Anggota Bund Deutscher Mädel (Liga Gadis Jerman) berlatih senam pada pertengahan tahun 1930-an. (Sumber: The Holocaust Explained)
Anggota Bund Deutscher Mädel (Liga Gadis Jerman) berlatih senam pada pertengahan tahun 1930-an. (Sumber: The Holocaust Explained)

Berakhirnya Perang Dunia 1 menandai dimulainya periode ketidakstabilan politik dan ekonomi di Jerman. Akibat ketidakstabilan ini, banyak kelompok politik kecil yang ekstremis muncul. Nazi adalah salah satunya.

Setelah serangkaian peristiwa yang penuh intrik dan kekerasan, Hitler dilantik sebagai kanselir Jerman pada tanggal 30 Januari 1933. Nazi kini berkuasa. Selama dua belas tahun, rezim Nazi mengatur semua aspek kehidupan warga Jerman.

Artikel ini membahas kehidupan sehari-hari warga Jerman di bawah rezim Nazi, dirangkum dari The Holocaust Explained.

1. Kaum Muda

Nazi menggunakan organisasi rekreasi anak-anak untuk mengindoktrinasi kaum muda dengan ideologi Sosialis Nasional mereka. Dua organisasi pemuda Nazi yang utama adalah Hitlerjugend (Pemuda Hitler) dan Bund Deutscher Mädel (Liga Gadis Jerman). Pada tahun 1936, keanggotaan kelompok-kelompok ini menjadi wajib.

Hitlerjugend diperuntukkan bagi anak laki-laki berusia antara sepuluh dan delapan belas tahun. Organisasi ini mengadakan berbagai kegiatan yang berfokus pada olahraga dan kemampuan fisik. Contoh kegiatan mereka termasuk tinju dan perjalanan berkemah, instruksi dalam ideologi Sosialis Nasional, seperti antisemitisme dan komitmen terhadap Hitler, dan pelatihan militer, seperti menembak.

Bund Deutscher Mädel dibagi menjadi dua divisi. Jungmädel (Liga Gadis Muda) untuk perempuan berusia empat belas tahun ke bawah dan Gluabe und Schönheit (Iman dan Kecantikan) untuk perempuan berusia tujuh belas hingga dua puluh satu tahun.

Jungmädel berfokus pada kegiatan yang serupa dengan Hitlerjugend, dengan kegiatan seperti berkemah, olahraga, dan pengajaran dalam ideologi Sosialis Nasional. Namun organisasi ini juga mengajarkan perempuan tugas-tugas seperti merapikan tempat tidur, sejalan dengan pandangan Nazi tentang kedudukan perempuan dalam masyarakat. Gluabe und Schönheit mengikuti agenda yang serupa, tetapi juga menekankan citra ideal Nazi tentang seorang perempuan.

2. Perempuan

Perempuan memegang peranan penting dalam visi Nazi mengenai Reich Ketiga dan masa depan Volksgemeinschaft (komunitas rakyat) mereka. Menurut ideologi Nazi, tempat perempuan adalah di rumah. Nazi secara aktif melarang perempuan untuk memiliki profesi dan bekerja. Nazi juga menekankan tiga prinsip panduan tradisional: Küche, Kinder, dan Kirche (dapur, anak-anak, dan gereja).

Dari semua ini, Kinder memiliki kepentingan khusus. Nazi mendorong para perempuan untuk menikah dan memiliki anak sebanyak mungkin demi memajukan tujuan eugenika Nazi dalam membangun ras Arya yang kuat. Mengutip dari History Extra, Nazi memperkenalkan penghargaan Mother’s Cross. Jika seorang perempuan memiliki enam anak, dia mendapatkan penghargaan. JIka memiliki 10 anak, Adolf Hitler menjadi ayah baptis bagi anak kesepuluh, jika anak itu laki-laki. Namun sang ibu harus menamai anak itu Adolf.

