinggian pesawat selama di udara sebagai teror dengan bayangan bahwa pesawat akan jatuh. “Saya berteriak. Semua orang juga berteriak. Lalu, saya hanya berdoa kepada Tuhan,” kata Bamnang.

Soal informasi ini, pihak Lion Air telah memberikannya kepada pihak yang berwenang. Lion Air tidak bisa memberi penjelasan apapun mengenai penyebab tejadinya kecelakaan pesawat udara Lion Air JT-610. [KRG]