Koran Sulindo – Kritik dan celaan adalah dua hal yang berbeda. Kritik selain didukung data-data juga menawarkan solusi.
Sedangkan celaan selain tanpa data, umumnya disampaikan dengan cemooh dan menjelek-jelekan.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat berbicara di depan para penyuluh agama di Semarang, Jawa Tengah, kemarin Sabtu (14/4).
“Kadang kita tidak bisa membedakan mana kritik mana yang mencela. Beda, mana dan mana yang mencemooh, mana yang kritik dan mana yang menjelek-jelekkan. Kritik itu harus ada basis datanya dan memberi solusi,” kata Jokowi.
Kepada para penyuluh agama itu Jokowi juga berpesan agar memberikan optimisme kepada masyarakat agar Indonesia makin kuat dan tidak bubar tahun 2030.
Ia berharap penyuluh agama bisa memberikan optimisme dan tidak menakut nakuti agar tidak menimbulkan pesimistis pada masyarakat.
“Bapak-bapak, ibu-ibu, sampaikan ke masyarakat agar tetap iptimis berikhtiar, beragama, dan negara ini tetap menjadi negara yang besar dan kuat ekonominya,”kata Jokowi.
Selain itu, penyuluh agama sebagai pemandu umat, bukan pemandu yang menankut nakuti, dan memicu pesimisme. “Tapi pemandu yang memancarkan aura semangat kepada seluruh umat,” katanya
Selain itu menurutnya, sebagai negara besar, Indonesia dianggap masih memiliki tantangan dalam masalah besar seperti kemiskinan, ketimpangan hingga kesenjangan sosial.
Untuk mencontohkan hal ini Jokowi menyebut perbandingan infrastruktur di wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur. Di Indonesia timur, infrastruktur jauh dari layak dan konektivitas belum terbangun sebaik di Pulau Jawa.
Kepada para peserta penyuluhan itu, Jokowi juga menunjukkan foto-foto jalan di Papua yang umumnya masih berupa jalan tanah yang tentu saja rusak dan becek di musim penghujan.
“Jangan hanya lihat di Jateng. Di Papua, jalan tadi yang belum diaspal. 60 km itu butuh waktu 3 hari, memasak di tengah hutan,” kata Jokowi.
Hal inilah yang menurut Jokowi harus digenjot di Papua untuk mengurangi kesenjangan pada masa kepemimpinannya. Ia mengaku sangat menginginkan agar semua jalan di Papua saling terkoneksi.
“Bicara antar kabupaten dan provinsi seperti Wamena-Nduga, 4 hari jalan kaki lewat hutan. Mudah-mudahan 2019 nanti tersambung.”(TGU)