3. Pendidikan

Cara lain yang dilakukan Nazi untuk mengindoktrinasi generasi muda adalah melalui reformasi sistem pendidikan. Mereka mengembangkan pendidikan yang tidak memungkinkan siswa bertanya atau berpikir sendiri. Tujuannya adalah menanamkan kepatuhan dan kepercayaan pada pandangan dunia Nazi.

Nazi mengubah kurikulum inti untuk menekankan pada olahraga, sejarah, dan ilmu rasial sebagai mata pelajaran yang paling penting. Pada tahun 1936, olahraga diajarkan minimal dua hingga tiga jam setiap hari sekolah. Pada tahun 1938, durasinya ditingkatkan menjadi lima jam setiap hari. Mata pelajaran seperti agama menjadi kurang penting, dan akhirnya dihapus dari kurikulum.

Nazi lalu memperkenalkan buku pelajaran baru yang sering kali rasis, dan mempromosikan ide-ide seperti perlunya Lebensraum. Setiap buku pelajaran yang digunakan untuk mendidik siswa harus disetujui oleh partai.

Nazi juga sangat menekankan siapa guru-guru yang mengajar. Berdasarkan Undang-Undang Pemulihan Layanan Sipil Profesional pada 7 April 1933, hanya tiga bulan setelah Hitler menjadi kanselir, semua guru Yahudi, dan guru-guru dengan keyakinan politik yang tidak diinginkan (seperti komunis), diberhentikan. Undang-undang ini juga menjadikan keanggotaan Partai Nazi wajib bagi semua guru. Mereka diharuskan mengikuti kursus pelatihan wajib Nazi selama satu bulan.

4. Pekerjaan

Dari segi pekerjaan, Deutsche Arbeitsfront (Front Buruh Jerman) mengambil alih kendali hak-hak pekerja, menetapkan kondisi kerja, seperti jam kerja dan besaran gaji. Organisasi yang tersentralisasi ini juga memperkenalkan program populer Kraft durch Freude (Kekuatan Melalui Kegembiraan).

Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada kaum pekerja untuk melakukan kegiatan rekreasi yang biasanya disediakan untuk kelas menengah, seperti fasilitas olahraga atau liburan. Namun, insentif yang lebih kecil seperti tiket teater gratis atau perjalanan wisata bersubsidi jauh lebih umum. Program ini membantu meyakinkan para pekerja untuk percaya pada manfaat dari cita-cita Nazi untuk bekerja.

Nazi juga membatasi pilihan profesi bagi para pekerja di Jerman. Banyak yang dipaksa bekerja sebagai buruh pabrik untuk keperluan perang. Mereka yang menolak dicap sebagai ‘orang yang malas bekerja’ dan menjadi sasaran perlakuan mengerikan oleh Gestapo atau dikirim ke kamp konsentrasi.

5. Agama

Seperti negara-negara Eropa lainnya, sebagian besar warga Jerman beragama Kristen. Nazi memandang agama sebagai ancaman terhadap kekuasaan total mereka. Namun karena umat Katolik memiliki satu pemimpin utama, yaitu Paus, menyusup dan mengambil alih kendali agama sangatlah sulit. Maka, Hitler memilih kebijakan rekonsiliasi terhadap umat Katolik.

Pada bulan Juli 1933, Nazi menandatangani Konkordat dengan Vatikan. Konkordat tersebut menyetujui bahwa Nazi tidak akan mencampuri Gereja Katolik. Sebagai balasannya, Vatikan akan mengakui rezim Nazi secara diplomatis. Akan tetapi, Nazi segera memutuskan Konkordat mereka dengan Vatikan. Kementerian Urusan Gereja didirikan pada tahun 1935 dengan serangkaian kebijakan antiagama yang bertujuan untuk melemahkan pengaruh agama pada masyarakat Jerman.

