Koran Sulindo – PT Kereta Cepat Indonesia China yang akan mengoperasikan High Speed Rail (HSR) Jakarta-Bandung ada kemungkinan merugi. Karena, mobil masih menjadi pilihan utama moda transportasi perjalananan Jakarta-Bandung.

Demikian hasil analisis tim mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta, yang terdiri dari Dhirta Parera, Kemal Fardianto, dan Yogi Andriyanto. Dalam karya tulis ilmiah mereka bertajuk “Analisis Potensi dan Masalah High Speed Rail (HSR) Jakarta-Bandung” dijelaskan, setidaknya 127.133 perjalanan Jakarta-Bandung setiap hari ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi. Diikuti dengan moda transportasi travel atau minibus yang mengangkut 13.000-14.000 penumpang per hari, bus besar mengangkut kurang dari 1.000 penumpang per hari, dan Kereta Api Argo Parahyangan yang mengangkut 2.000-2.500 penumpang setiap hari.

Karya tulis itu juga menyabet juara pertama dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Tarumanegara, Jakarta, beberapa waktu lalu. “Mobil masih menjadi pilihan utama moda transportasi perjalananan Jakarta-Bandung,” kata Dhirta mewakili rekan-rekannya saat berbincang dengab wartawan kampus UGM, Selasa (23/8).

Dalam perhitungan Dhirta dan kawan-kawan, untuk menutup nilai investasi proyek HSR sebesar Rp 72,5 triliun, minimal jumlah penumpang tiap hari sebanyak 21.134 orang.  Jumlah tersebut dinilai kurang realistis untuk dapat tercapai nantinya. Ditambah harga tiket yang mahal, yaitu Rp. 200 ribu, menjadikan moda ini sulit untuk menarik minat penumpang. “Apakah realistis kereta api cepat bisa menarik penumpang dalam jumlah tersebut? Sementara itu, melihat karakteristik perjalanan Jakarta-Bandung yang ada, akan sulit beralih ke moda HSR ini,” tuturnya.

Dhirta lantas menawarkan solusi untuk persoalan HSR ini, yakni dengan melakukan pembangunan prasarana akses dan integrasi antar-moda. Salah satunya dengan menghubungkan stasiun kereta api cepat dengan transportasi publik dalam kota, misalnya bus rapid transit, light rapid transit, dan mass rapid transit.

Di samping itu diterapkan traffic demand management (TDM) jalan tol Cipularang. Ini ditujukan untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi. TDM yang diusulkan adalah dengan menaikkan tarif mobil pribadi dengan jumlah penumpang kurang dari 4 orang.

“Melalui kebijakan tersebut diperkirakan sedikit banyak memengaruhi pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke moda HSR,” katanya. [YUK]