Ilustrasi

Koran Sulindo – Kapolri Tito Karnavian menginstruksikan jajarannya memperkuat pengamanan di setiap kantor polisi, setelah Markas Besar Polda Sumatera Utara diserang 2 orang terduga teroris, Minggu (25/6) kemarin.

“Saya sudah memerintahkan semua jajaran polisi supaya mereka memperkuat pengamanan masing-masing satuan di kantor atau pribadi masing-masing,” kata Kapolri di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (25/6), seperti dikutip tribratanews.com.

Pelaku penyerangan itu diduga sel kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Jaringan tersebut menyasar polisi.

“Sasarannya polisi. Kenapa polisi? Karena polisi dianggap sebagai kafir harbi. Kafir yang menyerang mereka. Jadi harus diprioritaskan,” kata Kapolri.

Minggu (25/6) pukul 03.00 WIB dini hari, 2 pria terduga pelaku teroris AR (30) dan SP (47) melakukan penyerangan ke Mapolda Sumut. Kedua pelaku menyusup masuk di Pos II yang berada di dekat gerbang masuk Mapolda Sumut.

Seorang anggota polisi yang sedang berjaga di pos penjagaan yakni, Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia akibat diserang pelaku dengan menggunakan senjata tajam. Korban ditikam di bagian leher, dada, dan tangan.

Salah seorang diantara pelaku tewas setelah ditembak polisi, sedangkan tersangka lainnya menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka yang dideritanya.

Membekali Senjata

Sementara itu Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan akan meningkatkan keamanan seluruh personel kepolisian, khususnya personel yang saat ini sedang melakukan pengamanan arus mudik. Polri akan membekali senjagta pada personel yang tugasnya rawan serangan teroris. Polri juga akan memanfaatkan kekuatan intelijen untuk mengantisipasi serangan teror.

“Tiga hal yang perlu diperhatikan, pertama mengingatkan seluruh anggota Polri karena teroris ini sasarannya aparat keamanan, meningkatkan kewaspadaan, pakai sistem body contact,” kata Syafruddin, saat menghadiri acara Open House Idul Fitri di Kediaman Wapres Jusuf Kalla, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (25/6), seperti dikutip ntmcpolri.info.

Polri juga memanfaatkan data-data dari intelijen.

“Ketika anggota bertugas di lapangan tentunya yang sangat rawan saat arus mudik dan arus balik nanti. Karena anggota akan berjejer di lapangan,” katanya.

Syafruddin mengatakan sebenarnya antisipasi serangan teror keanggota Polri sudah dilakukan. Keberadaan Brimob di setiap titik penjagaan adalah salah satu bentuk upaya antisipasinya, seperti di Pos Jaga Polda Sumut.

“Kalau tidak ada upaya khusus nggak mungkin bisa dilumpuhkan. Karena di anggota yang berjaga di pos itu, di backup oleh Brimob. Brimob yang melumpuhkan,” kata Syafruddin. [DAS]