Protestantisme merupakan agama utama di Jerman dan Gereja Protestan dipandang sebagai salah satu pilar utama masyarakat. Ada banyak kelompok Protestantisme di Jerman. Kelompok-kelompok yang berbeda ini, dan tidak adanya pemimpin tunggal, membuat Protestantisme lebih mudah disusupi Nazi daripada Katolik.

Dan sebagai bagian dari proses Gleichschaltung (mengambil alih kendali atas semua aspek Jerman), Nazi mendirikan Gereja Reich di bawah pimpinan Ludwig Müller pada tahun 1933. Gereja Reich bertujuan untuk menjadi gereja nasional baru yang menganjurkan bentuk Kekristenan Nazi. Gereja ini memerintahkan para pengkhotbah untuk mengecualikan ajaran apa pun dari Perjanjian Lama, yang dianggap sebagai dokumen Yahudi.

6. Budaya

Budaya merupakan bagian penting dari tujuan Nazi untuk menyusup dan mengendalikan semua bidang kehidupan. Pada tahun 1933, Reichskulturkammer (Majelis Kebudayaan Reich) didirikan di bawah kepemimpinan Joseph Goebbels. Departemen tersebut dibagi menjadi tujuh bagian berbeda yang bertujuan untuk mencakup semua bidang kehidupan budaya:, yaitu pers, seni, teater, radio, musik, film, dan sastra.

Dalam bidang seni, Nazi mempromosikan bentuk-bentuk seni dan fotografi tradisional Jerman, seperti lanskap. Mereka membenci seni apa pun dalam gaya modernis, menganggapnya sebagai seni yang ‘degeneratif’ dan komunis.

Dalam bidang sastra, Nazi memasukkan penulis-penulis Yahudi, khususnya Karl Marx, ke dalam daftar hitam. Praktik ini menyebabkan serangkaian pembakaran buku yang dipimpin oleh Nationalsozialistischer Deutscher Studentenbund (Asosiasi Mahasiswa Sosialis Nasional Jerman).

Majelis Musik Reich didirikan pada tahun 1933. Majelis tersebut memiliki dua tujuan utama. Yang pertama adalah untuk mempromosikan musik Jerman yang ‘baik’, seperti musik klasik Wagner dan Beethoven. Yang kedua adalah untuk menekan musik apa pun yang dianggap ‘buruk’ atau ‘degeneratif’, seperti jazz, swing, atau musik yang digubah oleh orang Yahudi. Musik dan komposer yang tidak disetujui ditekan perlahan-lahan dan kemudian dilarang sepenuhnya.

7. Media

Media, seperti koran, radio, dan film, memainkan peran penting dalam memproduksi dan menyebarkan propaganda Nazi. Di bawah naungan Majelis Kebudayaan Goebbels, semua aspek media di-Naziifikasi dan dikontrol.

Tak lama setelah Hitler menjadi kanselir, semua koran oposisi dilarang. Koran yang tersisa tunduk pada undang-undang sensor yang ketat, sehingga penentangan terbuka terhadap rezim menjadi semakin sulit. Pada tanggal 4 Oktober 1933, Undang-Undang Keredaksian, Schriftleitergesetz, disahkan. Undang-undang ini menyatakan bahwa semua editor haruslah orang Arya, dan memberhentikan ratusan editor non Arya atas dasar ras semata.

Nazi lalu menciptakan skema diskon di mana orang dapat membeli radio dengan harga murah atau membayarnya melalui cicilan bulanan. Melalui radio, masyarakat dapat mendengarkan berbagai konten Nazi yang berbeda, dari pidato, berita partai, hingga musik dan bacaan tradisional.

Film dan sinema dipandang oleh para petinggi Nazi sebagai kunci untuk mengonsolidasikan dan mempertahankan kepercayaan rakyat terhadap visi Nazi. Antara tahun 1933 hingga 1945, Goebbels memproduksi 1.361 film. Isinya beragam, dari film antisemit The Eternal Jew hingga film idealis yang dimaksudkan untuk meningkatkan moral warga negara selama perang. [BP]